Ah, Ra memang selalu cerdas.
“Bagaimana kalau aku tidak mau memilih?”
“Gadismu yang akan kami bawa serta,” sahut Luna.
“Pilihlah. Kali ini hanya satu cawan yang dapat membunuhmu... Jiwa-jiwa tidak akan pernah berbohong.”
Ra benar.
Aku pun melangkah ragu-ragu lalu memilih cawan yang paling kanan. Sekali teguk seluruh isi cawan tandas. Aku menunggu dengan berdebar-debar. Tidak terjadi apa-apa.
Aku tersenyum. Anehnya Luna dan Ra juga tersenyum.
“…berarti racun ada di cawan yang paling kiri?” tanyaku.
“Ya. Itu racun untukmu,” sahut Luna.
“Cawan yang kamu minum juga beracun,” sambung Ra. “Hanya saja, racun itu untuk gadismu. Dia yang akan merasakan racunnya… saat ini.”
Aku terkejut. Keduanya tertawa berderai-derai.