Terdengar suara pintu diketuk. Johan meletakkan cangkirnya di atas meja  dan berjalan ke sumber suara. Ia memutar ke bawah knop pintu dan menarik keÂ
arahnya. Di hadapan Johan sudah berdiri seorang pria paruh baya yang tidak  dikenal. Pria ini membawa sesuatu di dalam kantong yang dipegangnya.Â
"Assalamu'alaikum," ucap lelaki itu pelan seraya menunduk sedikit.Â
"Wa'alaikumussalam. Siapa ya?" Johan membalas salam dan langsung  bertanya pada lelaki itu.Â
"Permisi Mas. Nama saya Darman. Saya baru tinggal di belakang rumah  Mas. Maaf kalau mengganggu malam-malam begini. Saya ingin minta tolong,  Mas," suara lelaki bernama Darman itu semakin lirih.Â
"Minta tolong apa, Pak?"Â
"Saya kan seorang penjahit, Mas. Karena kondisi saat ini, saya tidak dapat  pesanan menjahit lagi. Dan saya harus memberi makan istri dan dua anak saya.  Saya sudah berusaha untuk mencari pekerjaan. Namun, sampai sekarang saya  masih belum dapat, Mas."Â
"Langsung ke intinya saja, Pak," suara Johan mulai sedikit ketus. Ia sudah  bisa tahu maksud dari Darman.Â
"Saya ingin menjual mesin jahit ini, Mas. Untuk biaya hidup keluarga saya. Â Barangkali Mas mau membelinya."Â
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa. Saya ini cuma mahasiswa. Tidak punya uang. Â Ke tempat lain saja."Â
"Tetapi Mas. Saya bingung harus kemana lagi."Â