Kondisi cuaca di Brasil, yang mengalami kekeringan terparah sejak 1981, menjadi faktor dominan yang merusak pembungaan pohon kopi arabika untuk panen 2025/26. Hal ini memperburuk ketatnya pasokan jangka panjang, khususnya untuk arabika premium.
Vietnam dan risiko banjir
Hujan lebat di Vietnam yang berpotensi membanjiri ladang kopi dapat menunda panen robusta. Situasi ini menciptakan volatilitas harga, di mana pasar menyesuaikan antara ekspektasi panen tertunda dan potensi pemulihan.
Melemahnya real Brasil
Penurunan real Brasil terhadap dolar AS ke level terendah dalam dua minggu terakhir mendorong produsen kopi Brasil untuk meningkatkan penjualan ekspor. Ini menciptakan tekanan jual pada kontrak berjangka kopi robusta, meskipun fundamental pasokan masih mendukung harga tinggi.
Stok global
Pemulihan stok arabika yang dipantau ICE dari level terendah 24 tahun menjadi 893.325 kantong adalah kabar baik bagi stabilitas pasokan. Namun, stok robusta yang turun ke level 6,5 bulan terendah menunjukkan ketidakseimbangan di pasar robusta.
Ekspor Brasil dan Vietnam
Kenaikan ekspor Brasil +11% YoY pada Oktober menunjukkan daya saing produsen, meskipun peningkatan ekspor ini dapat memperlemah harga kopi, terutama jika dibarengi pelemahan mata uang. Sebaliknya, penurunan ekspor Vietnam -11,6% YoY pada Oktober memperkuat posisi robusta di pasar global.
Permintaan yang stabil
Konsumsi global yang diproyeksikan meningkat +2,2% YoY ke rekor 177 juta kantong (2023/24) menunjukkan bahwa permintaan masih solid, terutama untuk arabika di pasar premium. Namun, surplus 1 juta kantong pada 2023/24 dapat menekan harga jika pasokan terus meningkat.