5. Kolaborasi dan Inovasi
Berkolaborasi dengan influencer, Youtuber, dan komunitas online untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.
Mengembangkan model bisnis yang inovatif dan berkelanjutan di era digital.
Terus berinovasi dalam hal format, gaya bahasa, dan jenis konten untuk menarik minat pembaca.
Media cetak tidak perlu sombong dengan menampilkan penulis "hebat" atau "bergelar panjang". Saya pikir, mereka seharusnya berani menampilkan keragaman suara, termasuk penulis biasa yang mampu menyuarakan opini yang benar dan relevan dengan realitas sosiokultural bangsa. Dengan memahami kebutuhan pembaca, menjaga kualitas jurnalisme, memanfaatkan teknologi, berkolaborasi, dan berinovasi, media cetak dapat menemukan kembali relevansinya di era digital dan menjadi sumber informasi yang terpercaya dan bermanfaat bagi masyarakat.
Transformasi yang dimaksud disini jelas membutuhkan komitmen dan usaha yang berkelanjutan dari pihak media cetak. Dengan strategi yang tepat dan kemauan untuk beradaptasi, media cetak dapat tetap menjadi pilar penting dalam demokrasi dan masyarakat yang informatif.
Di sisi sebelah Media online yang meski terlihat berjalan baik, tapi masalah yang dihadapi adalah honor penulis. Katakanlah ada 10 Tim Redaksi internal mereka, lalu katakan lagilah ada 10 Tim redaksi luar yang tau cara meredaksi tulisan layak tayang atau tidak. Nyatanya itu tak ada, yang ada adalah artikel tayang hasil telisik redaksi dalam entah versi apa. Tapi tulisan yang jadi artikel utama, terasa tidak seperti artikel utama dst.
Menyoal Honor Penulis di era media online
Bagaimana kita melihat soal ini karena ada ribuan penulis yang sulit kebagian honor karena berdesak-desakan seperti ini dan tak mungkin terhonori semua. Ini memang kompleks dan perlu dicermati lebih dalam.
Beberapa poin penting yang dapat dikaji
1. Keseimbangan kualitas dan kuantitas