Gereja bermisi untuk mewartakan Injil demi keselamatan dunia, yang selalu terjadi sesuai konteks situasinya. Dalam konteks Asia yang khas adalah adanya pluarlitas agama, yakni adanya agama kosmis dan metakosmis. Hal ini menunjukkan bahwa jalan menuju keselamatan tidak hanya ada dalam kekristenan melalui Kristus, tetapi terdapat juga dalam agama-agama lain. Maka, Gereja perlu berdialog dengan agama-agama lain, tanpa mengklaim bahwa agama sendirilah yang benar.
 Pieris melihat bahwa misi Gereja Asia tidak bisa eksklusif. Gereja harus hadir lebih kreatif di tengah-tengah agama lain dengan menemukan pendekatan baru yang lebih relevan dalam konteks Asia. Prinsip yang harsu dibangun Gereja adalah membaptis diri dalam Yordan keagamaan Asia dan Kalvari kemiskinan Asia. Pieris menawarkan suatu evangelisasi integral, yakni pewartaan Injil secara utuh degan memerhatikan masalah keadilan yang didasarkan pada kesetiaan Yesus pada Yahwe.
 2. Refleksi Kritis
 2.1. Keragaman Agama sebagai Ciri Ke-Asia-an
 Pieris berpendapat bahwa pluralitas agama, yang menjadi ciri khas wilayah Asia, masih menjadi perdebatan. Pada umumnya diterima bahwa ciri ke-Asia-an adalah kemisinan yang bertumpah-ruah sebagaimana yang terjadi dalam kawasan Dunia Ketiga. Bertolak dari pemikiran dasarnya, Pieris menghasilkan suatu gagasan segar bagi misi Gereja di Asia, yakni Gereja perlu membaptis diri dalam Yordan kereligiusan Asia dan Kalvari kemiskinan Asia. Dalam hal ini, penulis setuju dengan ide Pieris, sebab hal tersebut dapat membantu perkembangan misi Gereja di Asia. Dialog memungkinkan Gereja keluar dari diri sendiri dan memandang dengan penuh penghargaan.
 2.2. Visi Pieris tentang Misi Gereja yang Relevan
Konsekuensi lanjutan yang tidak dapat dielakkan adalah posisi Gereja dalam tugas perutusannya yang masih mengalami dilema, yakni penekanan misi yang lebih pada pewartaan Injil di satu pihak dan dialog pada lain pihak. Pewartaan Injil dalam teopraksis pemerdekaan Asia adalah mengembangkan kereligiusan dan kemiskinan dari semua bentuk perbudakannya.
Apa yang ditawarkan Pieris bukanlah suatu gagasan yang siap dipakai Gereja Asia, namun patut direnungkan juga. Pemikiran Pieris lebih merupakan suatu gagasan untuk dipikirkan lebih lanjut oleh Gereja Asia, dalam hal ini oleh para teolog Asia. Para teolog merasa ditantang untuk melakukan pendekatan yang lebih terpadu terhadap kenyataan Asia. Mereka menerima gagasan Pieris sebagai suatu kenyataan konkret Asia.
 2.3. Relevansi bagi Gereja Indonesia
Gereja Indonesia merupakan bagian dari Gereja Asia yang menghadapi kenyataan yang sama, yakni pluralitas agama dan masalah kemiskinan. Sebagai golongan minoritas di Indonesia, Gereja Indonesia masih dilihat sebagai Gereja "tiban." Hal ini diakibatkan oleh warisan masa silam di mana Gereja dipandang sebagai kelanjutan dari kolonialisme. Tidak disangkal bahwa pada awalnya Gerja dibawa oleh para misionaris bersamaan dengan bangsa penjajah. Fakta historis ini tidak dapat ditolak atau disangkal, akan tetapi lapisan luka yang membungkus Gereja perlu dilepaskan. Sebab, bungkusan adalah yang pertama tampak bagi umat di luar Gereja dan juga menanamkan persespi yang salah terhadap Gereja.
Menurut hemat penulis, dalam konteks yang demikianlah pemikiran Pieris mengenai misi cukup relevan untuk diaplikasikan. Menjadi Gereja yang sungguh dari Indonesia, paling tidak Gereja harus membaptiskan diri dalam keragaman agamanya dan kemiskinan massanya. Dalam hal ini, Gereja institusional dan Komunitas Basis Kristiani bisa berjuang bersama untuk menemukan dan mengembangkan Komunitas Basis Kemanusiaan bersama dengan komunitas-komunitas beriman lainnya sebagai pokok keprihatinan pastoralnya. Gereja harus menciptakan persaudaraan dan berdialog dalam seluruh lapisan kehidupan. Oleh karena itu, pendekatan yang diperlukan adalah pendekatan dari bawah, bukan dari atas.