Mohon tunggu...
Petrus Septianus Sasi
Petrus Septianus Sasi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa di Universitas Mercu Buana Nama : Petrus Septianus Sasi NIM : 41322010008 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Prof.Dr. Apollo , Ak , M. Si. Universitas Mercu Buana Meruya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara Pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   19:04 Diperbarui: 12 November 2023   19:10 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Beliau telah memberikan banyak kontribusi bagi pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Ki Hadjar Dewantara juga merupakan seorang pemimpin yang bersih dan berintegritas. Beliau selalu berperilaku jujur, adil, transparan, dan akuntabel. Perilaku tersebut menjadi teladan bagi banyak orang dan mendorong terciptanya budaya antikorupsi di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan yang unik tentang korupsi. Beliau percaya bahwa korupsi tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor moral dan etika. Oleh karena itu, upaya pencegahan korupsi tidak hanya dapat dilakukan melalui penegakan hukum, tetapi juga melalui pendidikan dan penanaman nilai-nilai moral dan etika.

Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang korupsi tercermin dalam gaya kepemimpinannya. Ki Hadjar Dewantara adalah seorang pemimpin yang bersih dan berintegritas. Beliau selalu berperilaku jujur, adil, transparan, dan akuntabel. Perilaku tersebut menjadi teladan bagi banyak orang dan mendorong terciptanya budaya antikorupsi di Indonesia.

Makalah ini akan membahas langkah-langkah konkret yang diambil oleh Ki Hadjar Dewantara dalam upaya pencegahan korupsi, mengapa pendekatan ini penting dalam konteks sosial dan politik, serta bagaimana cara implementasinya dapat menjadi teladan bagi para pemimpin masa kini. Melalui pemahaman mendalam tentang pendekatan kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara, kita dapat belajar bagaimana mengatasi masalah korupsi yang masih menghantui berbagai lapisan masyarakat, dan menginspirasi generasi mendatang untuk bergerak menuju pemerintahan yang lebih bersih dan etis.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

II. Apa yang Dilakukan Ki Hadjar Dewantara dalam Pencegahan Korupsi?

Gaya kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dapat dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan ini dicirikan oleh kemampuan pemimpin untuk memotivasi dan menginspirasi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Ki Hadjar Dewantara berhasil melakukan transformasi pendidikan di Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Tamansiswa, yaitu:

  • Ing ngarso sung tuladha 

Istilah "ing ngarso sung tuladha" adalah sebuah pepatah Jawa yang sering digunakan dalam konteks etika dan perilaku. Pepatah ini dapat diterjemahkan sebagai "di depan memberi contoh". Ini mengandung makna bahwa seseorang, terutama pemimpin atau figur otoritas, harus memberikan contoh yang baik dalam perilaku dan tindakan mereka. Dengan memberikan contoh yang baik, mereka dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jejak mereka dan berperilaku dengan baik pula. Pepatah ini menggambarkan pentingnya kepemimpinan yang bersih dan integritas dalam membentuk perilaku dan nilai-nilai masyarakat.

  • Ing madya mangun karsa

Adalah pepatah Jawa yang memiliki arti dan makna mendukung upaya untuk meningkatkan semangat dan usaha. Dalam konteks ini, "Iing" berarti mendukung, "Madya" mengacu pada tengah, dan "Mangun Karsa" berarti membangun semangat atau tekad. Makna dari pepatah ini adalah bahwa seseorang atau sekelompok orang diharapkan untuk saling mendukung dan mendorong satu sama lain dalam usaha dan semangat positif. Dalam konteks sosial dan kerja sama, "Iing Madya Mangun Karsa" menekankan pentingnya kerja sama tim dan saling memberikan dukungan untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, pepatah ini juga mencerminkan semangat gotong royong dan kerja keras dalam mencapai keberhasilan dan kemajuan bersama.

  • Tut wuri handayani

Adalah pepatah Jawa yang memiliki arti dan makna "menyusul di belakang adalah pengabdian." Dalam konteks ini, "Tut" berarti menyusul, "Wuri" adalah belakang, dan "Handayani" berarti pengabdian. Makna dari pepatah ini adalah bahwa pengabdian sejati terlihat ketika seseorang rela dan bersedia mengikuti atau mendukung tugas, peran, atau orang lain tanpa pamrih dan dengan dedikasi yang tinggi. Ini mengandung nilai-nilai seperti kerendahan hati, loyalitas, dan sikap yang tulus dalam melayani dan membantu. Pepatah ini sering digunakan untuk merujuk pada sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang yang dengan ikhlas dan penuh dedikasi mendukung atau membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau pengakuan.

Prinsip-prinsip tersebut menekankan pentingnya kepemimpinan yang berorientasi pada orang lain, bukan pada diri sendiri. Pemimpin transformasional harus mampu menjadi teladan yang baik bagi pengikutnya, membangun kemauan dan motivasi pengikutnya, serta memberikan dorongan kepada pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun