Mohon tunggu...
Peri Danau
Peri Danau Mohon Tunggu... -

Kamu percaya pada keajaiban? Aku percaya...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lampu Wasiat

21 September 2012   12:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

O Tuan, Aku mendengarnya memanggilmu dari dalam lampu, lirih dan pedih
Semerbak melati mengisi udara, seiring dengan kepak sayap sekelompok burung
Terbawa angin hingga di penjara tempat Permaisuri berduka
Harum cintanya itu mengisi hati yang meletup-letup dan menimbulkan kerinduan

untuk kembali bersama

Tetapi mantera dan sihir dari kegelapan hutan telah berkelana mengepung dirinya, bagai penyakit mematikan
Seperti panah pemburu yang melumpuhkan

Nyanyian kebebasan telah berkumandang di udara
Matahari mengangguk kuat menyemangatinya

Keajaiban,

Dan mata-mata polos terus memandang dengan bodoh
Cahaya menyilaukan itu memaksa mereka untuk membuka mata dan bangkit untuk melawan

Permaisuriku, Istanaku

Yang pada benakku nampak tertidur dalam gelisah dinginnya Istana

Buka matamu,

Betapa daun-daun dapat jatuh sebagai jawaban doa
Dari seberang, gunung mulai bergetar
Gema agung terus berdengung Tumbuh-tumbuhan dan sekawanan hewan ikut merunduk dan berdoa
Kupu-kupu telah bangkit dari persembunyiannya
Kelopak bunga berebut embun dan cahaya

Sementara mata itu terus memanah penuh amarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun