Mohon tunggu...
petrus habeahan
petrus habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Biarawan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misi Gereja di Tengah Keberagaman Agama di Asia, Suatu Uraian Teologis dari Pemikiran Aloysius Pieris

22 Mei 2023   03:20 Diperbarui: 22 Mei 2023   03:30 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu kesimpulan tentang sikap eksklusivistis, Pieris menyatakan bahwa setiap orang merasa agamanya sendiri memiliki realitas penyelamatan yang eksklusif. Orang Kristen merefleksikannya dalam adagium: "Extra ecclesiam nulla salus." Pieris melihat bahwa ajaran misi semacam ini sangat keras dan menyakitkan, karena "penaklukan dunia kafir" masih merupakan cara berpikir Kristiani.

 3.1.2. Pendekatan Pemenuhan

Pendekatan pemenuhan merupakan satu langkah lebih maju bila dibandingkan dengan pendekatan penaklukan. Dalam pendekatan pemenuhan, dipegang suatu aksioma bahwa Kristus berkarya dalam semua agama non-Kristen (di Asia). Kristus adalah pemenuhan terakhir kerinduan umat manusia akan keselamatan.[41]

 (Paragraf berikutnya berisi tentang kajian dasar biblisnya dan kaitannya dgn extra ecclesiam nulla salus. Yg ini kw lha yg atur, karna menurutku gk perlu).

Pieris menilai bahwa pendekatan pemenuhan telah menjadi boomerang bagi Gereja di Asia. Penegasan Gereja bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah, Kristus dan Tuhan di hadapan pendiri agama-agama lain, yang hanya dianggap sebagai pendahulu atau hanya seorang nabi, persis menjadi klaim saingan dari pernyataan agama-agama non-Kristiani yang juga beranggapan sama mengenai pendiri agama mereka masing-masing. Maka Pieris mengkritik bahwa teologi agama-agama yang mengaplikasikan pendekatan dengan suatu triumpalis sebenarnya telah gagal di Asia.[42]

 3.2. Pengaruh Inkulturasi Model Yunani-Romawi yang Tidak Sesuai dengan Konteks Asia 

Model Yunani-Romawi telah mewariskan kepada Gereja suatu teori instrumental inkulturasi. Filsafat Yunani, dari konteks religiusnya, menjadi hamba teologi, yang dalam praktik Latin. Model ini sungguh tidak produktif di Asia. Tindakan ini bisa menimbulkan vandalism teologi.

Praksis model inkulturasi di atas, mengakibatkan Gereja gagal mengakarkan diri di tanah Asia. Orang-orang non-Kristen bahkan sering mencurigai bahwa semua praktik inkulturasi Gereja hanyalah taktik dari Gereja demi keuntungan dirinya. Akibat kecurigaan itu, maka tidak heran selama empat abad, kekristenan tumbuh bagaikan bonsai yang dikerdilkan, karena tidak seorang pun mampu memecahkan bejana Yuni-Romawi tersebut di Asia.[43]

 3.3. Pandangan tentang Kekristenan Anonim

Menurut Karl Rahner, orang Kristen anonim[44] adalah orang yang de facto di satu pihak secara bebas menerima tawaran keselamatan dari Allah dengan menghayati hidup dalam iman, harapan, dan cinta; tetapi di lain pihak, mereka sama sekali belum menjadi Kristen. Iman yang mereka miliki adalah iman implisit, yaitu tanpa ada hubungan yang sadar dan diungkapkan secara implisit.[45] Iman Kristen anonym atau iman implisit mau melukiskan pandangan Gereja bahwa semua orang yang tidak percaya dan tidak mengenal Kristus, tidak berarti tidak memiliki hubungan dengan Kristus, penyelamat semua manusia.[46]

Pieris dengan singkat mengutarakan bahwa inklusivistis hendak mengkonkretkan penyelamatan (seperti Kristus) dalam agama mereka sendiri dan agama-agama lain mengalami penyelamatan secara tidak langsung. Penganut agama lain diselamatkan sejauh mereka adalah Kristen secara potensial (menantikan pemenuhan dalam Kristus) atau Kristen anonim (membutuhkan pengeksplisitan identitas mereka yang sebenarnya dalam dan melalui kekristenan).[47]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun