“Tidak apa-apa. Di sana ada banyak teman, kok.”
“Tunggu aku limabelas menit. Aku akan menjemputmu.”
“Tapi…”
Tut…tut…tut.
Wanita itu merasa sangat bersalah. Lagi-lagi dia harus menyusahkan Rein, kekasihnya. Harus mengganggu
kesibukannya. Dia menghela napas.
Rein datang tepat limabelas menit kemudian. Rasa bersalah di hati wanita itu segera menguap ketika Rein berhasil menghangatkan suasana. Mereka berangkat dengan sepeda motor berkecepatan sedang. Membelah jalanan kota Makassar yang mulai padat. Sebelum tiba di pantai Losari, motor berbelok, menuju pantai Tanjung Bayang.
“Kita belum pernah ke pantai Losari, Rein.” Suara wanita itu samar ditelan angin.
“Kapan-kapan kita ke sana…! Dan, kamu akan menjadi wanita pertama yang kuajak mengelilingi pantai itu…!”
Rein berseru. Menyaingi suara angin.
Pantai yang airnya tidak jernih itu sudah ramai dikunjungi orang. Balai-balai tempat istirahat berjejer di sekitar pantai. Disewakan untuk mereka yang ingin berada di pantai dalam waktu lama. Misalnya keluarga atau remaja yang ingin menghabiskan waktu di pantai itu seharian penuh. Juga ada penginapan bagi mereka yang sedang ada kegiatan atau sekadar ingin menikmati pantai di waktu malam.
Dari sebuah tempat, beberapa orang melambaikan tangan, memanggil wanita itu. Mereka adalah teman-teman kelasnya.
“Di sini…!!!”
Wanita itu dan kekasihnya, Rein, menghampiri mereka. Hari ini mereka akan mengadakan penggalangan dana dengan menjual beberapa jenis kue. Penggalangan dana untuk menyukseskan kegiatan seminar mereka yang tinggal menghitung hari.