[caption id="attachment_325021" align="aligncenter" width="700" caption="Kekuatan Tempur Laut Negara-negara Asia Tenggara 2015"][/caption]
TNI AL dalam Konstelasi Kekuatan Laut Asia Tenggara 2015
oleh mudy 2014
Per 2015 TNI AL berhasil mempertahankan status sebagai angkatan laut terkuat di Asia Tenggara yang disandang sejak era 1950. Sekalipun ditengah keterbatasan anggaran dan peningkatan signifikan kekuatan AL negara lain. Namun jika trend tidak berubah status tersebut diperkirakan akan berpindah pada dekade mendatang ke AL Singapore, Vietnam, atau Thailand, mengakhiri supremasi TNI AL mengikuti jejak TNI AD dan AU yang telah kehilangan status terkuat di Asia Tenggara jauh sebelumnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="www.tnial.mil.id"]
Sejarah Angkatan Laut Terkuat di Belahan Bumi Selatan
TNI AL telah menjadi AL terkuat di Asia Tenggara sejak KMB (Konferensi Meja Bundar) meresmikan RIS (Republik Indonesia Serikat) pada Desember 1949, yang kemudian menyatu kembali menjadi Republik Indonesia. Menerima aset peninggalan NICA / Hindia Belanda menjadikan TNI AL menjadi angkatan laut yang terkuat di Asia Tenggara, bahkan di belahan bumi selatan.
Hubungan antara ALRI dengan AL Belanda cukup unik. Sekalipun pada awal kemerdekaan kedua negara sempat sering bersitegang, namun ALRI memelihara hubungan baik dengan AL Belanda. Hal ini karena banyak teknologi TNI AL berasal dari Belanda. Pelaut-pelaut awal TNI AL pun kebanyakan memperoleh pendidikan dari Belanda. Pada masa-masa hubungan baik, AL Belanda sering memberikan kapal-kapal perang bekasnya yang masih cukup moderen, yang menjadi tulang punggung TNI AL. Antara lain KRI Gajah Mada, destroyer kelas N, yang menjadi kapal bendera ALRI (flagship) hingga tahun 1960. Frigat kelas Ahmad Yani TNI AL yang menjadi andalan selama beberapa generasi-pun adalah kelas Van Speijk ex Kerajaan Belanda.
Selain destroyer kelas N, pada masa jaya-nya TNI AL memiliki destroyer kelas Skoryy (Soviet). Sedangkan kapal perang terbesar yang pernah dioperasikan oleh TNI AL adalah KRI Irian, sebuah kapal jelajah (cruiser) kelas Sverdlov (Soviet), dengan awak 1200 orang, dan bobot 16.000 ton (bandingkan dengan kapal tempur terbesar TNI AL saat ini frigat kelas Ahmad Yani hanya berbobit 2500 ton).
KRI Irian yang beroperasi tahun 1962 - 1970 merupakan simbol dari puncak kejayaan TNI AL sebagai AL terkuat di belahan bumi selatan. Pada saat itu, AURI-pun merupakan angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan, yang menjadikan TNI (APRI/ABRI) sebagai militer terkuat di belahan bumi selatan.
[caption id="" align="aligncenter" width="573" caption="KRI Irian (http://jakartagreater.com)"]
Mempertahankan Kekuatan TNI AL
Kecilnya anggaran pemeliharaan menyebabkan TNI AL kesulitan memelihara armada besar. Namun dengan berbagai cara, status sebagai AL terkuat di Asia Tenggara berhasil dipertahankan. Di era orde baru, pengadaan kapal-kapal eks Jerman Timur, sekalipun diwarnai isu korupsi, berhasil memperkuat armada TNI AL. Keberadaan 16 korvet kelas Parchim (sekalipun kemampuan tempur-nya banyak diragukan) meningkatkan skala kuantitas kemampuan anti kapal selam yang sangat dibutuhkan Indonesia. Juga sejumlah besar kapal amfibi menambah tonase kemampuan serang amfibi TNI.
Pada era reformasi, pengadaan dan pengoperasian kapal-kapal amfibi besar kelas LPD (landing platform dock) merupakan prestasi besar bagi TNI AL, selain meningkatkan kemampuan TNI memproyeksikan kekuatan darat dalam jumlah besar antar pulau, pembangunan kapal LPD besar di Indonesia sangat membanggakan dan merupakan pola untuk meningkatkan perekonomian nasional dari anggaran militer. Lebih membanggakan lagi LPD kelas Makassar (8400 ton) ini bahkan dibeli oleh negara-negara lain. LPD kelas Makassar dan Banjarmasin dibangun PT PAL di Indonesia, bekerjasama dengan perusahaan Korea Selatan Daewoo. Dengan keberadaan 4 LPD ini TNI Â mempertahankan status sebagai kekuatan serang amfibi terbesar di Asia Tenggara.
[caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="KRI Makassar (wikimedia.org)"]
Semangat kemandirian pengadaan alutsista juga tercermin dalam pengadaan kapal perang trimaran berbasis karbon-fiber yang gagal karena terbakar. Walaupun gagal, namun semangat tersebut harus sangat dihargai. Bukan berarti pengadaan kapal perang berbasis karbon-fiber perlu dilanjutkan, karena sudah terbukti kurang sesuai dengan iklim tropis yang panas dan lembab. Semangat yang harus dipertahankan adalah semangat pengusaha Indonesia untuk berkolaborasi dengan pengusaha negara asing mendirikan pusat produksi militer di Indonesia, dan disambut dengan semangat kemandirian alutsista oleh TNI melalui order besar berkesinambungan.
Masih banyak aspek administrasi akuisisi pertahanan TNI yang harus diperbaiki. Utamanya adalah perencanaan akuisisi yang lebih baik. Lebih baik disini adalah lebih terpadu, terencana, mandiri, dan berfokus pada peningkatan kemampuan tempur.
Arti "lebih terpadu", bukan terkoordinasi antar angkatan, melainkan berdasarkan satu strategi untuk mencapai kekuatan militer gabungan yang solid.
Arti "terencana" bukan sekedar hasil dari penawaran asing, melain kan hasil dari proses pencarian, analisa, dengan persiapan yang memadai.
Arti "mandiri" adalah seluruh sistem dapat dikelola aspek-aspeknya oleh entitas dalam negeri, dengan memprioritaskan pengadaan jumlah besar berkesinambungan untuk alutsista yang dapat diproduksi di dalam negeri. Hal ini sudah dipraktekkan dengan lebih baik oleh TNI AL dibanding AD dan AU.
Arti "berfokus pada peningkatan kemampuan tempur" adalah bahwa akuisisi pertahanan tidak ditujukan untuk parade pencitraan, tontonan, lomba, atau fungsi sirkus, melainkan pada peningkatan kemampuan melakukan pertempuran dalam perang moderen.
Salah satu akrobat akuisisi untuk mempertahankan kemampuan tempur yang dilakukan oleh TNI AL adalah memperpanjang masa operasional frigat Van Speijk dan melakukan moderenisasi persenjataan secara terbatas. Akrobat ini terbukti ampuh mempertahankan kekuatan tempur TNI AL yang dirundung keterbatasan anggaran. Ke-6 frigat Van Speijk (kelas Ahmad Yani) dipasangi mesin-mesin baru yang tidak seboros mesin lama, serta persenjataan baru. 1 frigat dipasangi rudal supersonik anti kapal Yakhont yang tercanggih di Asia Tenggara saat ini, dan telah dilakukan uji coba penembakan. Sementara frigat lain harus cukup puas dengan rudal anti kapal C-802 buatan China yang lebih kurang handal namun cukup memadai untuk saat ini.
Akrobat lain adalah membeli 3 korvet kelas F2000 pesanan Brunei yang batal dibeli. Sehingga dapat diperoleh harga yang lebih murah.
Dengan peremajaan ini TNI AL mempertahankan kekuatan tempur-nya sebagai yang terkuat di Asia Tenggara. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa disaat AD dan AU gagal mempertahankan dominasi kekuatan tempur TNI di Asia Tenggara.
Kategorisasi Kapal Tempur Permukaan (Surface Combattan)
Kehadiran teknologi peluru kendali yang handal mengakhiri era kapal-kapal perang klasik ber-meriam besar. Battleship tidak lagi dioperasikan. Kapal jelajah (cruiser), perusak (destroyer), dan frigat klasik juga digantikan oleh versi moderen berpeluru kendali, tanpa meriam besar. Otomatis bobot-nya pun semakin kecil.
Lebih lanjut lagi, AL AS menghilangkan sama sekali frigat dari jajarannya, dan menggantikan dengan kapal tipe baru: LCS yang bersifat modular.
Ada sedikit kerancuan dalam penamaan kapal. Misalnya destroyer escort (DE) tergolong frigat, bukan destroyer. Disini awalnya timbul proyek PKR (perusak kawal rudal) "frigat pura-pura destroyer" dengan menggunakan nama destroyer escort untuk menyebut frigat. Pada dasarnya penamaan yang seperti ini hanya merusak harga diri saja. Seharusnya dengan ringan diakui bahwa Indonesia belum mampu mengoperasikan kapal perang destroyer, karena keterbatasan anggaran yang diberikan.
Secara umum, berdasarkan bobot kapal tempur permukaan:
1. Fast Attack Craft (FAC): 50 - 800 ton
FAC kapal kecil dengan kecepatan tinggi diatas 30 knot, membawa senjata pamungkas untuk fungsi tertentu seperti rudal anti kapal (torpedo boat).
2. Patrol Boat: 500 - 4.000 ton
Bersenjata ringan, berfungsi menjaga pantai, tidak berlayar lama atau jauh dari pantai. Tidak ditujukan untuk berperang dengan kapal-kapal perang besar. Pada masa damai, kapal patroli merupakan ujung tombak kekuatan Angkatan Laut untuk menjaga perbatasan laut dan perairan lepas pantai.
3. Korvet: 500 - 3.000 ton
Kapal berukuran kecil yang dapat berperang, namun tidak di disain untuk bertempur dalam waktu lama. Biasanya dikonfigurasikan untuk tujuan tertentu seperti anti kapal selam, pertahanan udara, dsb. Karena ukurannya, korvet umumnya tidak bisa berlayar dengan baik di samudra luas. Karena itu hanya dioperasikan di lepas pantai atau di perairan dangkal. Korvet berkecepatan tinggi yang biasa dipakai untuk mencegat kapal, atau untuk memindahkan penumpang antar kapal besar, dikategorikan sebagai cutter.
4. Frigat: 1.500 - 8.000 ton
Kapal perang kecil dengan fungsi tertentu. Masing-masing kapal memiliki keunggulan. Saling melengkapi antara fungsi anti serangan udara, fungsi anti kapal selam, fungsi anti kapal kecil, dan fungsi anti kapal besar. Rusia, khususnya pada masa Sovyet masih memproduksi kapal-kapal 1000 ton dengan kategori frigat yang masih beroperasi saat ini. Sehingga batas bawah tonase frigat masih tidak terlalu jelas.
Frigat wajib memiliki kemampuan berenang di samudra, karena itu umumnya berbobot diatas 2000 ton. Frigat juga harus memiliki persenjataan yang memadai untuk perang. Jika frigat tidak dipersenjatai, sering disebut sebagai korvet, atau bahkan jika hanya dilengkapi dengan kanon bisa disebut sebagai kapal patroli.
5. Perusak (Destroyer): 6.000 - 11.000 ton
Kapal perang yang dapat bertempur secara independen, ditujukan untuk melindungi armada dari kapal-kapal FAC, korvet, kapal selam, atau pesawat. Destroyer harus mampu berlayar dan bertempur dalam waktu lama, mampu menahan gempuran senjata lawan, serta memiliki kecepatan cukup tinggi. Tidak ada destroyer dibawah 6000 ton.
Destroyer secara historis merupakan kapal kawal anti kapal selam, sesuai dengan definisi historis ini destroyer wajib memiliki kemampuan anti kapal selam yang memadai.
6. Penjelajah (Cruiser): 9.000 - 28.000 ton
Kapal perang utama yang dapat berlayar jauh dalam waktu lama. Kapal penjelajah terbesar yang beroperasi saat ini adalah kapal bendera armada utara Rusia: kapal penjelajah nuklir Pyotr Velikiy, kelas Kirov, dengan bobot penuh 28.000 ton. Penjelajah kelas kirov lain, Admiral Nakhimov, tengah dalam perbaikan.
Penjelajah merupakan kebutuhan utama pada suatu armada laut biru. Biasanya flagship negara kekuatan maritim besar adalah kapal penjelajah.
Penjelajah wajib memiliki kemampuan serang darat yang cukup besar, kemampuan perang anti kapal, dan kemampuan pertahanan udara yang kuat.
7. Aircraft Carrier: 11.000 - 100.000 ton
Kapal perang pembawa lebih dari 4 pesawat atau helikopter.
Dibawah 5 pesawat / helikopter masih dapat dikategorikan sebagai Landing Helicopter Dock/Platform. Umumnya LPD besar dapat mengangkut 4 helikopter.
Adanya kerancuan pada kategori korvet, frigat, destroyer, dan penjelajah lebih disebabkan oleh perkembangan teknologi perkapalan dan trend dalam perang dunia maupun perang dingin.
Selain itu terdapat jenis kapal perang lain:
1. Kapal Ranjau (penyapu ranjau atau penyebar ranjau)
2. Kapal serang amfibi
3. Kapal transport
4. Kapal pendukung lain (tanker, dsb)
Istilah destroyer dan cruiser lebih terfokus pada kapal perang di samudera pasifik dan atlantik yang berlaut dalam dimana kapal kecil tidak bisa bertempur atau mengawal armada kapal sipil, sementara di perairan Indonesia kapal-kapal frigat bahkan FAC yang kecil dapat mengambil peran penentu dalam perang laut.
Untuk konteks negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara non-super-power pada umumnya, analisa kekuatan tempur laut tidak dapat dilakukan menggunakan kategorisasi negara-negara adi daya. Petya-class AL Vietnam, bobot 1000 ton, oleh Rusia digolongkan sebagai frigat. Petya-class hanya memiliki kemampuan anti kapal selam yang sangat terbatas untuk masa kini.
Demikian pula kelas Fatahillah TNI AL, bobot 1450 ton, sering disebut sebagai frigat padahal memiliki persenjataan yang sudah tertinggal seperti rudal anti kapal Exocet MM-38. Sebaliknya, kelas sigma dan F2000 TNI AL dengan bobot hampir 2000 ton, oleh pembuatnya dikategorikan sebagai korvet, padahal secara bobot, persenjataan, dan kemampuan tempur jauh diatas kelas Fatahillah.
[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="KRI Fatahillah (wikimedia.org)"]
Karena itu digunakan penggolongan kekuatan armada laut sebagai berikut:
1. Armada tempur laut utama (main battle fleet)
Semua kapal yang dapat digunakan bertempur di laut lepas dengan persenjataan moderen. Di Asia Tenggara umumnya terdiri atas kapal-kalap frigat dan korvet besar dengan kemampuan perang laut, setidaknya memiliki senjata rudal anti kapal, dengan pertahanan udara yang memadai. Termasuk kapal selam tempur.
Sesuai kelazimannya, kekuatan tempur laut digambarkan dalam bentuk tonase, sekalipun untuk masa kini hitungan tonase tidak lagi berlaku mutlak sehingga harus dilengkapi dengan analisa kemampuan persenjataan. Armada inilah yang menggambarkan kekuatan tempur laut.
2. Armada tempur laut cadangan
Semua kapal perang frigate dan korvet yang persenjataannya tertinggal atau tidak mampu melakukan perang di laut lepas.
Termasuk kapal berbobot dibawah 800 ton namun dipersenjatai dengan kemampuan melebihi FAC, atau kapal berbobot diatas 800 ton dan berkategori frigat/korvet namun sudah tua dan tidak lagi mampu melakukan perang moderen di laut lepas, namun masih memiliki persenjataan berat.
Beberapa negara menyiapkan kapal-kapal besar namun sengaja tidak dipersenjatai untuk penghematan. Namun jika terjadi perang, kapal-kapal ini dapat dengan cepat dipersenjatai dan dapat menjadi kekuatan tempur mendukung kekuatan utama-nya.
3. Armada patroli lepas pantai / FAC
a. Kapal patroli: kapal lepas pantai dengan persenjataan ringan.
b. Kapal penyerang kecil (FAC): kapal kecil berkecepatan tinggi dengan senjata pamungkas tertentu.
c. Kapal perang ranjau: kapal penyapu ranjau (minesweeper) dan kapal penebar ranjau (mine layer).
d. Kapal korvet kecil yang diberi persenjataan ringan.
4. Armada serang amfibi
Alutsista yang dibutuhkan untuk serangan pendaratan dari laut.
Hovercraft
LPD
LCT, LCM, LCU, dsb.
Kekuatan ini menggambarkan kemampuan AL memproyeksikan kekuatan darat ke lokasi lain melalui laut.
5. Kapal pendukung tempur
- Kapal transport
- Kapal utiliti
- Kapal rumah sakit
- Kapal SAR
- Kapal survey laut
- Kapal perbekalan / replenishment
- Kapal-kapal lain
[caption id="" align="aligncenter" width="451" caption="KRI Oswald Siahaan (http://rewreward.blogspot.com)"]
Kekuatan laut TNI tahun 2015
1. Kekuatan armada tempur laut utama TNI AL: 32.500 ton
6 frigate kelas Van Speijk (2500 ton)
3 korvet kelas F2000 (1900 ton)
4 korvet kelas Sigma (1600 ton)
3 submarin kelas Type-209 (1800 ton) 1 kapal selam diharapkan hadir tahun 2015.
Kelas Van Speijk adalah kapal frigat tua ex Belanda yang sebenarnya sudah tidak layak menjadi armada tempur utama. Namun karena keterbatasan dana, TNI AL melakukan peremajaan pada armada ini. 5 kapal dipersenjatai dengan rudal anti kapal moderen 802 (120 km) buatan China, sementara 1 kapal diketahui dilengkapi dengan rudal anti kapal supersonik Yakhont (300 km, mach 2,5) buatan Rusia.
Pemasangan dan uji coba rudal yakhont menjadikan TNI AL sebagai pemilik rudal anti kapal paling canggih di asia tenggara.
Tambahan 5/10: Pada HUT TNI ditunjukkan bahwa telah dimiliki rudal Exocet MM40 Block 3. Exocet sendiri adalah rudal yang kehilangan kredibilitas karena frigat kelas OHP US dihajar oleh 2 rudal exocet Iran tetap dapat berenang ke pelabuhan dan diperbaiki kembali. Seharusnya 1 rudal anti kapal jika mengenai sasaran harus mampu menghancurkan kapal frigat.
Namun kelas Ahmad Yani (Van Speijk) tidak bisa di operasikan sendiri tanpa korvet kelas Bung Tomo (F2000) dan kelas Diponegoro (Sigma 9113). Dibutuhkan kelas Bung Tomo untuk pertahanan udara mengandalkan rudal MBDA Seawolf yang merupakan pertahanan udara paling canggih di Indonesia, dengan jarak tangkal 10km, dan kecepatan mach 3. Rudal Seawolf memiliki kans paling besar untuk menghadang rudal anti kapal subsonic lawan, dibandingkan Mistral ganda pada kelas Ahmad Yani sendiri, atau Mistral rangkap tiga di kelas Diponegoro.
Semestinya frigat utama dilengkapi dengan pertahanan udara jarak menengah dan jarak jauh, selain pertahanan jarak dekat seperti SeaWolf, dan kombinasi CIWS/shorad. Shorad seperti Mistral, bahkan Sadral (4 peluncur) sekalipun, kurang mumpuni untuk mengawal kapal tempur utama tanpa rudal hanud jarak menengah dan jauh.
KRI kelas Diponegoro dibutuhkan untuk countermeasure-nya. Dengan Thales Scorpion 2 dan Thales DR3000 ESM, kehadiran kelas Diponegoro dapat melindungi Van Speijk dari serangan rudal yang tidak tertangkal oleh mistral melalui electronic countermeasure.
Dengan total kekuatan armada tempur laut utama 32.500 ton, diatas kertas TNI AL masih memiliki armada laut yang terkuat di Asia Tenggara.
2. Kekuatan armada tempur laut cadangan TNI AL:
16 korvet anti kapal selam (ASW) kelas Parchim (800 ton)
3 korvet kelas Fatahillah (1450 ton)
KRI kelas Fatahillah pada awalnya merupakan frigat, namun  persenjataannya sudah sangat tertinggal, tetapi karena tonase yang cukup tinggi, masih digolongkan sebagai korvet. Rudal anti kapal MM-38 sudah sangat tua dan diperkirakan sulit dioperasikan. Sementara senjata anti serangan udara hanya mengandalkan kanon 20mm (sementara standar frigat adalah kanon CIWS 76mm rapid fire).
Sementara korvet kelas Parchim eks Jerman Timur sudah sulit diandalkan untuk fungsinya sebagai pencari kapal selam lawan, apalagi untuk berperang. Rencana pemasangan kanon CIWS Type 730 merupakan satu langkah menjadikan Parchim sebagai bagian dari kekuatan tempur TNI AL.
Sebagai kekuatan cadangan, jika terjadi perang, bisa saja kapal-kapal perang ini dengan cepat di-persenjatai kembali dan menjadi kekuatan tempur utama.
Jika kekuatan ini dibandingkan dengan kekuatan laut negara-negara Asia Tenggara, maka dapat disusun peta kekuatan laut Asia Tenggara sebagai berikut:
Peringkat X: AL Laos
Laos tidak memiliki angkatan laut moderen. Laos adalah satu-satunya negara asia tenggara yang tidak memiliki pantai. Karena itu  sangat wajar jika Laos tidak membangun angkatan laut.
Peringkat IX: AL Cambodia - Kangtop Cheung Teuk / Royal Cambodian Navy (RCN)
Angkatan laut Cambodia sangat tertinggal dengan 4000 personil yang kebanyakan dilatih oleh Vietnam. Hal ini tidak memadai karena adanya garis pantai Cambodia yang sempit dan membutuhkan armada untuk menjamin garis pantai tersebut tetap terbuka. Saat ini RCN hanya memiliki sejumlah kapal patroli eks China dan Rusia, serta sejumlah kapal kecil dan kapal sungai.
Selain akibat keterbatasan anggaran, lemahnya RCN karena AL-nya tidak berkiblat ke salah satu negara yang kuat seperti AS, Rusia, maupun China.
Seiring kemajuan ekonomi Asia Tenggara, dalam 1 dekade kedepan RCN mungkin akan dapat mewujudkan kepemilikan frigat. Cepat atau lambat RCN akan berkembang. Disini dukungan TNI AL seharusnya diberikan lebih besar sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam menciptakan perdamaian dunia. TNI AL masa kini tidak boleh lagi hanya berfikir menerima, tetapi harus juga mencari jalan untuk memberi. Setidaknya RCN pantas mengoperasikan 1 frigat atau beberapa korvet.
Jauh lebih baik mendukung negara tetangga seperti Cambodia, daripada mendukung militer negara eks provinsi NKRI.
Peringkat VIII: AL Brunei
AL Brunei memiliki kapal patroli dan FAC yang memadai untuk ukuran garis pantai dan ukuran negara Brunei yang relatif kecil. Upaya Brunei melakukan pengadaan korvet moderen terganjal entah oleh kendala spesifikasi atau kendala finansial yang mulai mengganggu Brunei. 3 korvet kelas F2000 yang sudah dipesan terpaksa batal dibeli, dan akhirnya  dibeli murah oleh TNI AL.
Sekalipun saat ini masih sangat kaya raya, sehubungan dengan keterbatasan kemampuan pengelolaan sumber daya yang mengandalkan sumber daya alam yang terbatas, pilihan masa depan Brunei lebih pada bergabung dengan salah satu negara Asia Tenggara: Malaysia, Singapura, Philippina, atau bahkan Indonesia.
Peringkat VII: AL Philippine - Hukbong Dagat ng Pilipinas (PN)
1. Armada tempur laut utama: 8000 ton
2 frigat kelas Hamilton cutter ex US (3250 ton)
1 frigat kelas Cannon ex US (1500 ton)
2. Kekuatan armada tempur laut cadangan:
1 korvet kelas Pohang (1200T) baru produk Korsel
Memiliki personil 24,000 dan 101 kapal. AL Philippine memiliki armada tempur laut utama sebesar 8.000 ton, mengandalkan kapal-kapal tua eks US.
Dengan adanya pakta pertahanan dengan US, Philippine tidak perlu membangun AL yang kuat. Segala ancaman laut akan dihadapi oleh Armada Pasifik US yang merupakan armada terkuat di bumi saat ini.
Potensi konflik di Laut China Selatan membuat Philippine terdorong untuk memperkuat angkatan laut-nya mengantisipasi insiden dengan armada China yang semakin aktif.
Berakhirnya operasional seluruh frigat US membuka kemungkinan PN sebagai sekutu US mengembangkan kekuatan lautnya melalui transfer frigat ex US, khususnya frigat kelas Oliver Hazard Perry yang berbobot 4200T. Pengoperasian 6 frigat kelas OHP dengan Exocet atau Harpoon dan ESSM dapat membuat PN melompat menjadi yang terkuat di asia tenggara. PN akan menjadi mampu berkontribusi dalam keamanan Asia Tenggara disamping mengawal kehadiran kapal-kapal besar AS jika dibutuhkan. Hanya saja dibutuhkan anggaran yang sangat besar yang mungkin tidak dimiliki atau tidak ingin di-investasikan oleh pemerintah Philippine.
