"Iya deh, Man," Johan melangkah lemas masuk ke dalam rumah. Â
Sinar matahari yang mulai muncul dari ufuk timur menerangi kembali bumi.  Menyapa kehidupan yang masih berbeda. Virus covid-19 masih mengintai manusia  yang mulai berkegiatan di luar. Bersosialisasi dengan menjaga jarak dan membatasiÂ
kontak fisik. Hampir di setiap wajah ditutupi masker. Karena ada rasa was-was yang  selalu setia jadi teman dalam setiap langkah.Â
Johan duduk di atas motornya. Pagi ini dia ada kegiatan yang mengharuskan  keluar rumah. Setelah memanaskan mesin motor, ia mulai memutar gas motor.  Perlahan roda kendaraan itu berputar. Motor mulai bergerak ke depan. Baru  beberapa meter, mendadak Johan menekan rem, hingga membuat badannya  condong ke depan. Â
"Rahman! Man! Sini!" teriak Johan. Tak lama, yang dipanggil datang  menghampiri.Â
"Kenapa? Masih pagi udah teriak-teriak," balas Rahman.Â
"Lihat nih! Gimana mau keluar rumah?!" Johan menunjuk ke depan pagar  rumah. Jembatan kecil di depan rumah mereka ambruk. Antara rumah dan jalanan  terdapat parit yang cukup lebar, sehingga setiap rumah di sekitar situ pasti dibuat  jembatan kecil. Karena jembatan di depan rumah mereka ambruk, Johan tidak dapat  melewatinya dengan motor.Â
"Waduh, kenapa bisa ambruk begitu?" tanya Rahman penasaran. "Aku enggak tahu lah!" jawab Johan kesal.Â
"Aku enggak mengerti cara baikin ini. Kalau kamu?"Â
"Kamu saja tidak bisa, apalagi aku, Man!"Â
Darman kebetulan lewat di depan rumah Rahman. Dia menghentikan  langkahnya. Memperhatikan dua orang pemuda yang tampak kebingungan.  Darman putuskan untuk berjalan mendekati.Â