Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nakal-nakal Binal, Perempuanku

20 Mei 2011   14:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:25 14784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Akupun melangkahkan kaki menuju rumah Mas Samsul. Kulihat Aliya sedang duduk di atas bangku. Kuhampiri ia, lalu kuraih tubuhnya dan kugendong di tangan kiri. Sekarang ada dua perempuan dalam dekapan. Aku merasa sebagai pria yang paling beruntung.


Tiba di dalam rumah, tampak kopi mengepul di atas gelas dan gorengan aron di dalam toples. Aku tertawa sendiri. Ah ternyata belum berubah juga nih, masih seperti setahun yang lalu.


"Ada urusan apa datang ke sini?" tanya Mas Samsul sambil menatapku.


"Biasa, bayar pajak motor Mas," jawabku sambil membuka toples. Ku ambil tiga potong. Dua potong kuberikan pada perempuan di pangkuanku, sisanya kumasukkan di mulut.


"Sudah beres"


"Sudah Mas"


Lama kami ngobrol ngalor ngidul. Pembicaraan kami tidak jauh dari memancing. Kebetulan kami mempunyai hobi yang sama. Sedangkan dua perempuan itu, bercanda diantara obrolan kami. Hingga akhirnya sore datang menghampiri. Memutus kemesraan kami.


"Mas, saya pulang dulu yah. Sudah sore nih. Pasti nyampai Jakarta malem, karena dari Tangerang sini, perjalanan bisa sampai dua jam. Saya capek, besoknya harus kerja"


"Ya sudah. Nanti kalau ada waktu, main ke sini"


"Iyah Mas," aku menjawab sambil beranjak keluar dari rumahnya.


Di luar, akupun pamit pada Mba Nur dan pada perempuan-perempuan itu. Kuciumi mereka satu persatu. Sambil tidak lupa memberikan mereka uang. Tanda rasa sayangku pada mereka. Ah, kalian perempuan-perempuanku. Hiburan di waktu lelah sehabis pulang bekerja. Obat lara diwaktu aku nestafa, merasa kesepian jauh dari keluarga. Kalian hadir mengisi kekosongan dalam relung hati ini. Dengan berat hati kita mesti berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun