Perempuan ini tampak baru bangun dari tidurnya. Terlihat dari rambutnya yang awut-awutan. Namun kecantikannya tetap nampak di wajah itu. Pipinya yang putih kemerahan, masih sama dengan setahun yang lalu.
"Aliya, masih inget Om, enggak?" tanyaku ketika kami sudah berdiri di hadapannya. Namun tak ada jawaban, hanya senyum yang mengembang dari mulutnya. Suatu perasaan aneh menyelusup dalam pikiran, sepertinya dia juga lupa terhadapku seperti perempuan yang berada didalam gendonganku ini.
"Eh, apa kabar. Sudah lama gak ke sini?" tiba-tiba dari kejauhan datang seorang pria menyapa. Ternyata dia Mas Samsul. Bekas tetanggaku dulu.
"Baik Mas," jawabku sambil menurunkan perempuan yang masih dalam rangkulan. Kemudian kuulurkan tangan, mengajak Mas Samsul salaman.
"Di rumah aja, yuk," ajak dia sambil berjalan ke rumahnya. Dan akupun mengikutinya. Aku tidak heran dengan sikapnya, karena memang begitu sifatnya dari dulu.
"Gimana, sehat?" tanyanya.
"Sehat Mas," jawab saya pendek.
"Aduh-aduh orang jauh, kemana saja nih kok baru kelihatan?" belum juga aku masuk ke rumahnya Mas Samsul, Mba Nur menyapa dari kejauhan. Membuatku urung untuk masuk ke dalam rumah. Tanpa basa-basi terhadap Mas Samsul aku melangkahkan kaki ke rumah Mba Nur. Karena inipun sudah kebiasaanku. Mas Samsul sudah mengerti.
"Gimana, sehat Mba?" tanyaku sambil mengulurkan tangan mengajak salaman.
"Alhamdulillah, mana isterinya," jawabnya sambil tertawa.
"Belum nih Mba. Saya belum punya isteri, jodohin dong"