Padahal setiap hari, setiap waktu, setiap detik selalu melewati masjid, mendengar tausiyah dan lantunan ayat suci Al Quran. Mengapa masih belum membiasakan diri untuk membaca Al Quran? Padahal dari kecil berlomba-lomba siapa yang paling dulu khatam? Apa karena dewasa telah mengubah pola pandang? Apa iya hati sudah membatu?
***
Al Quran Melembutkan Hati
Al Quran yang melembutkan hati Umar bin Khattab. Sebuah riwayat menyebut, ia masuk Islam setelah mendengar surah Thaha, riwayat lain menyebut surah al-Haqqah.
Umar memang tetap khas dengan ketegasannya. Namun, setelah mendapat bimbingan iman lewat Al Quran, ia memilih menggunakan ketegasannya di jalan Allah. Maka beliau tak segan hijrah secara terang-terangan.
Umar adalah sosok yang amat pandai dalam sastra dan senang mempelajari sejarah sebagai pembelajaran masa depan. Maka, saat beliau mendengar Al Quran, amat yakin perkataan ini bukanlah perkataan seorang manusia. Alquran seolah membangkitkan Umar dari kematian.
Al Quran telah mengarahkan hidup Umar sesuai dengan fitrahnya. Umar tak kehilangan sifat bawaan, namun kini beliau gunakan ke sebuah jalan yang Al Quran tuntun. Sifat lembut Umar makin menjadi-jadi saat berinteraksi dengan Alquran.
Abdullah Bin Umar Bin Khattab menjadi saksi Ada tanda hitam di kedua pipinya akibat seringnya Umar menangis saat membaca Al Quran. Bahkan Abdullah pernah mendengar ayahnya menangis saat sholat berjamaah padahal anaknya berada di Shaf ketiga.
Saat itu, beliau membaca surat Yusuf ayat 86, "Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." Dan surah at-Thur ayat 7, "Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi." Umar menangis amat keras hingga beliau sakit dan para sahabat menjenguknya. (Ad-Daa'Wa Ad-Dawaa' hal 98).
Al Quran telah banyak mengubah kehidupan Umar Bin Khattab. Sosoknya yang dikenal pemberani dan tegas, dilain sisi beliau sangat lembut dan peka hatinya tersentuh oleh Al Quran.
Kisah Umar Bin Khattab menjadi proyeksi bahwa Al Quran adalah segala-galanya untuk menentukan urusan yang berpangkal pada hati. Segala sesuatu sudah diatur dengan scenario terindah dari Allah. Baik dan buruk menjadi bagian dari keseimbangan kehidupan. Dari kebaikan dan keburukan akan mendapat hikmah dan pembelajaran.
Dari sini, secara perlahan dan istiqomah, saya mulai belajar dan mengenal Al Quran lebih dalam. Meski belum ada getaran sehebat mukjizat pada diri Umar Bin Khattab, perlahan-lahan mulai tumbuh ketenangan dan ketentraman. Melihat sisi gelap dunia sebagai bagian yang mengisi hati agar lebih berhati-hati bukan untuk meracuni hati.