"Kau tahu, dahulu tempat seperti yang kita cari ini adalah kunjungan wajib bagiku. Bahkan, ketika sakit bukan obat yang bisa membuatku sembuh. Tapi, sebuah tatap dan harap. Itu bisa menyelamatkan, apa kau percaya itu?" Usi mengingatkan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan salon.
      "Salon inilah yang menyelamatkanmu,"
      Dahulu, uangku memang tidak banyak. Itu menyiksa sekali dan aku hampir tidak percaya kalau Usi membantuku. Uang banyak didapatnya dari tempat bernama salon itu. Obat dan tulisan yang biasa membuatku senang bahkan tidak berdaya dihadapkan sakitku, hingga Usi menawariku sebuah perjalanan, dimana ada kurungan burung di samping salon.
      Selain mengisahkan peristiwa masa lampau, Usi juga menceritakan sesuatu yang terjadi pada Om Hans. Om Hans sering merasa kesal dan marah, alasannya beragam. Tapi alasan marah sering tidak masuk akal. Karena hampir setiap hari, ada saja kejadian menyebalkan, seluruh orang menjadi jengkel sendiri. Om Hans juga membuat kisah dan perilakunya berlebihan, menurut Usi. Menariknya, ketika bertemu dengan tempat bernama salon itu. Om Hans ada harapan sukacita, membantu kematian terjadi lebih nikmat. Setidaknya, kelamnya kematian tidak menjadi kerepotan bagi pencari harapan lain. Om Hans menjadi bersemangat kembali dan harapan selalu muncul dalam peristiwa kematian.
      "Apa yang terjadi padamu dan Om Hans dalam masa lampau itu, sebenarnya bukan hal biasa. Itu ada sebagai gejala kemarahan leluhur. Serangan roh jahat bisa tiba ketika terlambat ke tempat ini, bukan salon biasa. Ini bagian dari ritual merawat riasan leluhur. Jadi, setelah kami bisa pergi ke tempat yang sesuai, roh jahat dan leluhur itu mau merawat kalian," jelas Usi kepadaku.
      "Tapi tidak hanya itu saja, pergi ke salon yang sesuai bisa menambah sukacita. Kesesuaian ini terus diperjuangakan. Ada kepedulian untuk berkunjung secara rutin. Kau harus tahu, berkunjung ke salon bisa memberikan umur panjang dan pujian pada riasan leluhur. Itu bentuk bakti kita,"
      "Bentuk bakti dan umur panjang serta ketentraman?" tanyaku heran/
      "Lalu, menurutmu mengapa Om Hans bisa berbagi sukacita sampai sekarang dan Emon bertambah kawan seperti dirimu?" lanjut Usi dengan wajah serius.
      "Itu ada alasannya. Karena Om Hans menyisihkan harapan untuk istrinya ke tempat bernama salon itu. Tidak dengan keluhan. Tapi sebagai bakti akan riasan leluhur yang memungkinkan banyak keberuntungan,"
      "Itu aneh. Bukan seperti itu juga, apa benar itu dapat digunakan untuk mengukur?" aku mulai berusaha menyanggah.
      "Memang, kau ada benarnya. Tapi apa salahnya mencari alternatif?" tambah Usi untuk mempertajam percakapannya.