ABSTRAK
Pada abad kedua, umat Kristen mulai bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus. Bersama Uskup, imam, dan diakon menghidupi ajaran-ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan perkembangan iman jemaat, muncul pengajaran-pengajaran palsu yang mengakibatkan perpecahan di antara komunitas Kristen. Doketisme dan yudaisme sama-sama menyebarkan ajarannya masing- masing, sehingga iman jemaat terpecah-pecah. Ignatius kala itu dipilih menjadi uskup di Antiokhia berjuang meneguhkan iman jemaat. Namun tidak dapat disangka, Kaisar tidak menginginkan Kristen berkembang karena tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi dan Kaisar. Akibatnya, jemaat Kristen dan juga Ignatius ditangkap dan disiksa sampai mati. Dalam perjalanan menuju Roma, Ignatius menulis tujuh surat yang ditujukan kepada jemaat-jemaatnya. Nasehat untuk setia kepada uskup dan bersatu dalam Ekaristi sumber keselamatan bagi umat Kristen.
PENGANTAR
Setelah kebangkitan Yesus dari mati, para murid bergegas mewartakan kabar gembira bahwa guru mereka adalah Mesias. Orang-orang yang percaya kepada kebangkitan Yesus dan pewartaan para murid minta dibaptis, dan jumlah mereka semakin banyak. Mereka yang percaya kepada Yesus membuat komunitas baru dan menyebut diri mereka Kristen. Karena jemaat perdana ini baru muncul di tengah-tengah masyarakat dan budaya yang belum mengenal Yesus Kristus beserta ajarannya, heran dengan apa yang dibuat orang Kristen. Orang Kristen berkumpul, berdoa, dan merayakan Ekaristi untuk mengenal Yesus. Dalam perkembangan jemaat, muncul juga aliran-aliran yang menawarkan bahwa ajaran mereka lebih benar seperti doketisme, yudaisme, dan sebagainya. Doketisme sebagai aliran heresi sangat mempengaruhi pemahaman jemaat akan keilahian Yesus. Tidak mungkin Putra Allah menjadi manusia, sebab daging adalah sumber dosa. Pemikiran ini sangat mengganggu pemahaman dan iman jemaat, sehingga beberapa dari mereka keluar dari komunitas dan ikut ajaran doketisme. Di samping itu juga, jemaat di bawah kepemimpinan kaisar Roma. Kaisar berperan penuh mengatur kehidupan masyarakat, termasuk agama yang mereka anut. Karena orang Kristen lebih percaya kepada Yesus ketimbang kepada dewa- dewa Roma dan tidak patuh kepada perintah Kaisar mereka ditangkap dan dihukum mati.
Masa suram jemaat ini, menuntut adanya pemimpin yang bijaksana dan berjiwa martir. Kehadiran Ignatius sebagai uskup Antiokhia meneguhkan iman umat. Dia sangat prihatin dengan kondisi jemaat. Maka, dalam surat-suratnya ia menasihati supaya umat tetap bersatu dengan Uskup di keuskupan dimana berdomisili. Sebab, Uskup adalah pemegang ajaran yang benar. Lebih jauh lagi, Ignatius mendorong umat supaya setiap melaksanakan dan ikut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Karena Ekaristi pemersatu jemaat.
ISI
 Ignasius seorang murid Santo Yohanes, rasul dan penulis Injil. Bagi Santo Yohanes, Ignasius merupakan seorang murid yang pandai, saleh, dan bijaksana. Ignasius masuk menjadi Kristen ketika usianya masih muda. Berkat kesalehan dan kebijaksanaannya, ia dipilih menjadi uskup Antiokhia ketiga menggantikan Rasul Petrus dan St. Evodius. Ia menjadi uskup di Anatiokhia (sekarang termasuk Turki) dari tahun 70 sampai tahun 107, saat wafatnya sebagai martir.2
Di kota Antiokhia inilah murid-murid untuk pertama kalinya disebut Kristen. Pada masa jabatannya menjadi Uskup Antiokhia, bersama dengan umat Kristen lainnya dikejar dan dianiaya oleh para prajurit Kaisar Trayanus. Pada saat akan ditangkap, Kaisar bertanya kepada Ignasius, siapakah dirimu, wahai orang jahat yang tidak taat pada perintah Kaisar? Dengan santai dan penuh ketenangan Ignasius menjawab Kaisar katanya, "janganlah engkau menyebut jahat kepada orang yang membawa Tuhan di dalam dirinya. Aku adalah Ignasius, seorang pemimpin orang-orang yang berdiri di hadapanmu. Kami semua ini adalah pengikut Yesus Kristus, yang telah disalibkan demi keselamatan jiwa umat manusia. Yesus Kristus itu adalah Tuhan kami, dan untuk selama-lamanya Ia tinggal di dalam hati kami".3 Atas jawaban itu, Kaisar marah. Dengan tegas Kaisar menyuruh pasukannya menangkap Ignatius dan rombongannya untuk di siksa. Selama dalam perjalanan dari Syiria menuju kota Roma, Ignatius menulis surat yang ditujukan kepada Santo Polikarpus. Surat yang sangat penting bagi iman umat dan untuk mengenal kesetiaan Ignasius kepada Yesus Kristus.
Setelah tiba di Roma, Ignasius digiring oleh prajurit Kaisar menuju masuk gelanggang binatang buas. Di dalam kandang itu telah ada beberapa singa yang sangat lapar, ketika Ignasius dimasukkan ke dalam kandang dengan segera singa-singa menerkamnya dan mencabik-cabik tubuhnya. Dengan demikian darah Ignasius mengalir deras di atas tanah. Ia meninggal dunia pada 107 Masehi. Peristiwa yang mengenaskan akibat cintanya kepada Yesus Kristus itu menjadikannya seorang martir. Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 17 Oktober oleh Gereja Katolik dan Kekristenan Barat, oleh Gereja Ortodoks Timur peringatannya setiap tanggal 20 Desember.
Selama di perjalanan menjadi tawanan menuju Roma, kota pertama yang disinggahinya ialah Smyrna, tempat St. Polikarpus menjabat sebagai Uskup. Di kota ini, Ignatius menulis empat surat yakni, untuk Gereja di Efesus, Magnesia, Tralli, dan Roma. Setelah selesai singgah di Smyrna, Iganisus tiba di Troas, ia menulis dua surat yakni, ditujukan kepada Gereja di Filadelfia dan Smyrna, dan sepucuk surat untuk Uskup Polycarpus. Tentang kisah penulisan surat Ignasius ini, kita tahu dari seorang sejarawan gereja bernama Eusibius.4
Surat-surat yang dialamatkan kepada Gereja-gereja di Asia kecil. Surat yang terkumpul banyak mengatasnamakan Ignatius dan banyak juga dari suratnya yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja. Surat-surat Ignatius terbagi dalam tiga edisi, yakni edisi panjang, edisi pendek, dan edisi Syria.
Pada abad keempat, Julian Si Arian seorang penulis sezaman dengan Apostolic Constitutions,5 menyusun kembali surat-surat Ignatius yang telah rusak. Dia menambah delapan surat palsu atas 7 surat yang asli. Maka secara keseluruhan ada lima belas surat yang menyandang nama Ignatius. Suratnya tersebut adalah : satu untuk Perawan Maria, dua untuk Rasul Yohanes, satu untuk Maria dari Cassobelae, untuk Tarsia, untuk Antiokhia, untuk Pahlawan, diaken Antiokhia, untuk Filipi, untuk Efesus, untuk Magnesia, untuk Trallians, untuk Romawi, untuk Filadelfia, untuk Smyrna, dan untuk Polikarpus. Edisi panjang ini ditulis dalam bahasa Latin dan bahasa Yunani. Tulisan ini dicetak dalam bahasa Latin pada tahun 1489 dan dalam bahasa Yunani pada tahun 1557.
Edisi pendek ini ditulis dalam bahasa Yunani, dan disimpan dalam Codex Mediceus Laurentianus 57.7. Edisi pendek ini berisi surat Ignatius kepada Jemaat di Efesus, Magnesia, Tralia, Roma, Filadelfia, Smyrna dan kepada Polikarpus, uskup Smyrna. Beberapa ahli menyatakan bahwa edisi pendek inilah surat Ignatius yang asli. Dalam naskah Medicean, surat kepada kepada Jemaat di Roma hilang, namun pada abad kesepuluh ditemukan kembali oleh Ruinart. Kemudian teks edisi pendek ini disimpan dalam Codex Paris Graec, No. 1457 di perpustakaan nasional Paris.
Pada tahun 1838, 1839, dan 1842, Archdeacon Tattam mengunjungi Biara St. Mary Deipara di padang pasir Nitria, Mesir dan berhasil mendapatkan manuskrip- manuskrip Syria kuno. Di antara manuskrip tersebut Dr. Cureton menemukan surat Ignatius kepada Polikarpus dan Efesus. Sedangkan surat Ignatius kepada Jemaat di Roma ditemukan dalam dua jilid manuskrip lainnya. Dr. Cureton menerbitkan penemuannya pada tahun 1845 dalam sebuah karya yang berjudul The Ancient Syriac Version of the Epistles of St. Ignatius to Polycarp, the Ephesian, and the Romans.
Saat dari Antiokhia menuju Roma, Ignatius menulis tujuh surat. Enam surat dialamatkan untuk komunitas Kristen di Efesus, Magnesia, Tralia, Smyrna, Filadelfia dan Roma. Sementara satu surat ditulisnya untuk uskup Smyrna yaitu Polikarpus. Dalam surat-surat tersebut, dia mengingatkan agar umat melawan serangan Yudaisme dan Doketisme yang berkembang di Asia Kecil pada waktu itu. Ia juga menasehati mereka untuk selalu hidup dalam kesatuan dengan uskup. Kesatuan antara jemaat dan uskup ini dipelihara dalam Ekaristi suci. Ignatius membuka setiap suratnya dengan salam. Pada salam pembuka ini, ia menyertai nama pengirim suratnya yaitu "Ignatius", yang juga dipanggil Theophorus, serta dimana surat tersebut dikirim. Namun dalam suratnya kepada Polikarpus, salam dan pujian disatukannya dengan isi surat. Bagian kedua dari surat ini adalah ucapan syukur, mirip dengan model ucapan syukur dalam surat-surat Paulus. Bagian terakhir meliputi salam penutup, penghormatan khusus, permohonan khusus dan ucapan syukur. Dalam surat kepada Jemaat di Efesus, Magnesia, Tralia dan Filadelfia, Ignatius menekankan tema kesatuan. Ia menekankan pentingnya kesatuan dalam komunitas.
Kemudian ia menyinggung soal heresi yang mengancam kesatuan Gereja. Heresi yang dimaksud adalah doketisme dan Yudaisme. Oleh karena itu, kesatuan dalam komunitas sangat penting untuk menghadapi heresi yang dapat memecah belah komunitas.8
Surat kepada jemaat di Roma terdiri dari tiga bagian. Pada bagian pertama, Ignatius memohon agar Gereja di Roma tidak mencampuri kepentingannya. Kemudian
|pada bagian kedua, dia menuliskan pemahaman tentang kemartirannya. Pada bagian ketiga, dia meminta agar Gereja berdoa menjelang kemartirannya.9 Surat kepada Jemaat di Smyrna terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama Ignatius menekankan iman Gereja terhadap kemanusiaan Yesus. Kemudian bagian kedua, yang menjadi bagian isi dari surat ini, dipusatkan pada heresi yang mengancam Gereja di Smyrna, yaitu doketisme. Bagian terakhir yang sangat panjang berisi ucapan terimakasih khususnya kepada jemaat yang telah menjamunya selama beristirahat di Smyrna.10 Surat kepada Polikarpus berisi kunjungan Ignatius di Smyrna dan hubungan dekatnya dengan Polikarpus. Sebagai seorang uskup yang tua, Ignatius mendoakan, menasehati dan menyemangati Polikarpus. Melalui Polikarpus, Ignasius juga menulis surat kepada Gereja di Smyrna.
Dalam surat-surat yang ditulisnya, ada beberapa gagasan teologi, yakni mengenai Allah, Kristologi, Gereja, Pelayanan Gereja, Ekaristi, dan Kemartiran. Ignatius dalam surat-suratnya berusaha menunjukan kepada jemaat jalan untuk mencapai persekutuan dengan Allah melalui persekutuan dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh uskup dan para imam. Dalam surat-suratnya, Ignatius menunjukkan kekayaan makna dan spiritualitas Ekaristi yang ditimba dan diterima oleh umat. Bagi Ignatius, Ekaristi sungguh menjadi tanda kesatuan Gereja yang memungkinkan orang- orang beriman untuk mencapai Allah.12 Ignatius sungguh menaruh perhatian terhadap bahaya kesesatan yang dapat menjauhkan umat dari Allah dan menyebabkan
perpecahan dalam Gereja. Perpecahan dalam Gereja ini diakibatkan oleh ajaran dari guru-guru palsu. Oleh karena itu, Ignatius mengajak umat untuk bersatu dalam Ekaristi. Bagi Ignatius, Ekaristi adalah sarana untuk mengalahkan kesesatan yang dibawa oleh para guru palsu. Ekaristi menjadi unsur yang paling penting dalam kehidupan Gereja. Sebagai daging dan darah Kristus yang adalah "satu-satunya dokter jasmani dan rohani", Ekaristi akan menyatukan umat beriman dengan Kristus yang selalu bersatu dengan Bapa, dan dengan seluruh Gereja (uskup, imam, diakon dan seluruh umat). Melalui Ekaristi, umat beriman diangkat dan di ikut-sertakan dalam persekutuan abadi Allah Tritunggal. Ekaristi, sebagai daging dan darah Kristus, merupakan "obat keabadian" yang menganugerahkan kehidupan kekal. Setiap kali jemaat makan roti dan minum anggur dari cawan Ekaristi, mereka menyatakan kebangkitan Kristus. Sebab dalam Ekaristi, kita memakan Kristus yang bangkit. Maka, berbagi Ekaristi berarti berbagi kesatuan dengan Kristus, dalam Bapa, yang terlaksana dalam Gereja-Nya. Oleh karena itu Ekaristi, bagi Ignatius, menjadi satu-satunya cara untuk menjalin kesatuan dengan Allah.
Pada abad kedua, di Asia Kecil, muncul heresi doketisme yang ajarannya menyangkal kodrat manusiawi Yesus. Bersamaan dengan itu, berkembang juga yudaisme yang mengajak orang Yahudi-Kristen untuk kembali merayakan hari Sabat. Akibat dari pengaruh doketisme dan yudaisme ini mengakibatkan perpecahan dalam komunitas. Bahkan mereka memisahkan diri dari Gereja karena mengikuti kelompok ini. Oleh sebab itu, untuk menghadapi perpecahan ini, Ignatius menyerukan kesatuan Gereja dalam Ekaristi.
Surat-surat yang ditulis Ignatius merupakan wasiatnya kepada Gereja di Asia. Di dalam suratnya, ia berpesan agar jemaat teguh dalam iman ketika menghadapi ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan. Dengan tegas, Ignatius menasehati agar jemaat menjaga kesatuan dengan uskup dan kesatuan antar jemaat itu sendiri. Kesatuan ini semakin erat dan diwujudkan dalam Ekaristi. Dengan ambil bagian dalam Ekaristi, setiap anggota jemaat ada dalam kesatuan dengan uskup dan dengan jemaat sendiri.14 Surat kepada jemaat di Filadelfia bersamaan ditulis dengan surat Kepada jemaat di Smyrna dan kepada Polikarpus, uskup Smyrna, ketika Ignatius beristirahat di Troas dalam perjalanan menuju ke Roma tahun 110.
Latar belakang penulisan surat. Pada abad kedua, jemaat Kristen di Filadelfia berada di bawah pemerintahan dinasti Antonius (96-192) dalam kekaisaran Romawi. Pada masa pemerintahan Trayanus (98-117) ia meneruskan pendahulunya untuk tetap melarang kekristenan sebagai sebuah agama. Dalam kekaisaran Romawi, kekristenan hanyalah kelompok sektarian. Jemaat Kristen dihukum dengan tuduhan melakukan seks dengan saudaranya dan tidak mau menyembah dewa-dewa dan kaisar kerajaan Romawi.15 Trayanus tidak menyamakan orang-orang Kristen dengan kelompok pemberontak, namun tetap saja orang-orang Kristen dianggap sebagai penghalang pelaksanaan hukum dalam pemerintahannya. Oleh sebab itu, orang Kristen dan siapapun yang menyebut dirinya sebagai Kristen akan diperiksa dan diadili. Apabila orang Kristen mau menyangkal imannya dan menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi mereka tidak akan dihukum mati. Dan apabila mereka yang teguh dengan imannya kepada Kristus akan dihukum mati.
Dalam kehidupan jemaat di Filadelfia, muncul doketisme dan yudaisme yang menyebabkan perpecahan diantara umat. Pengaruh yudaisme mengakibatkan beberapa jemaat memisahkan diri dari uskup, karena lebih mematuhi sabat. Ada juga beberapa jemaat yang menyangkal kodrat manusia Yesus, sehingga menolak Ekaristi sebagai Tubuh Yesus.
Kata doketisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dokein yang berarti rupa- rupanya saja, kelihatannya, nampaknya. Doketisme ini muncul sebagai heresi dan sebagai salah satu doktrin sekitar abad kedua. Menurut kelompok ini, materi adalah jahat dan penyebab dosa. Karena itu, materi tidak mungkin dapat dipersatukan dengan Putra Allah. Oleh karena itu Kristus hidup diantara manusia hanya nampaknya saja. Hidup Kristus, penganiayaan dan penyaliban-Nya di bawah pemerintahan Pontius Pilatus hanyalah bayang-bayang saja. Tubuh manusia Kristus hanyalah sosok khayalan belaka. Oleh karena itu Ignatius sangat mengecam jemaat Kristen yang mendukung bentuk-bentuk doketisme ini. Karena kelompok ini menyangkal bahwa Tuhan memiliki tubuh jasmani. Dan ajaran kelompok ini tidak sejalan dengan ajaran Kristen.
Yudaisme adalah agama orang Yahudi. Mereka mengimani Allah yang esa, yang mewahyukan diri dan kehendak-Nya melalui kitab Taurat, para nabi dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah manusia. Pada abad kedua, beberapa orang Kristen dalam komunitas Kristen di beberapa daerah seperti Filadelfia kembali menghidupi tradisi Yahudi akibat pengaruh Yudaisme tersebut. mereka kembali memelihara hari sabat yang merupakan pengudusan hari ketujuh sebagai kenangan atas pembebasan bangsa Israel dari perbudakan.
Berdasarkan para ahli, khususnya William R. Schoedel17 struktur surat Ignatius kepada jemaat di Filadelfia sebagai berikut:
Salam Pembuka Surat Pujian kepada Uskup (1:1-2) Kesatuan (2-4)
Orang-orang Yahudi di Filadelfia (5:1-9:2)
Otoritas Ignatius dan Otoritas Teologisnya (5:1-6:2) Pembelaan Ignatius atas Tindakannya di Filadelfia (6:3-8:1) Nasihat Ignatius di Filadelfia (8:2-9:2)
Penutup dan Ucapan Selamat (10:1-11:2). Dari keseluruhan surat di atas, bagian yang membahas tentang pentingnya kesatuan dalam jemaat akibat perpecahan oleh ajaran palsu adalah bab (2-4).
Kesatuan salah satu pesan penting dalam surat-surat Ignatius. Kesatuan yang dimaksud oleh Ignatius adalah kesatuan Gereja dalam Allah. Kesatuan ini juga menunjuk pada kesatuan Gereja kepada Bapa melalui Kristus dan kesatuan antar- jemaat dan jemaat sendiri dengan uskup dalam Kristus. Kesatuan itu terwujud ketika Gereja merayakan Ekaristi. Uskuplah yang memimpin perayaan Ekaristi, karena dialah yang menghadirkan Kristus. Di bawah kepemimpinan uskup, komunitas Kristen mencapai kesatuan dalam Kristus. Oleh sebab itu, jemaat dituntut menjaga kesatuan dengan uskup, kemudian kesatuan Gereja ini memuncak dalam Ekaristi Yesus yang hadir.
Berikut adalah isi surat bab 2, tentang kesatuan dengan Uskup dan ulasannya:
"Anak-anak terang kebenaran, jauhilah perpecahan dan ajaran palsu, tetapi berlakulah seperti domba yang mengikuti gembala. Sebab banyak serigala yang tampaknya menarik, tetapi sebenarnya mereka menahan utusan Allah dengan ajaran-ajaran sesat. Mereka tidak akan memiliki tempat dalam kesatuannya".18
Panggilan yang diberikan oleh Ignatius kepada jemaat di Filadelfia dengan panggilan anak-anak terang kebenaran. Sapaan terang kebenaran ini juga memiliki kombinasi kata dari Paulus, anak-anak terang dan Yohanes, terang kebenaran. Paulus menggunakan sapaan anak-anak terang dalam suratnya kepada jemaat di Efesus dan Tesalonika. Dahulu jemaat di Efesus hidup dalam kegelapan, sekarang mereka hidup dalam terang dalam Tuhan (bdk. Ef. 5:81; Tes. 5:5). Sedangkan Yohanes menunjukan pada terang Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia (bdk. Yoh. 1:9). Oleh sebab itu, Ignatius menginginkan supaya jemaat Filadelfia berlaku sebagai anak-anak terang yang disinari Sabda Allah.Â
Penggunaan kata utusan Allah menunjuk pada uskup, para imam, dan diakon. Merekalah yang menyampaikan warta yang benar tentang Allah. Kata perpecahan muncul lima kali dalam surat Ignatius. Kata perpecahan menunjukkan refleksi Ignatius atas situasi komunitas Kristen di Filadelfia. Pada saat itu jemaat sedang bergulat dalam persoalan ajaran palsu yang sangat berpotensi memecah komunitas. Oleh sebab itu, supaya umat tidak terpecah, Ignatius menasihati jemaat agar taat kepada uskup. Kehadiran uskup ketika muncul ajaran palsu untuk menetapkan dan menegaskan ajaran Gereja. Uskuplah yang bertanggung jawab atas kehidupan iman Gereja.19
Pengajar-pengajar palsu yang muncul di tengah-tengah jemaat di Falidelfia adalah kelompok doketis dan yudaisme. Pengajaran yang mereka bawa membuat perpecahan di antara komunitas. Bahkan beberapa jemaat yang mematuhi ajaran mereka memisahkan diri dari kesatuan Gereja. Maka, Ignatius menasihati jemaat Kristen untuk menjaga kesatuan.
Berikut isi surat bab 2:2 tentang pengajar palsu dan orang Kristen sejati:
"menjauhlah dari tanaman yang jahat yang tidak ditanami Yesus Kristus, sebab mereka bukan merupakan tanaman Bapa-bukan karena saya menemukan perpecahan di antaramu, tetapi karena pemurnian".20
Dalam bab 2:2, pengajar palsu digambarkan sebagai serigala, sedangkan dalam bab 3:2, pengajar palsu digambarkan sebagai tanaman yang jahat. Gambaran ini juga membedakan orang Kristen sejati dari pengajar palsu. Kata "saya menemukan", menunjukkan bahwa Ignatius pernah singgah di Filadelfia dalam perjalan menuju ke Smyrna. Dalam waktu yang singkat di Filadelfia, Ignatius melihat pergulatan jemaat dalam menghadapi pengajar palsu, sedangkan jemaat yang taat pada uskup tetap berada dalam komunitas.
Berikut adalah ajakan Ignatius kepada umat di Filadelfia untuk persatuan Gereja:
"Sebab mereka yang berasal dari Allah dan Yesus Kristus berada dalam kesatuan dengan uskup. Mereka yang bertobat dan kembali pada kesatuan Gereja, juga menjadi milik Allah dan hidup menurut Yesus Kristus".
Sarx adalah Sabda yang menjadi daging dalam inkarnasi dan penyerahan Tubuh Kristus untuk disantap dalam Ekaristi.21
Kata "satu piala Darah-Nya" yang menyatukan menunjuk pada kata-kata institusi dari Paulus dan Lukas yaitu "piala ini adalah perjanjian baru dalam Darah-Ku (1Kor 11:25) yang akan ditumpahkan bagimu" (Luk 22:20). Penumpahan darah pada peristiwa salib yang hadir secara sakramental di altar menyatukan Gereja dalam darah Anak Domba. Dalam satu piala itu, Gereja disatukan dalam darah-Nya. Oleh karena itu, kata ini dimaksudkan oleh Ignatius sebagai ajakan bagi Gereja untuk ambil bagian dan bersatu dalam satu piala yang berisi Darah Yesus Kristus. Tetapi kesatuan kesatuan tidaklah terutama penyatuan dengan darah Yesus. Melainkan kesatuan itu lebih menunjuk pada penyatuan dari atau dalam darah Yesus. Ignatius hendak mengatakan kalau realitas sengsara Kristus menjadi dasar kesatuan Gereja.22
Melalui suratnya ini, Ignatius menunjukkan realitas sakramental. Menurutnya, roti ekaristik itu adalah Tubuh Yesus Kristus. Roti ekaristik bukanlah replika tubuh Yesus dalam ritus, tetapi sungguh-sungguh Tubuh Kristus. Demikian Tubuh Yesus dan piala yang satu itu menunjuk pada Penyelamat tunggal dalam perayaan Ekaristi.23
Kaitan satu tubuh, satu piala dan satu altar dalam suratnya bab 4 dan membandingkan dengan surat-surat Ignatius yang lain (bdk. Eph. 5:2; Mag 7:2; Rm 2:2), kata altar dimengerti sebagai simbol. Ignatius tidak memaksudkan alatar secara fisik demi perayaan. Kata satu altar digunakan dalam pengertian simbolis untuk kesatuan komunitas kristen. Lebih jauh lagi kita perhatikan, kaitan kata satu altar dengan kata satu uskup bersama dengan para imam, dan diakon, para pelayan. Kaitan keduanya menunjuk pada kesatuan komunitas dalam hierarki. Otoritas uskup sebagai pemimpin di tengah-tengah jemaatnya. Uskup adalah seorang pemimpin yang melanjutkan otoritas Allah dan Kristus dan uskup adalah wakil Allah. Jemaat tidak bisa dibaptis dan merayakan Ekaristi tanpa uskup.
Gagasan Ignatius mengenai satu Tubuh Kristus, satu piala dari darah-Nya, satu altar, dan satu uskup menunjukkan maksudnya mengenai kesatuan Gereja dalam Ekaristi. Dalam Ekaristi terwujud kesatuan Gereja. Dalam Ekaristi sebagai Tubuh dan Darah Kristus yang dimaksud haruslah Ekaristi yang dirayakan di bawah kepemimpinan uskup dan para imamnya. Dengan demikian, Ekaristi mewujudkan kesatuan Gereja.
PENUTUP
Surat-surat Ignasius adalah wasiatnya. Melalui surat-suratnya, Ignatius menasihati jemaat agar bersatu dengan uskup, yang tampak dalam perayaan Ekaristi. Ekaristi adalah kehadiran Yesus kristus yang nyata. Oleh sebab itu, jemaat dituntut untuk setia kepada uskup dan imam yang menghadirkan Kristus dalam perayaan Ekaristi.
Beato Carlo Acutis adalah seorang pemuda yang mengungkapkan "Ekaristi adalah jalan tol menuju ke surga". Dia dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus pada 10 Oktober 2020, karena mendokumentasikan mujizat-mujizat Ekaristi di seluruh dunia dalam situs web yang dibuatnya.25 Dari kisah pemuda Katolik Italia ini, kita dapat belajar bahwa Ekaristi sungguh- sungguh perayaan iman yang mampu membawa kita kepada persatuan dengan Allah. Dari masa Ignatius sampai sekarang, Ekaristi menjadi sumber hidup umat beriman. Oleh sebab itu, kita semua dituntut untuk setia merayakan Ekaristi, dimana kita berjumpa dan bersatu dengan Kristus. Bersama dengan umat lainnya kita diselamatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H