“Kamu boleh saja mempertahankan idenya tapi cara penyampaiannya harus dirubah, kalau tetap seperti itu secara keseluruhan sangat mengganggu.”
“Terus saya harus gimana lagi? Saya bisanya ya hanya itu saja.”
“Usaha lah, cari ide lain agar ceritanya lebih mudah diterima pembaca.”
Tiba-tiba Pairun bangkit dari kursinya yang membuat Sekar pun otomatis berdiri.
“Apa-apaan nih?”
“Oh, saya hanya mau kasih ini saja mbak,” sahutnya dengan kalem seraya menyerahkan kantong kresek yang tadi diletakkan di meja.
“Apaan ini? Bikin kaget saja,” gerutu Sekar jengkel.
“Cilok. Ini saya bawa dari Bandung tadi sebelum ke Jakarta saya sengaja mampir dulu di sana. Kan ini kesukaan Mbak Sekar.”
“Maaf. Tapi saya tidak bisa menerimanya. Sudah ya saya harus balik kerja lagi.”
Sekar langsung meninggalkan Pairun yang terbengong-bengong begitu saja.
Lalu Ita si Resepsonis datang menghampiri.