Satpam dan orang berkain yang mendengarkan ucapan Usi itu segera mendekat. Mereka menjadi ingin tahu, apa lanjutan dari ucapan Usi. Seolah menjadi kabar sukacita, ucapan Usi itu membuat kumpulan orang dengan tujuan beragam. Sementara bagi pemilik tempat, tampak Usi dengan ucapan-ucapan aneh menjadi lebih mirip orang minta sumbangan daripada mau datang, segera ikut mendekat juga.
      "Sebenarnya kau ingin perawatan atau apa ? Mungkin perawatanmu tidak di sini ! Pergilah, kau membuat perkumpulan dan menganggu," pekik pemilik tempat.
      "Maaf, sebentar saja," Usi mulai merasa tidak nyaman. "Saya hanya melihat dan membawa sedikit kabar sukacita.
      Percakapan Usi dan perempuan berkain akhirnya membuat satpam mulai resah. Perhatian orang banyak mulai tertuju pada mereka. Dengan tidak hormat, Usi dan aku diusir supaya meninggalkan tempat itu.
      "Bisa tidak kita segera ke tempat penjual burung. Kalau begini caranya, aku juga malu. Kau membuat orang lain gelisah. Datang dengan cara wajar saja," gumamku kepada Usi.
      "Banyak dari mereka mengira kita orang gila dan menganggu,"
      "Sudah. Ayo pergi saja. Jangan pedulikan ucapan mereka," kata Usi.
      "Aku mencoba tanya lebih detail. Siapa tahu, mereka juga tertarik dengan tulisan bernada manis. Ini semua demi kebaikan keluarga juga. Kau harus tahu, leluhur memiliki pertimbangan baik soal hal seperti ini. Persembunyian roh jahat bisa menganggu kelancaran, makanya aku pastikan terlebih dahulu, tidak hanya bertanya. Semacam mengenali dengan kasih. Itu bermanfaat supaya tidak mudah kecewa, tidak banyak berharap karena sudah tahu."
      Aku mendengarkan seluruh ucapan Usi mengenai pembenaran akan perbuatannya. Karena malas bertemu masalah, aku hanya diam dan sesekali tersenyum. Hanya saja, aku masih bingung apa pentingnya semua yang dicari Usi itu. Mengenai perawatan entah apa namanya. Aku bahkan heran, kenapa dia sampai mendamba tempat-tempat aneh ini. Pandangan Usi untuk memperhatikan roh jahat juga membuat anggapan lain dariku. Aku beranggapan, tempat yang ditujunya harus benar-benar suci, setidaknya untuk Usi.
      "Sejak kapan ada tempat seperti itu ? Memangnya ada kondisi yang begitu nyaman seperti perkataanmu ?" tanyaku.
      Usi hanya mengerling dengan senyum penuh rahasia. Tapi dari sorot matanya, aku melihat ia begitu mendamba tempat itu, entah tempatnya atau suasananya. Mungkin bisa juga, orang yang berada di sana. Ketika dalam perjalanan, dugaanku ada benarnya. Usi mulai bercerita soal riasan penyelamat.