Mohon tunggu...
Peri Danau
Peri Danau Mohon Tunggu... -

Kamu percaya pada keajaiban? Aku percaya...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lampu Wasiat

21 September 2012   12:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketegaran terpancar dari matanya yang kering, dan dadanya yang diperisai keyakinan
Jalan telah terbentang dan gerbang itu telah terbuka

Mata segelap arang para penyihir itu makin awas kini, nyalang bagai elang

Mereka menyangkal kuasa-Nya dan melewati batas nurani
Air muka beringas, berebut memamerkan taring-taring menakutkan
Di lorong-lorong berbau Neraka penuh jiwa yang tamak dan cemburu

Di mana terdengar terpaan besi, dan panasnya memburu
Bongkahan bara dan lahar yang menggelegak

Dinding istana menjadi saksi di mana pertempuran si pembela cinta melawan yang salah, demi hak dan kebenaran
Betapa damai terasa bagai lantunan puisi para penyair

Keajaiban,

Sungguh hati sekeras karangpun dapat luluh pada kemurnian cinta
Dan betapa pongahnya pesaingmu

Permaisuriku,

Jangan takut, karena debaran ini akan membimbingmu padaku, pada kebenaran

(insprasi dari dongeng Aladin dan Lampu Wasiat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun