“Im, maaf ya. Ternyata tunai aku cukup lima ratus ribu. Hanya, ada uang kecilnya juga. Dihitung dulu deh.”
Wajah Baim antara kecewa dan senang. Tapi tak urung menghitung juga lembar demi lembar rupiah yang disodorkan kepadanya.
“Yap, pas, Ri.”
“Maap ya, pinjem duitnya kelamaan. Saya janjinya cuman seminggu, tapi baru sekarang ini sempat dikembalikan…..,”
“Oh, gak apa-apa. Kita kan sebagai tetangga mesti tolong menolong, Ri. Ehm… tapi tawaran aku tadi itu masih berlaku loh. Siapa tahu kamu mau tolong aku, pura-pura jadi pacar aku….,”
Riana tersenyum.
“Aku sih sebenernya mau aja, Im. Tapi soalnya sudah ada agenda juga hari itu, sekali lagi maaf ya, Im…,” ucap Riana.
“Ooh gitu. Ya udah, gak apa-apa kok. Eh, aku balik dulu ya kalau gitu,…”
Riana mengiyakan dan mengantar Baim sampai depan teras. Dalam hati dia meledek Baim lagi,
Dasar Baim geblek! Dia kan belom kasih tahu tanggal acara nikahan teman kantornya, mau aja dikibulin. Hehehe
Tapi Riana tidak tahu, di luar sana Baim sedang tersenyum penuh kemenangan.