Tren konsumen
Pergeseran preferensi ke kopi premium (arabika) di negara-negara maju, dibandingkan dengan robusta yang lebih banyak dikonsumsi di negara berkembang, menciptakan pola harga yang terpisah antara kedua jenis kopi.
Harga arabika tetap bullish dalam jangka pendek karena risiko kekeringan di Brasil, tetapi potensi peningkatan produksi dalam jangka menengah dapat meredam kenaikan harga lebih lanjut.
Harga robusta mendapat dukungan dari pasokan yang ketat di Vietnam dan Brasil. Namun, fluktuasi mata uang, terutama real Brasil, akan menjadi faktor utama dalam jangka pendek.
Pasar kopi global berada dalam posisi yang kompleks, di mana ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan jangka pendek menciptakan volatilitas harga. Ketergantungan pada produksi Brasil dan Vietnam, kondisi cuaca ekstrem, serta dinamika mata uang menjadi penggerak utama. Dalam jangka panjang, surplus global yang diproyeksikan akan menjadi tantangan bagi harga kopi, meskipun tekanan pasokan jangka pendek masih memberi peluang kenaikan, terutama untuk arabika.
Peluang bagi Indonesia
Perkembangan pasar kopi global tersebut di atas memberikan dampak signifikan terhadap industri perkopian Indonesia, baik dalam hal peluang maupun tantangan.
Permintaan Kopi Arabika premium
Kekeringan di Brasil, yang mempengaruhi produksi arabika, membuka peluang bagi produsen Indonesia, khususnya dari daerah seperti Gayo (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan), dan Kintamani (Bali), untuk mengisi kekosongan pasokan global.