Akupun melangkahkan kaki menuju rumah Mas Samsul. Kulihat Aliya sedang duduk di atas bangku. Kuhampiri ia, lalu kuraih tubuhnya dan kugendong di tangan kiri. Sekarang ada dua perempuan dalam dekapan. Aku merasa sebagai pria yang paling beruntung.
Tiba di dalam rumah, tampak kopi mengepul di atas gelas dan gorengan aron di dalam toples. Aku tertawa sendiri. Ah ternyata belum berubah juga nih, masih seperti setahun yang lalu.
"Ada urusan apa datang ke sini?" tanya Mas Samsul sambil menatapku.
"Biasa, bayar pajak motor Mas," jawabku sambil membuka toples. Ku ambil tiga potong. Dua potong kuberikan pada perempuan di pangkuanku, sisanya kumasukkan di mulut.
"Sudah beres"
"Sudah Mas"
Lama kami ngobrol ngalor ngidul. Pembicaraan kami tidak jauh dari memancing. Kebetulan kami mempunyai hobi yang sama. Sedangkan dua perempuan itu, bercanda diantara obrolan kami. Hingga akhirnya sore datang menghampiri. Memutus kemesraan kami.
"Mas, saya pulang dulu yah. Sudah sore nih. Pasti nyampai Jakarta malem, karena dari Tangerang sini, perjalanan bisa sampai dua jam. Saya capek, besoknya harus kerja"
"Ya sudah. Nanti kalau ada waktu, main ke sini"
"Iyah Mas," aku menjawab sambil beranjak keluar dari rumahnya.
Di luar, akupun pamit pada Mba Nur dan pada perempuan-perempuan itu. Kuciumi mereka satu persatu. Sambil tidak lupa memberikan mereka uang. Tanda rasa sayangku pada mereka. Ah, kalian perempuan-perempuanku. Hiburan di waktu lelah sehabis pulang bekerja. Obat lara diwaktu aku nestafa, merasa kesepian jauh dari keluarga. Kalian hadir mengisi kekosongan dalam relung hati ini. Dengan berat hati kita mesti berpisah.