Salah satu bagian paling menarik dalam percintaan adalah saat pertemuan dengan sang pujaan. Itulah saat yang selalu didamba. Kebahagiaan, kesukacitaan, dan keceriaan berpadu menjadi satu pada saat kita bertemu dengan sang pujaan. Ada yang menyebut saat pertemuan itu dengan kehidupan baru.
Keindahan pertemuan dengan sang pujaan sungguh tak dapat dilukiskan dengan kata. Sekalipun itu kata-kata sastrawan dan pujangga ternama. Keindahannya tak dapat dilukiskan oleh orator ulung sekalipun. Jiwa hanya mampu merasakan kedamaiannya. Sementara akal tak dapat menjelaskan hakikat kedalamannya.
Seseorang menanyaiku tentang usiaku
Ia mengamati uban dan jejak usia diriku
Menurutku, hanya satu saat yang kuanggap usia
Jelaskan padaku, pintanya
Jangan kau bingungkan aku, lanjutnya
Yang lekat di hati kukerjakan tiap hari, walau itu sekali
Itulah usiaku, selainnya bukanlah usia sejatinya
Walau bilangannya bertambah saban hari
Di antara kenikmatan saat-saat pertemuan adalah adanya janji untuk bertemu kembali, itulah janji yang dinanti oleh orang-orang yang sedang jatuh cinta dan memiliki tempat terindah di hati.
Janji yang dinanti sang pujaan, karena dia mencintainya akan segara menemuinya. Dalam penantian demikian, hari seolah berjalan lama,
Pada rembulan pandanganku terpaku
Lambat nian ia menapak maju
Temaram dan pendarnya malas memancar
Cakrawala pun tak sepenuhnya bersinar
Kala pertemuan menjelang
Kerinduan kian menerkam garang
Pertemuan melegakan amat sangat
Perpisahan membuat hati terasa sangat berat
Selepas sekian lama melakukan pendekatan, akhirnya menerima sebuah jawaban yang menggembirakan. Cintanya berdayung sambut. Sekiranya seorang laki-laki diterima cintanya, ia seperti orang gila karena saking gembiranya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya mengalir deras karena terlalu bahagia,
Kala berdoa pada Tuhan aku berhadap kepada-Nya
Kiranya dosa-dosaku memperoleh maaf dari-Nya
Dan orang lain tak tertimpa keburukanku
Selepas lama kutunggu, kini datang jua kebahagiaan itu
Kegembiraan kini menghampiri
Selepas lama kutunggu dan kunanti
Dahaga lama yang mendera
Musnah sudah oleh air telaga
*
Seluruh ruang hatiku telah terpenuhi gelora cinta
Kucoba kendalikan mata agar tak liar gerahnya
Kudambakan seorang pujaan yang tak dekat jaraknya
Siapa tahu walau sekejap bisa kucuri hatinya
Kuterima jawaban menggembirakan di ujung penantian
Hatiku yang kerontang seolah diguyur air menyegarkan
Bunga-bunga tumbuh indah merekah di dalamnya
Setiap waktu, kudapat memetik dan menghirup wanginya
Duhai batu permata asal Negeri Cina
Retak sudah engkau asal Andalusia
Kupuas sudah saat ini
Dalam sebuah majelis, bertemu dengan pujaan hati. Semakin dekat dengannya, semakin berdebar jantung dan ketika tidak bersamanya, gemuruh kerinduan bertalu dalam dada. Selalu mencari cara agar selalu dapat bertemu dengannya sesering mungkin. Di majelis itu, sang pujangga pun membacakan syairnya,
Ingin sekali kurobek hati ini dengan sebilah belati
Agar dapat kumasukkan kau dan kudekap sepenuh hati
Agar kau tak kan pernah berpaling ke lain hati
Sampai kiamat dan hari kebangkitan nanti
Yang saya ingini, duhai pujaan hati
Agar kau tinggal di dalamnya selama hidup ini
Dan jika kumati kelak nanti
Kuingin kau tetap menemaniku di kehidupan abadi
Jarak, dapatkah kucela dan kusalahkan
Kala jarak adalah perilaku yang kudambakan
Biarlah cinta saja yang bikin dada ini tertekan
Jarak yang kian mengimpit jangan dibiarkan
Dahsyatnya pertemuan bersama sang pujaan, seseorang menceritakan kejadian tersebut yang seluruh anggota badannya seolah menertawakannya. Padahal kejadian itu telah terjadi bertahun-tahun yang silam. Meskipun demikian, ia menceritakannya dengan gairah dan semangat yang membara,
ketika sang awan berurai air mata
Taman-taman malah gembira penuh tawa
Laksana dia yang diterpa cinta
Ia tampak seolah berselimut duka
Pertemuan mesra dengan pujaan hati yang diambil oleh mata-mata cinta, lantas dibeberkan kepada semua orang, sejatinya serupa senyuman yang disembunyikan atau serupa deheman kecil yang bermaksud mencela, serupa penggelapan, tekanan pada orang lain, pukulan tangan/tendangan kaki, tak ada yang mengenakkan hati.
Pertemuan dalam sunyi sepi penuh rahasia
Tak serupa pertemuan terbuka di belantara manusia
Kemesraan yang dipandang orang lain
Laiknya berjalan di jurang nan licin
Adapun mengenai sifat-sifat pertemuan, pujangga besar Islam ini pun bersyair,
Susah payah kumencari cinta
Laiknya mencari kutu di tumpukan kain saja
Selalu saja kuberusaha sua sang pujaan tercinta
Laiknya laron yang gigih memburu cahaya
Selalu ingin kujumpa sang pujaan
Laksana sang haus inginkan air menyegarkan
Tak bosan-bosan sang pujaan kupandang selalu
Keelokannya bikin penasaran selalu hatiku.
Ibn Hazm al-Andalusi lahir di Cordoba pada 384 H/994 M, ia adalah seorang ulama dan pujangga besar Islam abad ke-5 H. Ibn Hazm menguasai banyak disiplin ilmu seperti fikih, tafsir, hadis, ushul fikih, kalam, mantiq, kedokteran, sastra, dan sejarah.
Perlu kiranya mengetahui syair dari pujangga besar ini, syair yang memikat hati dan siapa saja membaca syairnya pasti terbius dengan keindahan bahasanya.
Sumber: Risalah Cinta Kitab Legendaris tentang Seni Mencinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H