Tuanku,
Surga telah menantimu beserta para bidadarinya
Istana emas membentang di sepanjang gunung
Dihembus napas perjanjian, mewujudkan mimpi yang tergenggam dalam telapak
Keajaiban,
Para peminta harus puas menyulam mimpi pada jari jemari
Raga mereka memulas senyum dan keiklasan padanya, untuk memberi
Keajaiban,
Penyihir tamak nyata mengharap permata juga Permaisuri
Walau tebing curam telah melukai lututnya, menggerogoti jiwanya
Matanya nyalang, mulutnya tak berhenti merutuk
karena dililit kemurkaan dan napsu yang tak mampu mampus
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!