Jika tarif Trump ditujukan semata-mata terhadap ekspor kelebihan produksi China ke AS, maka hal itu akan sesuai dengan tujuan utama pemerintahan lainnya, yakni melemahkan kebangkitan Kerajaan Tengah sebagai ancaman strategis.
Namun, sejauh tarif tersebut merupakan bagian dari mentalitas isolasionis baru yang berlaku di tempat lain di Eropa dan Asia - bahkan di negara tetangga seperti Meksiko dan Kanada - dampaknya kemungkinan akan sebaliknya. Tarif tersebut akan membantu China mencapai salah satu tujuan revisionis utamanya yang tidak dapat dicapainya sendiri, yi mengikis kepercayaan pada sistem aliansi dan keberpihakan di seluruh dunia yang mengamankan dominasi kekuatan AS yang berkelanjutan.
Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa ahli strategi top China, Yan Xuetong, baru-baru ini berpendapat para pemimpin di Beijing "tidak memandang Trump dengan rasa takut."
Orang China sangat memahami, tulisnya, bahwa "dalam persaingan kekuatan besar, kebijakan luar negeri seringkali menjadi hal kedua setelah kebijakan dalam negeri." So, dimulai dengan pemerintahan pertama Trump hingga pemerintahan Joe Biden, meskipun tarif yang berat akan diberlakukan, Beijing melihat lebih banyak peluang strategis terbuka dengan Trump daripada dengan Biden karena, seperti yang dikatakan Yan, "isolasionisme politik Trump - padanan diplomatik dari proteksionisme ekonominya - dapat menyebabkan AS mengurangi investasinya untuk melindungi sekutu tradisional. Presiden terpilih tersebut telah lama mengecam sekutu AS karena memanfaatkan kekuatan dan kemurahan hati AS." Seiring dengan tarif pada teman-teman, pelonggaran hubungan yang mengikat ini "dapat mendorong sekutu AS, baik negara-negara Eropa maupun Asia Timur, untuk melihat manfaat dari lindung nilai antara China dan AS."
Sebenarnya, keberhasilan agenda America First secara paradoks akan mengurangi bobot AS dalam keseimbangan kekuatan global, tidak seperti bagaimana Brexit secara nyata menurunkan kehadiran dan prestise Inggris Raya di kancah dunia. Itulah revisi tatanan dunia liberal yang telah lama diupayakan oleh poros pergolakan lainnya.
Perspektif tentang Tarif dan Kebijakan "America First"
Tarif yang diberlakukan Trump membawa efek yang lebih berlapis dibanding sekadar proteksionisme ekonomi. Michael Pettis menyebut tarif modern dapat bermanfaat dalam meningkatkan produksi domestik, daya beli, dan pertumbuhan ekonomi.
Meski klaim ini masuk akal dalam konteks teori ekonomi, implementasinya menghadapi tantangan besar.
Peningkatan produksi domestik memang berpotensi mendukung ekonomi nasional, tetapi dampaknya seringkali tidak merata. Industri tertentu (seperti manufaktur) mungkin mendapat keuntungan, tetapi konsumen menghadapi harga lebih tinggi akibat pajak impor.
Dalam konteks global, tarif seperti ini sering memicu balasan dari negara lain, menciptakan siklus tarif yang merusak perdagangan bebas dan meningkatkan friksi geopolitik.
Dalam jangka pendek, tarif kemungkinan besar mendukung narasi politik "America First," tetapi konsekuensi jangka panjangnya mencakup melemahnya hubungan ekonomi dan diplomatik global.