Anaknya Pak Man masih SMP, anak tunggal namun mandiri, pinter, dan tekun dalam membantu di gereja maupun keluarganya. Â Prigel anaknya.
Â
"Rama, tidak pernah saya menerima begituan, itu kan uang saku Rama yang tidak seberapa, tadi juga Rama menolak kan saat diberi iura stolae[2]," tolak Pak Man.
Â
"Pak Man, ini untuk Anton, bukan untuk Pak Man," aku taruh di jok dan, "Malam Pak Man, sugeng sare njih, Berkah Dalem."
Â
"Sugeng sare ugi Rama, matur nuwun," aku lihat Pak Man berkaca-kaca memandangku.
Â
Aku masuk kamar, ganti baju, mengganti dengan celana pendek dan cuci muka. Ambil Kitab Suci membaca bacaaan esok hari dan doa singkat. Aku cek lagi persiapan kotbah untuk misa besok, aku baca sekali, dan yakin tidak ada masalah, aku berangkat tidur. Masih terngiang, Rama Gabi lupa sama aku? Siapa sih, aku tidak ingat lha ketemu malam, keadaan prihatin lagi, tidak lama pula, ah biar saja, toh besok-besok mungkin akan ketemu lagi.
Â
Clink.....ada nada sms masuk, aku buka siapa tahu ada hal penting dan mendesak.