Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjamah Kerasnya Hati Dengan Lantunan Al Quran

15 April 2022   10:29 Diperbarui: 30 April 2022   21:43 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama seperti tubuh yang butuh nutrisi bergizi, hati juga membutuhkan nutrisi yang bergizi. Asupan bergizi untuk hati adalah Al Quran. Untuk masalah makanan bagi tubuh fisik saja pilih-pilih yang sehat bukan sekedar mengenyangkan. Apalagi untuk urusan hati yang menjadi poros dari kehidupan manusia. Dari hati kebaikan bermula, dari hati keburukan pun bermula.

Sama seperti tubuh, hati yang setiap hari dijejali dengan hal buruk akan terkontaminasi dengan penyakit hati. Utamanya jika si pemilik hati terus mengembangbiakkan penyakit hati seperti kanker yang menyebar kemana-mana. Menggerogoti bahkan menimbulkan kerusakan bukan hanya pada diri sendiri tetapi terhadap orang lain. Alih-alih mengkritisi, ternyata mulut ikutan menggunjing. Nah loh? Dari hati kan? Hati-hati dengan hati.

Bahkan Rasulullah yang sudah dijamin masuk surga pun ngeri dengan urusan hati dan mulut. Beliau selalu berdoa

"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan". (HR Muslim).


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS. Ali Imron: 159).

Penyebab Hati yang keras :

1. Memandang rendah dosa-dosa kecil

Manusia bukanlah makhluk yang suci tidak pernah berbuat dosa. Jangankan dalam ucapannya, dari diamnya saja mungkin sudah melukai orang lain. Diam penuh dengan prasangka dan tuduhan. 

Hati manusia ibarat selembar kertas putih yang bersih, saat kesalahan-kesalahan dilakukan muncul titik hitam pada kertas yang belum ternodai. Menggunjing keburukan orang lain, menyebarkan aib. Padahal efek bergunjing bukan hanya pada orang lain, tetapi pada diri sendiri. 

Loh kok begitu? Diri sendiri akan terbiasa melakukan pergunjingan, sedikit atau banyak hati yang bersih akan terkontaminasi dengan ucapan yang terlontar. Apalagi jika sampai disebarluaskan. Jika "BENAR" akan menjadi "GHIBAH", jika "SALAH" akan menjadi "FITNAH". Jadi siapa yang akan dirugikan? Dua-duanya kan? Yang menggunjing dan yang dipergunjingkan. Berpangkal dari hati.

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka". (QS. Al Muthoffifin: 14)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun