Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Disakiti Mendoakan Keburukan Terhadap Orang Lain? Rugi Besar! Inilah Penjelasan Ilmiahnya!

16 April 2022   01:03 Diperbarui: 30 April 2022   21:42 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dilahirkan untuk hidup berdampingan. Meski dapat berdiri diatas kaki sendiri, hakikatnya tetap membutuhkan bantuan orang lain kini dan nanti. Dalam kehidupan yang selalu berdampingan, tak melulu hubungan berbicara tentang keharmonisan dan keselarasan.

Terkadang gesekan demi gesekan menimbulkan pertentangan. Timbul permusuhan, muncul orang merasa disakiti, ada yang merasa benar diatas kepentingan bersama. Seakan kebenaran dan kesalahan berada pada setiap pihak yang berseteru. Si A mengklaim benar dengan dalih kepentingan bersama, begitupun si B merasa cara-caranya salah.

Segala bentuk analogi dan cari-cari celah dimanfaatkan untuk mencari tendensi dan pendukung. Ditambah lagi dengan modernisasi dan canggihnya teknologi saling berperang melalui status Whatsapp (WA). Bermacam Bahasa sarkasme dan kalimat-kalimat satire keluar di media sosial untuk melecehkan harga diri dan kehormatan orang lain.

"Tunggu Saja Tanggal Mainnya!" ujar dengan penuh kebencian dan keyakinan seakan doa-doa akan terwujud, tapi malah menjadi boomerang untuk diri sendiri.

Pada kubu yang lain sibuk berperang dan berkecamuk didalam dirinya tentang "air susu dibalas air tuba, aku sudah begini begitu, kenapa kamu kok tega?"

Wis.. angel! Angel tenan! Manusia bicara manusia.

Memang tak dapat dipungkiri ketika terjadinya pengingkaran atas kebaikan dan ketulusan terasa menyakitkan. Sewajarnya ketika sakit, manusia akan meng "ADUH" bukan mengeluh. Serampangannya mulut kadang seenaknya saja keluar kata-kata yang membuat lega perasaan dan emosi. 

Angel.. Angel Tenan...

Ambil handphone, jadikan status, tulis di medsos. Buat polling terhadap follower. Bahasa sederhananya "istisyaroh" pada netizen, minta pendapat pada netizen Yang Maha Benar. Menggiring opini sesuai dengan kepentingan yang menunggangi. Angel angel angel...

Padahal kaidah Islam telah menggeneralisasi segala permasalahan dalam rangkuman Al Quran. Beberapa nilai yang essensial paling mudah dilaksanakan adalah ta'awudz, diam, berganti posisi, berwudhu dan yakin terhadap janji-Nya terhadap orang yang mampu menahan amarah.

"Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, 'A'udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)', maka redamlah marahnya." (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376).


"Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu'aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).


"Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah." (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).


"Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu." (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).


"Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan." (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan).

Nilai seperti ini sebenarnya bukan hanya milik orang yang beragama islam saja. Karena kaidah dan norma ini bersifat Mondial. Beda zaman mungkin sudah banyak pergeseran dan dekadensi moral.

Jangan Bercermin di Air yang Mendidih!

Sengaja tulisan ini saya lampirkan quotes dan analogi yang sederhana. Bukan kalimat pembodohan publik. Selayaknya bercermin didepan cermin bukan di air yang mendidih. Air yang mendidih biasanya dipergunakan untuk menyeduh kopi, mematangkan rasa dan mematangkan usia yang mulai menua.

Oh iya saya ingat, sebelum zaman berubah serba canggih dan hebat. Dulu ibu saya mengajarkan pada saya untuk melihat gerhana matahari pada pantulan air didalam ember. Jangan melihat langsung karena dapat merusak mata.

Sebagai anak kecil yang semakin dilarang, semakin mencari tahu, saya membuktikan ternyata benar apa kata ibu saya. Dengan meletakkan air di ember dibawah pantulan cahaya matahari, saya melihat bayangan matahari yang perlahan membentuk cincin, gelap dan hadir lagi menyinari bumi.

Dilain sisi, jika air mendidih digunakan untuk melihat pantulan bayangan yang pertama dirasakan adalah panas, bayangannya tidak sempurna, gagal menunjukkan citra gambar yang relevan.

Sama halnya dengan tubuh batin yang dipenuhi dengan emosi dan amarah yang memanas. Sudah tahu sedang panas, jauhkan dulu dari hal-hal yang membuat marah dan merugikan diri sendiri serta orang lain.

Jangan dikira handphone itu sahabat karib yang akan mendukung. Justru dari situlah netizen-netizen dengan banyak kepentingan didalamnya akan menunggangi agar terprovokasi.

Mengambil adab yang telah diajarkan adalah hal terbaik untuk diri. Jika sudah diam dan tenang, jangan terus disulut lagi dan jangan mudah terprovokasi. Hati-hati terkadang aksi provokasi hanya akan membuat mulut mudah mengeluarkan ujaran dan cacian yang menyakiti.

"The Power of Your Mind"

Menghadapi mulut yang sinkron dengan hati yang panas harus hati-hati. Ada sebuah mekanisme yang berjalan dengan semesta didalam diri manusia yang kecil yaitu like attracts like, kemiripan menarik kemiripan. The Law of Attraction juga mengajarkan bahwa manusia bertanggung jawab dalam kehidupannya, karena manusia menuai apa yang dipikirkan dan rasakan.

Semua benda yang pernah dilihat manusia ataupun belum terbuat dari bahan yang sama yaitu energi. Dalam ilmu fisika, ada dua asumsi penting yaitu fisika klasik atau Newtonian dan fisika kuantum. teori klasik mengatakan bahwa elektron mengambil tingkat enegi secara kotinyu, tetapi penemuan selanjutnya dalam fisika kuantum memperlihatkan bahwa elektron melompat tidak kontinyu ke tingkat energi yang lebih tinggi ketika melampaui frekuensi ambang (fluktuasi kuantum).

Artinya sebuah kejadian yang berselisih sedikit menghasilkan dampak perubahan yang luar biasa.

Sama seperti hati manusia kan? Berselisih sedikit saja, dampaknya akan luar biasa berbeda. Maka mulut jangan begitu serampangan mengatakan orang lain rapuh, lembek, cengeng, lebay dan lain-lain. Secara rinci fisika klasik dan kuantum telah merangkum muatan energi dan dampaknya yang berbeda didalam kehidupan.

Fisika kuantum menjelaskan lebih lanjut bahwa partikel subatom yang sangat kecil berasal dari suatu energi alam vibrasi yang disebut quanta dan sudah masuk dalam ranah invisible thing. Segala sesuatu di alam semesta ini terdiri dari energi quanta, karena pergerakannya atau vibrasinya sedemikian cepat sehingga apapun yang kita lihat membentuk menjadi benda yang kita saksikan apa adanya.

Prinsip ini banyak ditemuukan dalam mekanisme "Law of Attraction". Asumsinya segala sesuatu disimpulkan berasal dari energi, maka segala sesuatu terhubung dan memiliki kemiripan, karena kesamaan unsur tersebut maka manusia bisa menarik apapun yang diinginkannya menggunakan hukum ketertarikan (tarik-menarik).

LoA adalah hukum yang kuat bekerja dengan alam semesta. Begitu halnya dengan hukum gravitasi bumi. LoA akan bekerja secara otomatis mau dipercayai atau tidak dipercayai.

Sederhananya untuk memahami LoA ini adalah medan magnet yang akan menarik unsur kesamaan. Manusia memiliki semua unsur semesta dan berpotensi untuk menarik benda yang diinginkannya. Pikiran adalah magnet energi yang kuat. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa ide LoA berasal dari  New Age Movement bahwa pusat kendali segala hal adalah diri sendiri.

Sakit Hati dan Mendoakan Keburukan Atas Orang Lain 

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Rislatul Mu'wanah wal Mudzharah wal Muwzarah, halaman 141.

"Jangan sekali-kali mendoakan datangnya bencana atau mengutuk diri sendiri, keluargamu, hartamu ataupun seseorang dari kaum Muslimin walaupun ia bertindak zalim terhadapmu, sebab siapa saja mengucapkan doa kutukan atas orang yang menzaliminya, berarti ia telah membalasnya. Rasulullah SAW telah bersabda: "Jangan mendoakan bencana atas dirimu sendiri, anak-anakmu ataupun harta hartamu. Jangan-jangan hal itu bertepatan dengan saat pengabulan doa oleh Allah SWT".


"Ketahuilah bahwa suatu laknat, bila telah keluar dari mulut seseorang, akan naik ke arah langit, maka ditutuplah pintu-pintu langit di hadapannya sehingga ia turun kembali ke bumi dan dijumpainya pintu-pintu bumi pun tertutup baginya, lalu ia menuju ke arah orang yang dilaknat jika ia memang patut menerimanya , atau jika tidak, laknat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya".

Begitu mengerikannya laknat dan doa keburukan untuk orang lain. Arogan mengucapkan akan kembali pada diri sendiri. Apalagi energi pikiran akan menarik segala sesuatu kemiripan dari pancaran energi yang diberikan.

Diadopsi dari ceramah Ustadz Adi Hidayat, LC dimana Rasulullah pernah mendoakan dan melaknat orang-orang yang telah membunuh para dai dan penghapal Al Quran. Termaktub dalam QS Ali Imron 128 dengan tafsir

"Muhammad SAW, engkau tidak punya hak untuk bisa memutuskan suatu perkara terkait dengan hukuman atau pun memberi petunjuk kepada seseorang (yang dimaksudkan yakni langsung menanamkan hidayah kepadanya), kecuali itu atas izin Allah SWT."

Kemudian Rasul mengganti dengan doa-doa kebaikan yang dikenal dengan doa Qunut. Jadi selayaknya manusia yang fitrahnya suci dan mulia, dapat mengubah pola pikir, tutur, ucapan dan doanya dengan kebaikan.

Sekalipun dikhianati ketulusannya dan disakiti berulang kali, doakan kebaikan atas diri sendiri dan yang lain. Sayang sekali, apabila masa-masa terbaik terkabulnya doa malah mendoakan hal yang sia-sia berupa laknat terhadap orang lain. Hati-hati bahwa hukum Tarik menarik energi akan Kembali pada diri sendiri.

Tidak ada hak apapun bagi manusia memutuskan perkara hukuman atas segala keburukan yang dilakukan oleh orang lain. Jangan melebihi kuasa Tuhan Yang Maha Berkehendak.

Bogor Barat, 16 April 2022

Salam,

Sri Patmi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun