“Wow, ada gadis kecil, bos…!!”
Dua orang pria berpakaian serba hitam, mengenakan masker, menyerbu masuk. Janet menjerit sekencang-kencangnya tapi salah satu pria cepat-cepat menampar Janet dengan gagang senjatanya. Janet kehilangan kesadaran terjerembab ke lantai.
“Bukan ini kamarnya…,” ucap pria satu lagi. “Amankan putrinya, aku yang akan mencari. Masih ada satu kamar lagi di sebelah dalam…,”
“Siap, bos…”
Pria yang dipanggil bos bergerak ke luar kamar, tapi pada langkah pertama dia kembali berbalik dan mengarahkan telunjuk pada kawannya.
“Ingat… jangan berbuat bodoh seperti tadi lagi. Gunakan senjatamu hanya bila benar-benar perlu.”
Setelah itu sang bos benar-benar beranjak ke kamar lain dalam apartemen itu.
Hujan di luar mulai menari-nari kembali. Sesekali meninggalkan jejak di jendela kaca. Yang empunya kamar sedang terbaring tak sadarkan diri di atas karpet lantai dan tepat disampingnya seorang dari dua penerobos apartemen bersenjata mengawasinya lekat-lekat.
Seiring hujan, bisikan-bisikan jahat terdengar dalam kepala pria itu.
Gadis mungil berambut pirang yang tergeletak pasrah di lantai begitu menggoda. Bibirnya begitu ranum. Lekuk-lekuk kewanitaannya mulai terbentuk indah. Sayang kalau dilewatkan begitu saja.
Pria itu pun mengambil kabel supply daya laptop di atas meja dan mengikat kencang-kencang kedua tangan Janet ke arah atas kepalanya.