[caption id="" align="aligncenter" width="554" caption="Kiansittha class stealth frigate (http://defense-studies.blogspot.com/)"]
Peringkat V: AL Myanmar
1. Armada tempur laut utama: 11.900 ton
2 frigat kelas Kyan Sittha (3000 ton)
1 frigat kelas Aung Zeya (2500 ton)
2 frigat kelas Type 053H1 (1700 ton)
2. Armada tempur laut cadangan:
2 korvet kelas Anawratha
Myanmar mengoperasikan 5 frigat ex China dengan senjata pamungkas rudal anti kapal Kh-35E (135 km) dan C-802. Namun armada tempur laut  Myanmar tidak memiliki pertahanan udara yang memadai, hanya menggunakan manpad Strela2M (6km) dengan multi peluncur.
Sekalipun secara tonase armada tempur laut Myanmar lebih besar dibandingkan Malaysia, namun beberapa faktor menyebabkan Malaysia jauh lebih unggul:
- Mengoperasikan kapal selam serang Scorpene
- Adanya frigat moderen kelas F2000 yang jauh lebih unggul dibandingkan frigat-frigat tua Myanmar
- Pertahanan udara yang lebih baik dengan SeaWolf (10km).
Frigat stealth Kiansittha (3000 ton) dibangun sendiri oleh Myanmar dengan bantuan China, namun masih belum dapat disimpulkan apakah kapal frigat tersebut benar-benar mampu bersaing dengan kapal perang buatan China, apalagi dengan buatan Eropa, AS, atau Rusia. Jika frigat ini cukup handal artinya terjadi kemajuan pesat pada kemandirian AL Myanmar, mengingat belum ada negara di Asia Tenggara yang mampu membangun frigat stealth di dalam negeri. Sejauh ini kebanyakan pengamat belum yakin dengan kemampuan frigat tersebut.
[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Lekiu class F2000 frigate (wikipedia.org)"]
Peringkat V: AL Malaysia - Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM)/ Royal Malaysian Navy (RMN)
1. Armada tempur laut utama: 11.200 ton
2 frigat kelas Lekiu/F2000 (2200 ton)
2 frigat kelas Kasturi/FS1500 (1900 ton)
2 subs kelas Scorpene (1500 ton)
2. Kekuatan armada tempur laut cadangan:
6 korvet kelas Kedah/Meko 100 (1850 ton)
4 korvet kelas Laksamana (675 ton)
Mengoperasikan armada tempur laut hanya 4 kapal dan 2 kapal selam dengan total tonase 11.200 ton, TLDM menempati peringkat kelima di Asia Tenggara.
Rudal anti kapal mengandalkan Exocet MM40-II (72 km, subsonic), dan pertahanan udara canggih pada kelas F2000 dengan SeaWolf (10km, mach 3). Berbeda dengan F2000 TNI AL yang versi korvet, F2000 TLDM adalah versi frigat yang lebih mumpuni. Hanya saja TLDM terlihat belum mempersenjatai kapal-kapal dengan senjata-senjata pamungkas. Cara ini dikenal sebagai "with-capability-but-without", dimana pada saat dibutuhkan barulah persenjataan dilengkapi. Â Kelas Meko-100 terlihat sebagai cadangan tempur yang siap menjadi andalan TLDM jika dipersenjatai, karena konon kabarnya direncanakan dibangun hingga 20 kapal.
RTN masih mengungguli TLDM dengan adanya frigat 4000 ton kelas Knox ex US Pacom yang sangat kuat. Serta pertahanan udara yang lebih canggih dengan ESSM Sea Sparrow dan Selenia Aspide yang meliputi 40km. RTN juga mengoperasikan rudal C-802 buatan China yang meskipun masih diragukan kemampuannya namun diatas kertas memiliki jangkauan 120km. Armada helikopter dari Chakri Naruebet juga merupakan keunggulan RTN.
[caption id="" align="alignnone" width="542" caption="Carrier Chakri Naruebet (www.naval-technology.com)"]
Peringkat IV: AL Thailand - Kongthap Ruea, Ratcha Navy / Royal Thai Navy (RTN)
1. Armada tempur laut utama: 21.600 ton
2 frigat kelas Knox ex US (4000 ton)
2 frigat kelas Naresuan/Type-025T (3000 ton)
4 frigat kelas Type-053HT (1900 ton)
2. Kekuatan armada tempur laut cadangan:
2 korvet Ratanakosin (800 ton)
2 korvet Tapi (900 ton)
3 korvet Khamronsin (600 ton)
3 kapal patroli kelas Pattani dan kelas River juga mungkin dapat  dipersenjatai untuk perang laut.
1 carrier Chakri Naruebet (11000 ton)
Pasca kudeta militer Thailand, anggaran RTN sebagaimana cabang militer lain melonjak besar-besaran.
RTN adalah satu-satunya AL di asia tenggara yang mengoperasikan kapal induk (aircraft carrier). Chakri Naruebet, adalah kapal induk mini pengangkut pesawat VSTOL/VTOL dan helikopter. Sekalipun fighter harrier (matador) sudah tidak lagi dioperasikan, dan Chakri hanya sebagai kapal pengangkut helikopter, namun tetap pengoperasian kapal induk menjadi kebanggaan Thailand.
Pengadaan harrier bekas dapat dinantikan RTN dari US yang sebentar lagi akan mengakhiri operasional harrier-nya. Kesiapan ini didukung dengan berbagai kontrak melengkapi carrier tersebut, antara lain dengan kemampuan berkoordinasi dengan AEW Saab.
Untuk saat ini, carrier Chakri Naruebet tidak dimasukkan pada armada laut utama Thailand, karena tidak memiliki fighter dan kelengkapan perang dan hanya dioperasikan untuk keperluan non-tempur. Namun jika RTN berhasil memperoleh hibah harrier ex US yang akan di pensiunkan, maka carrier Chakri Naruebet akan segera masuk pada armada laut utama RTN dan menambah 11.000 ton pada tonase surface combattan RTN.
Pengadaan 2 frigat stealth baru kelas DW3000F, serta transfer 2 frigat kelas Oliver Hazard Perry US akan sangat memperkuat RTN. Rencana pengadaan kapal selam telah dimulai dengan pembangunan pangkalan kapal selam serta komando operasional kapal selam, dengan rencana pengadaan setidaknya 6 kapal selam. Masih dibutuhkan tambahan setidaknya 4 kelas OHP ex US untuk menjadi AL terkuat di asia tenggara.
Dengan rencana pengembangan ini, serta kedekatan dengan US, RTN sangat potensial menjadi AL terkuat di Asia Tenggara pada tahun 2020, menggantikan TNI AL.
Untuk saat ini, AL Vietnam lebih mengungguli Thailand, utamanya karena:
- Adanya armada kapal selam kelas Improved-Kilo yang terkuat di Asia Tenggara, dengan rudal 3M-54E1 Klub (300km) dan kemampuan rudal anti pesawat.
- Armada tempur laut VPN umumnya merupakan kapal-kapal baru, dibandingkan dengan RTN yang di perkuat kapal bekas US, sedangkan kapal perang baru buatan China diperkirakan lebih lemah.
- VPN mengoperasikan senjata anti kapal Exocet MM40-blok III yang lebih canggih, serta Kh35 Switchblade dengan jangkauan 300km, jauh melebihi persenjataan RTN yang mengandalkan blok II dan C-802.
- Kombinasi pertahanan udara VPN dengan MBDA MICA, Osa-M, serta pertahanan terakhir Palma (Kashtan/Tunguska) dapat mengimbangi RTN.
- Tonase armada tempur laut VPN sekitar 5000 ton diatas RTN.
- Transfer Frigat Oliver Hazard Perry dari US Pacom ke RTN masih bermasalah karena seringnya kudeta militer, dan pesanan frigat DF3000 belum diperoleh RTN.
[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="Kilo class Vietnam (http://www.wantchinatimes.com)"]
Peringkat III: AL Vietnam - Hai quan nhan dan Viet Nam / Vietnam People's Navy (VPN)
1. Armada tempur laut utama: 25.700 ton
4 frigat kelas Geppard (1900 ton)
2 frigat kelas Sigma 9814 (2150 ton)
6 subs kelas improved-kilo (2300 ton)
2. Kekuatan armada tempur laut cadangan:
5 frigat ringan ASW kelas Petya (1000 ton)
13 korvet beragam
AL Vietnam VPN yang sebelumnya hanya merupakan kekuatan yang sangat terbatas, per 2015 melompat menempatkan diri sebagai salah satu AL terkuat di Asia Tenggara dengan seluruh armada tempur laut moderen yang baru mengkombinasikan teknologi Rusia (kelas Geppard, Kilo & Molnya), serta teknologi barat (kelas Sigma).
Salah satu yang pertama mengoperasikan Exocet MM40 blok III yang tercanggih (umumnya negara-negara Asia Tenggara masih menggunakan blok II). Kh-35 dengan komponen lokal. Pertahanan udara moderen dengan teknologi barat MICA (20km), dan Russia Osa-M (15km). Sistem CIWS-nya menggunakan Palma/Kashtan, yaitu turret yang digunakan pada sistem pertahanan ganda rudal/rapid canon SPAA Tunguska.
VPN untuk pertama kali dalam sejarah mengoperasikan armada kapal selam terkuat di Asia Tenggara dengan 6 kapal selam disel kelas Improved-Kilo yang sangat ditakuti bahkan oleh US dan China. Belum sehebat masa kejayaan TNI AL yang memiliki belasan kapal selam, tapi sudah jauh lebih hebat dibandingkan armada kapal selam TNI AL masa kini yang hanya mengandalkan 2 Type-209.
Sekalipun sebagai kekuatan tempur laut masih di peringkat ketiga, sebagai kekuatan pertahanan pantai, VPN akan sangat sulit dikalahkan, mengingat terdapat dukungan pertahanan udara jarak jauh dari S300PMU di darat dengan jaringan radar canggih, serta dukungan rudal darat anti kapal jarak jauh Yakhont melalui batere sistem rudal darat anti kapal jarak jauh Bastion-P.
Peningkatan kekuatan VPN sangat signifikan, dari sebelumnya hanya memiliki kapal terbesar kelas patrol boat, menjadi pemilik armada frigat moderen. Jika sebelumnya VPN berada dibawah RTN dan TLDM, dalam waktu kurang dari 1 dekade VPN berubah menjadi urutan ketiga, dengan potensi besar menjadi kekuatan AL terbesar di Asia Tenggara, melampaui kekuatan TNI AL pada tahun 2020. Jika sebelumnya VPN dengan mudah dibantai oleh AL China, kini VPN berpotensi menjadi kekuatan militer laut Asia Tenggara yang mampu menghentikan ambisi China di konflik Laut China Selatan.
Kekuatan AL Vietnam diatas kertas masih dibawah kekuatan AL Singapura, mengingat:
- Frigat Formidable jauh lebih kuat, bukan tandingan frigat mini Geppard dan  Sigma Vietnam.
- RSN mengoperasikan senjata anti kapal standard NATO yang tercanggih di asia tenggara: Harpoon RGM-84C (180km). Dari sisi jangkauan Harpoon masih kalah dibandingkan Kh-35, namun dari sisi kemampuan mencapai kapal lawan teknologi Harpoon masih lebih handal. Apalagi Kh-35 VPN adalah versi subsonik.
- Pertahanan udara armada RSN dengan Aster 15/30 adalah yang paling canggih di Asia Tenggara. Aster 15/30 diketahui mampu menembak rudal supersonik anti kapal.
- Kemampuan perang kapal selam RSN sangat komprehensif, mulai dari kapal survey bawah laut, kapal penyelamat kapal selam, kapabilitas anti kapal selam, heli anti kapal selam, hingga UAV. Hal ini tidak dimiliki negara lain di Asia Tenggara.
- Cadangan tempur Vietnam seperti Petya sudah sangat sulit untuk dipersenjatai dengan senjata moderen, lebih cenderung menjadi kapal-kapal patroli lepas pantai. Sementara korvet Victory Singapura cukup moderen untuk bertempur mendukung kekuatan utama-nya.
- Selisih tonase kekuatan tempur laut utama sekitar 2000 ton. Perbedaannya tidak terlalu jauh.
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Formidable class (www.thaifighterclub.org)"]
Peringkat II: AL Singapore
1. Armada tempur laut utama: 27.800 ton
6 frigat kelas Formidable/La Fayette (3200 ton) yang baru saja hadir tahun 2008-2009.
2 submarin kelas archer ex swedia (1500 ton)
4 submarin kelas challanger ex swedia (1400 ton)
2. Kekuatan armada tempur laut cadangan: 3.600 ton
6 korvet kelas Victory (600 ton)
Frigat stealth kelas Formidable adalah frigat paling moderen di Asia Tenggara. Dipersenjatai dengan Harpoon, standar senjata anti kapal US, serta memiliki sistem anti serangan udara paling canggih di Asia Tenggara: MBDA Aster 15/30 yang sudah diuji coba mampu menembak jatuh rudal anti kapal supersonik dan melindungi armada hingga radius 120km, dengan kombinasi rudal pertahanan jarak dekat. Pertahanan udara kapal lain di Asia Tenggara umumnya masih menggunakan sishanud tingkat manpad / shorad yang hanya merupakan pertahanan jarak dekat.
Diatas kertas komposisi RSN berada dibawah TNI AL karena:
- Selisih tonase armada tempur utama sekitar 5000 ton.
- Jumlah kapal perang TNI AL jauh lebih banyak.
- Kekuatan armada tempur laut cadangan TNI AL jauh lebih besar.
- Adanya rudal Yakhont dalam arsenal TNI AL, satu-satunya rudal anti kapal supersonik di Asia Tenggara saat ini.
[caption id="" align="aligncenter" width="479" caption="Rudal Yakhont / Onix (http://en.ria.ru)"]
Kekuatan RSN melonjak secara signifikan sejak tahun 2009 melalui kehadiran frigat kelas Formidable. Dengan anggaran militer yang sangat besar, RSN mampu memelihara armada moderen yang tercanggih di Asia Tenggara.
Satu hal yang menarik dari kehadiran 6 frigat kelas Formidable adalah bahwa armada Singapore berpotensi mengalahkan kekuatan tempur dari negara manapun di Asia Tenggara, termasuk TNI AL. Artinya, sekalipun TNI AL diatas kertas masih lebih kuat dibandingkan RSN, namun jika terjadi perang antar armada tempur, RSN berpotensi besar mengalahkan armad tempur TNI AL.
Frigat kelas Formidable adalah frigat stealth yang sulit dideteksi oleh radar dari jarak jauh dan sulit dijejak oleh rudal. Sebaliknya, frigat andalan TNI AL adalah frigat tua kelas Van Speijk yang dari jauh sudah terlihat oleh lawan dan mudah di tracking oleh rudal musuh. Sebagai gambaran, sekalipun Van Speijk membawa rudal supersonik Yakhont dengan jarak tembak 300km, frigat Formidable RSN baru terlihat radar setelah jarak sekitar 150km. Sementara frigat Formidable sudah melihat Van Speijk pada jarak tembak maksimum Harpoon 180km dan dapat menembak lebih dulu. 100 rudal harpoon dapat ditembakkan ke armada TNI AL sekaligus sebelum frigat Formidable pulang berlindung dibalik pertahanan pantai dan udara-nya.
Pertahanan udara kelas Formidable RSN yang mengandalkan sistem MDBA Aster 15/30 adalah sistem kombinasi rudal jarak dekat dan jarak jauh yang dapat mendeteksi dan menembak lawan (baik rudal anti kapal, UAV, pesawat, atau heli), sekalipun masih berada pada jarak puluhan kilometer, dan jika gagal masih ada rudal jarak dekat, disamping pertahanan akhir berupa CIWS. Pada kelas Van Speijk TNI AL, pertahanan udara hanya menggunakan rudal manpad/shorad Mistral peluncur ganda (bahkan bukan Tetral atau Sadral). Mistral adalah rudal jarak dekat yang baru mampu menjejak sasaran pada jarak 5km. Sementara Harpoon melaju dengan kecepatan sekitar 0,8 km/s sd 1,2 km/s dan dapat melakukan manuver sebelum menghujam ke kapal sasaran. Manuver ini memang di-disain untuk menghindari manpad dan CIWS yang sudah menjadi pertahanan standar.
Menghadapi tembakan lawan, jika rudal pertahanan udara gagal menembak jatuh rudal anti kapal, maka kapal harus melakukan manuver menghindar sambil menembakkan alat pengecoh radar rudal musuh seperti chaf atau decoy sementara peralatan electronic countermeasure mencoba mengganggu kendali rudal lawan. Bagi frigat stealth seperti Formidable, lebih mudah untuk menghilang dibalik pengecoh radar. Sementara untuk frigat tua seperti Van Speijk, manuver mengecoh radar rudal lawan akan jauh lebih sulit karena citra radar Van Speijk terlalu nyata.
C-802 buatan China dikabarkan oleh beberapa laporan sebagai  tidak handal dan mudah untuk di-kecoh dengan chaf. Padahal dari 6 kelas Van Speijk, baru 1 frigat yang dilengkapi dengan rudal pamungkas supersonik Yakhont.
Gambaran pertarungan antara armada utama berbasis Formidable melawan Van Speijk rasanya cukup menarik untuk dituangkan dalam tulisan terpisah.
Baik AL Vietnam, Thailand, maupun Singapore berpotensi besar melampaui kekuatan TNI AL pada 2020, mengakhiri dominasi TNI AL sepanjang sejarah Republik sejak tahun 1950.
Mempertahankan Kemampuan dan Keunggulan Tempur TNI AL
Ada beberapa cara bagi TNI AL untuk mempertahankan kemampuan tempurnya sebagai yang terkuat di Asia Tenggara.
1. Surface combattan
Idealnya adalah membeli 4 - 6 frigat baru yang lebih unggul dibandingkan kelas Formidable RSN. Namun idealisme ini membutuhkan biaya sangat tinggi yang mungkin sulit direalisasikan.
Alternatifnya adalah meminta transfer setidaknya 6 frigat kelas Oliver Hazard Perry dari US Pacom. Kurang dari 6 justru akan memberatkan TNI AL, karena itu dibutuhkan minimal 6 agar dapat dilakukan penyeragaman pemeliharaan dan upgrade. Hal ini selain memperkuat TNI AL juga akan mengurangi kekuatan lain di Asia Tenggara, karena frigat OHP ini sudah pasti akan berhenti dioperasikan oleh US, dan negara penerimanya akan menjadi kekuatan dominan di laut Asia Tenggara.
Frigat kelas OHP adalah frigat tua 4200 ton yang sangat sulit untuk ditenggelamkan. Terkena 2 rudal anti kapal belum tentu bisa menenggelamkan frigat kelas ini. Karena itu sekalipun diberikan tanpa persenjataan-nya yang tua tapi canggih, frigat OHP tetap menjamin keunggulan tempur. Disamping itu frigat OHP US Pacom sudah di disain untuk operasional di daerah tropis yang panas dan lembab, karena itu tidak dibutuhkan penyesuaian mahal seperti jika menggunakan kapal-kapal bekas dari Eropa atau Rusia.
Jika selama ini TNI AL mengandalkan kelas Van Speijk (2500 ton) ex Belanda, tidak ada salahnya jika 20 tahun kedepan kita mengandalkan kelas OHP (4200 ton) eks US Pacom. Tentunya kalau tidak kebagian, terpakasa kembali memutar otak cara untuk mengadakan frigat moderen.
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Oliver Hazard Perry class, sumber: wikimedia.org"]
2. Sub-surface / submarine war
Pengadaan tambahan u-boat 209 tidak akan membawa pengaruh pada peningkatan kekuatan tempur laut TNI AL. Singapore sudah akan meningkatkan kemampuannya dengan pengadaan u-boat 218.
Idealnya Indonesia mengadakan kapal selam dengan kemampuan anti pesawat, seperti halnya mampu dilakukan oleh Improved-Kilo class Russia yang dimiliki oleh Vietnam. Kemampuan kapal selam menembak pesawat / heli akan sangat meningkatkan kemampuan tempur bawah laut. Senjata paling efektif anti kapal selam adalah pesawat/helikopter anti kapal selam yang perlu melakukan terbang setidaknya 3x melintasi kapal selam, yang disebut sebagai MAD pass.
Dengan kemampuan anti pesawat, kapal selam dapat lebih dulu menembak pesawat/heli anti kapal selam sebelum senjata anti kapal selam dijatuhkan.
Tanpa kemampuan anti pesawat, kapal selam masa kini menjadi "sitting duck", hanya bisa bersembunyi menunggu ditemukan dan dihancurkan oleh kekuata udara lawan. Pengadaan kapal selam tanpa kemampuan anti serangan udara adalah kesalahan akuisisi alutsista.
Untuk mengamankan perairan Indonesia dibutuhkan penyebaran sistem deteksi kapal selam yang mampu mendeteksi kapal selam setidaknya di seluruh alur pintu masuk perairan Indonesia, dan di titik-titik tertentu dalam perairan Indonesia. Dengan adanya jaringan buoy tersebut keberadaan kapal selam asing lebih mudah, cepat, dan murah untuk diketahui, dibanding harus melakukan patroli rutin oleh pesawat, kapal, kapal selam, atau bahkan UAV. Selain itu sistem deteksi dapat memiliki banyak fungsi lain, seperti sebagai pemantau bencana tsunami, dan lain sebagainya.
[caption id="" align="aligncenter" width="598" caption="Tactical combat datalink (http://www.examiner.com/)"]
3. Network centric warfare
Kelemahan utama TNI adalah pada network centric warfare yang menjadi titik utama keunggulan perang moderen. Dengan kemampuan network centric warfare yang rendah, alutsista TNI bertempur sendiri-sendiri, tidak sebagai kesatuan. Tidak terjadi force multiplier atas kehadiran berbagai aset alutsista TNI di lokasi yang sama.
Pengembangan network centric warfare harus dilakukan di tingkat joint-command (ABRI), bukan pada trimatra. Hal ini yang menghambat perkembangan network centric warfare TNI, karena akuisisi dilakukan pada tingkat trimatra, bukan pada tingkat joint-command.
Pengembangan network centrik warfare perlu dilakukan dengan mengembangkan unit signal pada tingkat joint-command, dimana tugas pertama adalah menetapkan, membentuk, dan membuat standar datalink untuk TNI, dimana seluruh pengadaan harus menyesuaikan dengan standar datalink tersebut. Langkah awal ini sudah dimulai oleh angkatan bersenjata Thailand yang secara efektif meningkatkan komunikasi tempur antara alutsista AL dan AU-nya. Demikian pula India sudah memiliki kemampuan komunikasi data tempur yang sangat maju.
Negara seperti Singapura tidak perlu mengembangkan datalink sendiri karena sepenuhnya mengandalkan teknologi standar NATO yang berbasis link-16. Demikian pula Vietnam berbasis pada standar datalink Rusia.
Indonesia dengan pilihan tidak berkubu harus mengembangkan sendiri kemampuan network centric warfare-nya, dimana standarisasi datalink dan keberadaan unit signal pada tingkat joint-command (ABRI) adalah langkah awal yang harus segera dilakukan.
[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="S-300-PMU1 (http://talkvietnam.com)"]
4. Coastal defense network
Angkatan Laut sangat terbantu dengan adanya sea denial dari kekuatan darat. Jaringan radar, rudal pertahanan udara jarak jauh, dan rudal anti kapal jarak jauh akan membentuk area aman dimana kekuatan tempur AL dapat beroperasi dengan keunggulan.
Angkatan bersenjata Vietnam telah melakukan hal ini dengan sangat efisien dan komprehensif. Dengan jaringan rudal anti kapal Bastion-P yang menggunakan rudal Yakhont (tak lama lagi akan di dukung oleh Brahmos), jaringan pertahanan udara berbasisi S-300-PMU1, Kub, dan rudal lain, serta jaringan radar yang saling melengkapi, seluruh laut disekitar pantai Vietnam menjadi area aman bagi AL Vietnam.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Bastion-P battery (http://vietnamdefence.com/)"]
TNI AD, AU, dan AL sama sekali tidak memiliki rudak udara jarak jauh, dan di seluruh TNI hanya 1 kapal AL yang dilengkapi dengan rudal Yakhont. Disini terdapat kebutuhan kemandirian persenjataan rudal yang harusnya dibangun sejak dulu.
Dengan kemampuan seperti saat ini, TNI dapat dikatakan sebagai tidak memiliki kemampuan melakukan perang moderen. Untuk memiliki kemampuan perang moderen, tidak ada jalan lain selain peningkatan anggaran TNI secara signifikan, serta kemandirian pengadaan alutsista agar anggaran tersebut menjadi penggerak pertumbuhan perekonomian, industri, dan inovasi nasional Indonesia.
Penutup
Untuk saat ini, penulis memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pemimpin TNI AL yang mampu mempertahankan keunggulan tempur TNI AL, setidaknya di Asia Tenggara, ditengah keterbatasan anggaran militer yang diciptakan oleh pemerintah dan politisi korup, serta akibat penyusupan neolib ASEAN-C kedalam tubuh Departemen Pertahanan RI yang diindikasikan oleh Buku Putih Pertahanan 2003 dan 2008 yang membatasi kekuatan TNI menjadi Minimum Inferior Force.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H