Â
PPN 12% Memang Meresahkan Tapi Tidak Bagi Petani Kopi
Mengutip barchart.com edisi edisi 21 Nopember yang baru lalu, Kopi arabika Maret (KCH25) Kamis yang baru lalu ditutup naik +3,20 (+1,09%), dan kopi robusta ICE Januari (RMF25) ditutup turun -11 (-0,23%).
Harga kopi pada hari Kamis ybl berakhir bervariasi, dengan arabika Maret mencatat kontrak tertinggi dan arabika Desember mencatat kontrak tertinggi baru dalam 13 tahun. Harga kopi mendapat dukungan pemerintah ketika FAS USDA memproyeksikan produksi kopi Brasil tahun 2024/25 sebesar 66,4 MMT, di bawah perkiraan resmi USDA sebesar 69,9 MMT. FAS USDA juga memproyeksikan persediaan kopi Brasil sebesar 1,2 juta kantong ketika musim 2024/25 berakhir pada bulan Juni, turun -26% tahun/tahun.
Analisis kondisi pasar kopi dunia sebagaimana dilaporkan oleh Barchart.com menunjukkan dinamika yang dipengaruhi oleh berbagai faktor fundamental dan teknikal.
Kondisi pasokan dan produksi
Proyeksi USDA FAS bahwa produksi kopi Brasil 2024/25 sebesar 66,4 juta metrik ton (MT), lebih rendah dari perkiraan resmi USDA 69,9 MT, mengindikasikan tekanan pada pasokan. Selain itu, stok akhir musim yang hanya 1,2 juta kantong (turun 26% YoY) memperkuat pandangan pasar akan ketatnya pasokan.
Di Vietnam, menelusuri lebih jauh barchart.com, penurunan produksi kopi robusta hingga -20% dalam tahun panen 2023/24 karena kekeringan, bersama proyeksi penurunan lebih lanjut di 2024/25, menunjukkan pasokan robusta juga terancam.
Produksi global yang meningkat
Di sisi lain, proyeksi ICO dan USDA bahwa produksi global meningkat +5,8% YoY ke rekor 178 juta kantong (2023/24) menciptakan surplus kopi 1 juta kantong. Produksi arabika yang diperkirakan meningkat di Brasil (+7,3%) dan Kolombia (+1,6%) menjadi sinyal bearish jangka panjang, meskipun tekanan kekeringan saat ini menahan dampaknya.
Efek kekeringan di Brasil
Kondisi cuaca di Brasil, yang mengalami kekeringan terparah sejak 1981, menjadi faktor dominan yang merusak pembungaan pohon kopi arabika untuk panen 2025/26. Hal ini memperburuk ketatnya pasokan jangka panjang, khususnya untuk arabika premium.
Vietnam dan risiko banjir
Hujan lebat di Vietnam yang berpotensi membanjiri ladang kopi dapat menunda panen robusta. Situasi ini menciptakan volatilitas harga, di mana pasar menyesuaikan antara ekspektasi panen tertunda dan potensi pemulihan.
Melemahnya real Brasil
Penurunan real Brasil terhadap dolar AS ke level terendah dalam dua minggu terakhir mendorong produsen kopi Brasil untuk meningkatkan penjualan ekspor. Ini menciptakan tekanan jual pada kontrak berjangka kopi robusta, meskipun fundamental pasokan masih mendukung harga tinggi.
Stok global
Pemulihan stok arabika yang dipantau ICE dari level terendah 24 tahun menjadi 893.325 kantong adalah kabar baik bagi stabilitas pasokan. Namun, stok robusta yang turun ke level 6,5 bulan terendah menunjukkan ketidakseimbangan di pasar robusta.
Ekspor Brasil dan Vietnam
Kenaikan ekspor Brasil +11% YoY pada Oktober menunjukkan daya saing produsen, meskipun peningkatan ekspor ini dapat memperlemah harga kopi, terutama jika dibarengi pelemahan mata uang. Sebaliknya, penurunan ekspor Vietnam -11,6% YoY pada Oktober memperkuat posisi robusta di pasar global.
Permintaan yang stabil
Konsumsi global yang diproyeksikan meningkat +2,2% YoY ke rekor 177 juta kantong (2023/24) menunjukkan bahwa permintaan masih solid, terutama untuk arabika di pasar premium. Namun, surplus 1 juta kantong pada 2023/24 dapat menekan harga jika pasokan terus meningkat.
Tren konsumen
Pergeseran preferensi ke kopi premium (arabika) di negara-negara maju, dibandingkan dengan robusta yang lebih banyak dikonsumsi di negara berkembang, menciptakan pola harga yang terpisah antara kedua jenis kopi.
Harga arabika tetap bullish dalam jangka pendek karena risiko kekeringan di Brasil, tetapi potensi peningkatan produksi dalam jangka menengah dapat meredam kenaikan harga lebih lanjut.
Harga robusta mendapat dukungan dari pasokan yang ketat di Vietnam dan Brasil. Namun, fluktuasi mata uang, terutama real Brasil, akan menjadi faktor utama dalam jangka pendek.
Pasar kopi global berada dalam posisi yang kompleks, di mana ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan jangka pendek menciptakan volatilitas harga. Ketergantungan pada produksi Brasil dan Vietnam, kondisi cuaca ekstrem, serta dinamika mata uang menjadi penggerak utama. Dalam jangka panjang, surplus global yang diproyeksikan akan menjadi tantangan bagi harga kopi, meskipun tekanan pasokan jangka pendek masih memberi peluang kenaikan, terutama untuk arabika.
