O Tuan, Aku mendengarnya memanggilmu dari dalam lampu, lirih dan pedih
Semerbak melati mengisi udara, seiring dengan kepak sayap sekelompok burung
Terbawa angin hingga di penjara tempat Permaisuri berduka
Harum cintanya itu mengisi hati yang meletup-letup dan menimbulkan kerinduan
untuk kembali bersama
Tetapi mantera dan sihir dari kegelapan hutan telah berkelana mengepung dirinya, bagai penyakit mematikan
Seperti panah pemburu yang melumpuhkan
Nyanyian kebebasan telah berkumandang di udara
Matahari mengangguk kuat menyemangatinya
Keajaiban,
Dan mata-mata polos terus memandang dengan bodoh
Cahaya menyilaukan itu memaksa mereka untuk membuka mata dan bangkit untuk melawan
Permaisuriku, Istanaku
Yang pada benakku nampak tertidur dalam gelisah dinginnya Istana
Buka matamu,
Betapa daun-daun dapat jatuh sebagai jawaban doa
Dari seberang, gunung mulai bergetar
Gema agung terus berdengung Tumbuh-tumbuhan dan sekawanan hewan ikut merunduk dan berdoa
Kupu-kupu telah bangkit dari persembunyiannya
Kelopak bunga berebut embun dan cahaya
Sementara mata itu terus memanah penuh amarah