Mohon tunggu...
Abdul Rahmat
Abdul Rahmat Mohon Tunggu... Guru - Guru

Suka dengan puisi dan novel. Menulis karena sudah jatuh cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rantai Kebaikan

13 Februari 2023   10:48 Diperbarui: 13 Februari 2023   10:54 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rahman berlari kecil ke dalam rumah. Johan yang berdiri di depan pintu  menampilkan wajah heran. Tak lama, Rahman terlihat lagi seraya membawa  sesuatu di tangannya.  

"Pak, ini ada beras, telur, dan sembako yang lain. Semoga bisa sedikit  membantu Bapak dan keluarga," ucap Rahman lembut, menyerahkan kantong yang  cukup besar. Darman menyambut pemberian Rahman. "Dan ini juga ada sedikit  uang, semoga bisa membantu," lanjut Rahman memberikan beberapa lembar uang  seratus ribu.

Kristal bening yang sedari tadi tercipta di sudut mata Darman, mulai  menderai melewati pipi. Ia sudah tak mampu menahannya lagi. Di mata lelaki  berumur itu, Rahman adalah rasa kasih dan sayang yang dikirim Tuhan untuk  membantunya. 

"Bapak tidak usah menjual mesin jahit ini. Mesin jahit Bapak adalah alat  untuk mencari rezeki. Kalau dijual, Bapak tidak bisa menjahit nanti," ucap Rahman. 

"Terima kasih banyak, Mas. Semoga Allah membalas semua kebaikan Mas.  Hanya doa ini yang bisa saya berikan sebagai balasan," ucap Darman dengan suara  isak tangis. Rahman mencoba menenangkan. 

"Amin. Sudah tugas kita sebagai manusia untuk saling membantu Pak." 

Setelah berbalas salam dan doa kebaikan, Darman pamit pulang. Dengan  rasa bahagia yang teramat. Hal yang sama juga dirasakan Rahman. Sebuah rasa  bahagia yang tidak mampu diungkapkan dan diukur oleh apa pun. 

"Itu bahan makanan kita loh, Man. Untuk menyambung hidup kita di masa  sulit ini. Dan kamu kasih uang ke bapak itu juga. Kita orang yang membutuhkan  juga, Man!" protes Johan. 

"Jo, enggak ada salahnya kan kita membantu orang. Dan aku juga enggak  memberi semuanya kok. Tenang, kita masih bisa hidup," Rahman terkekeh. 

"Iya juga sih. Tetapi hidup kita gimana nanti kalau belum dapat kiriman dari  orang tua?" 

"Jangan ragu untuk berbuat baik. Insyaallah dengan berbuat baik, kita juga  akan mendapat kebaikan. Sudah, enggak baik kalau ini dibahas terus. Ayo masuk,"  ucap Rahman menarik lengan Johan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun