Pria itu gemetar ketakutan dan mengarahkan pistolnya ke arah Janet. Tersenyum dingin, Jane maju perlahan.
“Ja…. Jangan mendekat!!,” seru pria rahang kokoh. Pucuk pistol tetap diarahkan ke sosok Janet tapi pegangannya kelihatan benar-benar goyah karena ketakutan. Kini Janet menempelkan dahinya di ujung pistol itu.
Bukannya menembak, pria itu malah nampak semakin ketakutan. Air matanya mulai merembes turun.
“Jangan mendekat,… please….!!”
Janet pun mengambil napas panjang lalu berseru sekuat tenaga, masih dengan suara mengerikan itu, “Pergi ke neraka, bajingaaaaannn…….!!!”
Pria rahang kokoh pun berlari menjauhi Janet. Ironisnya, dia justru berlari dan menerobos kaca jendela Janet. Suara beling pecah berserakan terdengar pilu mengoyak malam.
Tubuh pria itu jatuh enam lantai ke bawah. Nyawanya tak bisa diselamatkan lagi.
Tepat saat tubuhnya menghantam jalanan, sebuah mobil patroli Polisi melintas. Seorang petugas buru-buru membuka pintu mobil, mengecek keadaan pria rahang kokoh dan memandang ke atas, ke arah jendela kaca yang pecah. Nampak sekilas wajah seorang nenek dengan tatapan mengerikan.
*****
Peristiwa itu langsung menghiasi halaman utama surat kabar keesokan harinya. Dad begitu mendengar kabar, langsung mengambil pesawat paling pagi dari Atlanta kembali ke Boston.
Berhari-hari kemudian Janet masih nampak terpukul. Belum lama berselang ibunya meninggal dunia, bibi Grace pun harus pergi dengan peluru perampok yang menyatroni apartemen mereka di malam naas itu. Keduanya adalah wanita yang dekat dan sangat berarti dalam kehidupannya.