Peluang bagi Indonesia
Perkembangan pasar kopi global tersebut di atas memberikan dampak signifikan terhadap industri perkopian Indonesia, baik dalam hal peluang maupun tantangan.
Permintaan Kopi Arabika premium
Kekeringan di Brasil, yang mempengaruhi produksi arabika, membuka peluang bagi produsen Indonesia, khususnya dari daerah seperti Gayo (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan), dan Kintamani (Bali), untuk mengisi kekosongan pasokan global.
Harga arabika yang mencatat level tertinggi dalam 13 tahun mendorong ekspor arabika Indonesia, terutama untuk pasar premium seperti Eropa dan Amerika Utara.
Robusta Indonesia sebagai alternatif
Kekurangan pasokan robusta di Vietnam memberikan kesempatan bagi robusta Indonesia, yang umumnya berasal dari Lampung, Bengkulu, dan Jawa Timur, untuk mendapatkan pangsa pasar lebih besar. Dengan status Indonesia sebagai produsen robusta terbesar kedua di dunia, eksportir lokal dapat mengambil manfaat dari kenaikan harga robusta.
Branding kopi specialty
Tren permintaan global terhadap kopi specialty mendukung kopi-kopi Indonesia yang memiliki keunikan rasa dan kualitas. Peluang ini semakin besar di pasar ekspor premium, mengingat pasokan terbatas dari kompetitor seperti Brasil dan Vietnam.
Tantangan yang harus dihadapi
Meskipun pasokan Vietnam dan Brasil sedang terganggu, kedua negara ini tetap mendominasi pasar kopi dunia dengan volume produksi dan efisiensi yang tinggi. Produsen Indonesia menghadapi tantangan untuk bersaing dalam hal biaya produksi dan skala ekspor.
Ketergantungan pada pasar ekspor
Harga kopi Indonesia juga terpengaruh oleh fluktuasi global, terutama akibat pelemahan mata uang real Brasil. Produsen kopi Indonesia harus menyesuaikan strategi ekspor agar tetap kompetitif meski kondisi pasar tidak stabil.
Cuaca dan produksi lokal
Seperti Brasil, Indonesia juga menghadapi tantangan cuaca, termasuk perubahan pola hujan yang dapat mempengaruhi produktivitas kebun kopi. Tantangan ini terutama terlihat pada produksi di dataran tinggi yang bergantung pada pola cuaca konsisten untuk fase pembungaan.
Infrastruktur dan kualitas pasca-panen
Masalah infrastruktur dan kurangnya penerapan teknologi pasca-panen sering menjadi hambatan dalam meningkatkan kualitas kopi Indonesia di pasar global. Persaingan dengan produk Vietnam yang dikenal stabil dalam kualitas menjadi tantangan tambahan.
Petani kopi dan harga lokal
Kenaikan harga kopi global dapat berdampak positif pada pendapatan petani kopi di Indonesia, terutama jika mereka dapat memanfaatkan tingginya harga arabika dan robusta.
Namun, ketergantungan pada pasar global juga bisa menyebabkan volatilitas harga lokal, yang sering kali tidak berpihak pada petani kecil.
Dukungan pemerintah
Pemerintah perlu memperkuat dukungan terhadap petani kopi melalui subsidi, peningkatan akses pasar, serta bantuan teknologi dan manajemen. Program seperti sertifikasi fair trade dan organik dapat meningkatkan nilai jual kopi Indonesia di pasar internasional.
Diversifikasi pasar ekspor
Indonesia harus memperluas pasar ekspornya, tidak hanya ke pasar tradisional seperti Eropa dan Amerika Serikat tetapi juga ke negara-negara berkembang di Asia dan Timur Tengah yang mulai menunjukkan permintaan tinggi terhadap kopi.
Fokus pada kopi specialty
Memanfaatkan citra kopi specialty Indonesia sebagai produk unik dan berkualitas tinggi akan memberikan nilai tambah. Dukungan untuk promosi melalui festival kopi internasional atau pameran dagang sangat diperlukan.
Penguatan posisi domestik
Di pasar domestik, tren konsumsi kopi juga meningkat. Memanfaatkan momentum ini untuk mendorong industri kopi lokal, seperti dengan memperkuat jaringan kopi lokal (kedai dan merek lokal), dapat membantu menciptakan permintaan yang stabil.
Dinamika global saat ini memberikan peluang signifikan bagi kopi Indonesia untuk menguatkan posisinya di pasar dunia. Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, Indonesia perlu mengatasi tantangan produksi, meningkatkan efisiensi pasca-panen, dan memperkuat branding kopi specialty. Pemerintah dan pelaku industri harus berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem perkopian yang lebih kompetitif, baik untuk pasar ekspor maupun domestik.
At the end, kita bisa saja resah tentang kenaikan PPN sebesar 12% yang akan diterapkan pada awal 2025, tapi kita juga optimis untuk beberapa sektor yang tak terganggu pergolakan di Eropa timur dan middle-east, antara lain perkopian kita yang sebetulnya sudah diakui dunia entah itu Kopi Sigararutang atau Kopi Arabika Batak di Lingkar Toba, Kopi Robusta Dampit, Kopi Robusta Arjuno, Kopi Robusta Lampung, Kopi Arabika Toraja, Kopi Arabika Ijen, Kopi Arabika Kintamani, Kopi Arabika Flores dst dst.
Tunggu apalagi. Kopi .. Kopi .. Ayoo ..
Lihat :
Joyogrand, Malang, Sat', Nov' 23, 2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI