Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bisikan Jam Sepuluh

3 Desember 2015   21:35 Diperbarui: 1 April 2017   08:47 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pria itu gemetar ketakutan dan mengarahkan pistolnya ke arah Janet. Tersenyum dingin, Jane maju perlahan.

“Ja…. Jangan mendekat!!,” seru pria rahang kokoh. Pucuk pistol tetap diarahkan ke sosok Janet tapi pegangannya kelihatan benar-benar goyah karena ketakutan. Kini Janet menempelkan dahinya di ujung pistol itu.

Bukannya menembak, pria itu malah nampak semakin ketakutan. Air matanya mulai merembes turun.

“Jangan mendekat,… please….!!

Janet pun mengambil napas panjang lalu berseru sekuat tenaga, masih dengan suara mengerikan itu, “Pergi ke neraka, bajingaaaaannn…….!!!”

Pria rahang kokoh pun berlari menjauhi Janet. Ironisnya, dia justru berlari dan menerobos kaca jendela Janet. Suara beling pecah berserakan terdengar pilu mengoyak malam.

Tubuh pria itu jatuh enam lantai ke bawah. Nyawanya tak bisa diselamatkan lagi.

Tepat saat tubuhnya menghantam jalanan, sebuah mobil patroli Polisi melintas. Seorang petugas buru-buru membuka pintu mobil, mengecek keadaan pria rahang kokoh dan memandang ke atas, ke arah jendela kaca yang pecah. Nampak sekilas wajah seorang nenek dengan tatapan mengerikan.

***** 

Peristiwa itu langsung menghiasi halaman utama surat kabar keesokan harinya. Dad begitu mendengar kabar, langsung mengambil pesawat paling pagi dari Atlanta kembali ke Boston.

Berhari-hari kemudian Janet masih nampak terpukul. Belum lama berselang ibunya meninggal dunia, bibi Grace pun harus pergi dengan peluru perampok yang menyatroni apartemen mereka di malam naas itu. Keduanya adalah wanita yang dekat dan sangat berarti dalam kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun