Asia merupakan tempat kelahiran semua Agama. Agama-agama telah membentuk kebudayaan dan kesadaran batin masyarakat Asia. Rasa keberagaman sangat berakar di hati setiap orang Asia sehingga seluruh kehidupan, sikap dan pola pikir sungguh diilhami oleh keyakinan agamanya.
- Agama Kosmis
Pieris mengetengahkan kerangka institusional agama-agama Asia meliputi dua unsur yang paling melengkapi, yakni agama kosmis sebagai dasar dan soteorologi metakosmis menjadi bangunan utamanya.[18] Menurut Pieris, istilah agama kosmis atau kereligiusan kosmis lebih tepat atau lebih baik daripada isilah agama pirimitif atau animisme. Kereligiulisan kosmis menujuk pada agama suku yang ditemukan di Afrika, Asia dan Oceania.[19] Kereligiusan kosmis berkisar seputar daya kuasa kosmis, yang biasa diistilahkan dengan nama dewa, ilah atau roh.[20]Â
- Agama Metakosmis
Agama metakosmis[21] adalah agama-agama yang merumuskan soteriologinya sebagai daya yang ada "di seberang" alam semesta. Daya tersebut membawa keselamatan dan pembebasan bagi manusia. Pieris menyebut tiga agama metakosmis di Asia: Budhisme, Hinduisme dan Taoisme. Tiga agama tersebut agama-agama non semitis yang memiliki Kitab Suci. Ketiga agama itu telah menyerap agama-agama suku yang tidak mempunyai Kitab Suci sehingga menghasilkan Budhisme populer, Hindiusme populer, dan Taoisme populer.[22]Â
Agama-agama metakosmis di atas harus dibedakan dengan agama-agama semitis, yakni agama Yahudi, agama Kristen dan agama Islam. Ketiga agama semitis tersebut bersifat agapeis. Artinya, realisasi penyelamatan bagi manusia terlaksana melalui cinta kasih. Oleh karena itu, agama-agama semitis ini juga dapat digolongkan ke dalam soteriologi metakosmis. Ketiga agama semitis juga mampu menyerap keagamaan rakyat atau kosmis, sehinga melahirkan Islam populer atau Kekristenan populer.[23]
- Kekhasan Religius-Kultural Asia
Pieris menyebut tiga kekhasan Asia yang membentuk etos Asia, yaitu heterogenitas bahasa, pencampuran unsur kosmis dan metakosmis dalam perfektif agama Budha dan kehadiran soteriologi non-Kristiani.
- Heterogenitas Bahasa
Bagi Pieris, setiap bahasa mempunyai kekhasan dalam mengalami kebenaran. Pemikiran ini berlawanan dengan pandangan kaum nominalis[24], yang menyatakan bahwa kebenaran ditangkap secara intuitif dan diungkapkan lewat bahasa. Pieris berkesimpulan bahwa agama sebagai pengalaman akan realitas dan bahasa adalah pengungkapannya; tetapi sebaliknya lebih tepat, bahasa merupakan pengalaman akan realitas dan agama adalah pengungkapannya. Di sini Pieris melihat bahasa sebagai suatu teologi yang baru mulai.[25]Â
- Percampuran Unsur Kosmis dan Metakosmis dalam Persfektif Agama Budha
Bagi Pieris, kekhasan kereligiulitas Asia adalah bahwa agama-agama kosmis tidak pernah muncul dalam bentuk yang murni dan primordial. Tetapi dijinakkan dan dipadukan dalam salah satu dari ketiga soteriologi metakosmis, yakni Hinduisme, Budhisme dan Taoisme.
Pieris memiih agama Budha untuk menggambarkan pencampuran unsur kosmis dan metakosmis bukanlah suatu kebetulan. Pieris melihat bahwa agama Budha adalah agama pan-Asia. Paling kurang ada dua puluh wilayah politis[26] yang menganut Budhisme sebagai agama resmi dan telah berakar dalam budaya setempat. Sesungguhnya, agama Budha adalah agama yang telah tersebar luas di Asia. Disamping itu, agama Budha adalah agama ulet secara politis dalam berjuang menuju kemerdekaan kolonialisme barat dan marxisme.
Istilah "kosmos" dan "metakosmos" sebenarnya berasal dari pemahaman orang Budha: lokiya dan lok'uttara. Lokiya menunjuk unsur kosmis yang bagi orang Budha melukiskan segala aktivitas sosial-politik dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lok'uttara sebagai unsur metakosmis merupakan segala sesuatu yang mendukung pembebasan batin manusia.[27] Tujuan metakosmis merupakan kesempurnaan terakhir yang meliputi tidak adanya ketamakan (alobha), penindasan dan kebencian (adosa), dan pengetahuan sempurna yang menyelamatkan (amoha). Sangha sebagai komiunisme religius[28] yang mejadi lambang komunitas religius dalam mencapai cita-cita hidup bersama dengan berbagi milik besama.
- Kehadiran Soteriologi Non-Kristiani
Pieris mengatakan bahwa semua agama di dunia yang memiliki Kitab Suci, termasuk agama Kristen, lahir di Asia. Hanya kemudian agama Kristen meninggalkan Asia, setelah bebrapa abad kembali sebagai orang asing di tanah kelahiranya yang kurang diterima oleh massa Asia. Hal ini menjadi keminoritasannya di Asia.Â
Dengan kehilangan rasa Asianya itu, Pieris bertanya, "apakah agama Kristen bisa menciptakan suatu teologi Asia?"[29] dalam kondisi demikian, Pieris masih menaruh harapan bahwa Gereja di Asia masih mempunyai ruang gerak untuk menciptakan teologi dunia ketiga. Agar sampai pada realitas demikian, maka gereja-gereja Asia dipanggil untuk hadir secara kreatif dengan ikut aktif penuh rendah hati dalam pengalaman pemerdekaan orang-orang non Kristiani. Dengan melihat situasi yang ada, Asia akan tetap sebagai benua bukan Kristen.[30]
- Kesatuan Agama dan Filsafat dalam Soteriologi Metakosmis