Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak-anak SD Inpres Sogoni Terlantar

5 Mei 2019   11:54 Diperbarui: 5 Mei 2019   11:56 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama guru Isak, aparat pemerintahan kampung Sogoni dan anak-anak SD Inpres Sogoni, Selasa, (09-04-2019).

Ada tiga rumah guru. Kondisi rumah guru mulai lapuk termakan usia. Ketiga rumah guru tersebut ditempati, Isak, Yosep Oneipi dan dua guru perempuan, Maria Y. Serin dan K. Tinglity. Kepala sekolah, Rafael tinggal di rumah pribadinya.

Tentang peningkatan kapasitas kepala sekolah dan guru dalam melakukan perbaikan tata kelola sekolah dasar, LANDASAN Papua telah memberikan pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 14-16 Mei 2018. 

LANDASAN juga memberikan pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada 18-22 Mei 2018. Kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di SD Inpres Atsj. Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah John Rahail, Tuning, Sutiyono, Suharto dan Veronika Indiastuti.

Pelatihan SPM dan MBS yang digelar LANDASAN tersebut melibatkan kepala kampung Sogoni, ketua Bamuskam kampung Sogoni, kepala SD Inpres Sogoni, Rafael Bew dan Ibu Maria Y. Serin. Tetapi, setelah pelatihan tersebut tidak ada perbaikan apa pun di SD Inpres Sogoni, karena kepala sekolah jarang tinggal di kampung Sogoni.

Koordinator LANDASAN Distrik Atsj, Marthen Laritembun (Theis) sempat memberikan pendampingan, tetapi tidak ada perbaikan apa pun karena kepala sekolah jarang tinggal di Sogoni. Demikian halnya, koordinator LANDASAN yang baru, Agustinus Monsa (Gusty) pernah ke SD Inpres Sogoni, tetapi tidak ada kepala sekolah dan guru.

Kondisi tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa kepala sekolah memiliki peran sentral dalam perbaikan tata kelola sekolah. Apabila kepala sekolah aktif, maka sekolah akan berbenah diri pasca mengikuti pelatihan. Tetapi, apabila kepala sekolah tidak aktif dan jarang tinggal di kampung, maka sekolah akan terbengkalai. 

Dampaknya, anak-anak tidak bisa belajar lantaran tidak ada guru dan sekolah pun tidak tertata dengan baik. Karena itu, Dinas Pendidikan kabupaten Asmat harus menempatkan kepala sekolah yang mau tinggal di kampung dan mendidik anak-anak Asmat.

Catatan Kritis

Penulis bersama guru Isak, aparat pemerintahan kampung Sogoni dan anak-anak SD Inpres Sogoni, Selasa, (09-04-2019).
Penulis bersama guru Isak, aparat pemerintahan kampung Sogoni dan anak-anak SD Inpres Sogoni, Selasa, (09-04-2019).

Kondisi anak-anak SD Inpres Sogoni yang terlantar karena tidak ada guru yang betah tinggal di kampung dan mengajar merupakan serpihan kisah pilu pendidikan dasar di Asmat dan Papua lainnya. 

Anak-anak asli Papua tidak bisa mengakses pendidikan dasar berkualitas karena guru tidak betah tinggal  di kampung. Ada rupa-rupa alasan terlontar, mulai dari tidak ada rumah guru, sulit transportasi, tidak ada makanan dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun