“Mas, jangan putus asa, lusa datang lagi saja.”
“Tapi dia sudah marah dan nolak cilok yang saya bawa. Lusa datang juga percuma kan?”
“Kalau lusa pasti diterima deh, hari ini bukan jadwal makan cilok soalnya.”
“Hah?! Makan cilok aja pake dijadwal?”
“Mbak Sekar itu semua dijadwal. Biarpun dia suka banget sama cilok tapi kalau bukan harinya ya pasti ditolak. Makanya dia jadi jutek soalnya itu kan kesukaan dia.”
“Oh, gitu. Oke deh, nanti saya balik lagi. Trims ya.”
***
Lusanya Pairun datang lagi. Kali ini dengan tekad yang lebih kuat untuk membicarakan naskahnya agar dipertimbangkan lagi.
“Ada apa lagi, Mas?” tanya Sekar saat menemui Pairun di ruang tamu kantornya.
“Mbak sudah baca revisi saya kan, jadi gimana? Bisa dipertimbangkan kan?”
“Masih ada beberapa perbaikan yang harus dikerjakan lagi. Saya butuh kerja samanya. Tapi nggak perlu juga selalu datang ke kantor.”