Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Papah, Apakah Engkau Ayahku

21 Maret 2011   13:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Oh, nyari Papah yah. Sebentar saya panggilkan, beliau ada di kamar, silahkan duduk dulu", ucapnya datar.

"Terimakasih", jawab saya sambil duduk.

Tak lama kemudian ayahku muncul dari dalam kamar. Tampak wajah yang dipenuhi oleh garis-garis tua dan kerutan di sekeliling matanya. Kemudian dia duduk di hadapanku tanpa sepatah katapun.

"Minal aidzin wal faidzin, Pah", ucapku sambil menyorongkan tangan untuk bersalaman sambil membungkukkan tangan.

"Sama-sama", jawab ayahku sambil menerima uluran tanganku dingin.

"Mah, air", ucapnya ketika sudah duduk di kursi, kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Tak lama kemudian Ibu Tiriku datang membawa air dan kue lebaran dan serta meletakannya di meja. Setelah itu dia berlalu dari hadapan kami, kembali asyik dengan acara tivi di ruang tengah.

"Ayo diminum", ucap ayahku. Kembali nada bicaranya datar tanpa ekspresi.

"Terimakasih", jawabku.

Setelah minum air putih yang disuguhkan, akupun merokok. Selama lima menit kami saling berdiam diri, hanya hembusan asap rokok yang saling berpautan mewakili keadaan kami saat itu.

"Gimana kabarnya Pah, baik-baik sajakah?", tanyaku. Kesal dengan kebisuan yang terjadi antara kami.

"Baik", jawabnya. Kembali kuterima sebuah jawaban yang dingin, hingga membuatku kebingungan. Apa yang harus kulakukan agar suasana kaku ini mencair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun