Mohon tunggu...
Mudy
Mudy Mohon Tunggu... -

Rakyat kecil tinggal di Jakarta, pensiunan swasta, Pancasilais, republiken, ultra-nasionalis. Anti NeoLib-ASEAN-C, anti religio-fascist, anti rezim-status-quo-koruptor. https://mudy45.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

TNI AL dalam Konstelasi Kekuatan Laut Asia Tenggara 2015

22 September 2014   07:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58 22088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kemampuan anti pesawat, kapal selam dapat lebih dulu menembak pesawat/heli anti kapal selam sebelum senjata anti kapal selam dijatuhkan.

Tanpa kemampuan anti pesawat, kapal selam masa kini menjadi "sitting duck", hanya bisa bersembunyi menunggu ditemukan dan dihancurkan oleh kekuata udara lawan. Pengadaan kapal selam tanpa kemampuan anti serangan udara adalah kesalahan akuisisi alutsista.

Untuk mengamankan perairan Indonesia dibutuhkan penyebaran sistem deteksi kapal selam yang mampu mendeteksi kapal selam setidaknya di seluruh alur pintu masuk perairan Indonesia, dan di titik-titik tertentu dalam perairan Indonesia. Dengan adanya jaringan buoy tersebut keberadaan kapal selam asing lebih mudah, cepat, dan murah untuk diketahui, dibanding harus melakukan patroli rutin oleh pesawat, kapal, kapal selam, atau bahkan UAV. Selain itu sistem deteksi dapat memiliki banyak fungsi lain, seperti sebagai pemantau bencana tsunami, dan lain sebagainya.

[caption id="" align="aligncenter" width="598" caption="Tactical combat datalink (http://www.examiner.com/)"]

Tactical combat datalink (http://www.examiner.com/)
Tactical combat datalink (http://www.examiner.com/)
[/caption]

3. Network centric warfare

Kelemahan utama TNI adalah pada network centric warfare yang menjadi titik utama keunggulan perang moderen. Dengan kemampuan network centric warfare yang rendah, alutsista TNI bertempur sendiri-sendiri, tidak sebagai kesatuan. Tidak terjadi force multiplier atas kehadiran berbagai aset alutsista TNI di lokasi yang sama.

Pengembangan network centric warfare harus dilakukan di tingkat joint-command (ABRI), bukan pada trimatra. Hal ini yang menghambat perkembangan network centric warfare TNI, karena akuisisi dilakukan pada tingkat trimatra, bukan pada tingkat joint-command.

Pengembangan network centrik warfare perlu dilakukan dengan mengembangkan unit signal pada tingkat joint-command, dimana tugas pertama adalah menetapkan, membentuk, dan membuat standar datalink untuk TNI, dimana seluruh pengadaan harus menyesuaikan dengan standar datalink tersebut. Langkah awal ini sudah dimulai oleh angkatan bersenjata Thailand yang secara efektif meningkatkan komunikasi tempur antara alutsista AL dan AU-nya. Demikian pula India sudah memiliki kemampuan komunikasi data tempur yang sangat maju.

Negara seperti Singapura tidak perlu mengembangkan datalink sendiri karena sepenuhnya mengandalkan teknologi standar NATO yang berbasis link-16. Demikian pula Vietnam berbasis pada standar datalink Rusia.

Indonesia dengan pilihan tidak berkubu harus mengembangkan sendiri kemampuan network centric warfare-nya, dimana standarisasi datalink dan keberadaan unit signal pada tingkat joint-command (ABRI) adalah langkah awal yang harus segera dilakukan.

[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="S-300-PMU1 (http://talkvietnam.com)"]

S-300-PMU1 (http://talkvietnam.com)
S-300-PMU1 (http://talkvietnam.com)
[/caption]

4. Coastal defense network

Angkatan Laut sangat terbantu dengan adanya sea denial dari kekuatan darat. Jaringan radar, rudal pertahanan udara jarak jauh, dan rudal anti kapal jarak jauh akan membentuk area aman dimana kekuatan tempur AL dapat beroperasi dengan keunggulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun