“Don’t knock…”
******
Keysha membiarkan kesadarannya diombang-ambingkan malam lalu tahu-tahu, dia dan skuter matic-nya sudah berada di ambang gerbang rumah sebuah indekost putri. Keterangan itu terpampang jelas di papan nama rumah.
Sebuah rumah besar berlantai dua. Di balkon lantai dua yang terang benderang, beberapa orang gadis sedang bercerita sambil terkekeh geli. Ada tangga besi yang menjuntai, langsung menghubungkan teras di lantai satu dan balkon di lantai dua.
Kaki Keysha pun melangkah ragu-ragu mendekati teras rumah kost.
“Cari siapa, Mbak?” tanya salah satu dari mereka di lantai dua.
Sepintas, Keysha melihat motor Dias sedang terparkir di pinggiran teras. Tapi dia takut, jika menyebut nama buruannya itu, kesempatannya bisa hilang.
“Ng… kamar 12 dimana ya, Mbak?” Keysha balas bertanya.
“Ooh… Poppy. Naik aja kesini mbak, terus ke sebelah kiri, kamar paling ujung.”
Keysha menarik napas lega. Ternyata semudah itu.
Dia beranjak menjejaki tangga besi, dan menuju ke arah yang ditunjukkan tadi. Ternyata, balkon tersebut memanjang mengitari lantai dua. Di sebelah dalam, beberapa kamar berderet dengan pintu menghadap ke arah luar. Di depan kamar-kamar ada jemuran kecil berisi aneka macam pakaian dalam perempuan. Memang sepertinya bangunan itu sudah dirancang sejak awal untuk dijadikan rumah kost.