Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Israel-Arab-Palestina-Iran-Ukraina-Rusia

23 Mei 2024   17:17 Diperbarui: 23 Mei 2024   17:17 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klip Art Crazy World. Foto : Lady Ju Jurita via saatchiart.com

Israel-Arab-Palestina-Iran-Ukraina-Rusia Menggiring Dunia Ke Jurang Kelam

Dunia belum lama ini diguncang dengan dengan pernyataan Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) Karim A.A. Khan tentang perintahnya untuk menangkap pemimpin Israel Benyamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang dituding melakukan genosida terhadap orang Arab-Palestina dalam Perang Gaza, termasuk perintah penangkapan 3 pemimpin utama Hamas yaitu Yahya Sinwar, Muhammad Deif dan Ismail Haniyeh yang di luar batas kemanusian telah membunuh 1200 warga Israel di Israel selatan termasuk menyandera 250 orang Israel yang sampai sekarang masih disekap di Gaza sebagai perisai Hamas.

Tak mudah menjelaskan tuduhan ini. Masalahnya bisa saja ada pihak yang men-settingnya sebagaimana demo antisemitisme di AS dan Uni Eropa, termasuk Inggeris dan Australia, bahkan di Indonesia dan Malaysia yang selalu demam Arab-Palestina.

Untuk mudahnya katakan sajalah sementara ini bahwa itu adalah bagian dari dinamika hukum internasional dan konflik politik yang sangat kompleks di middle-east.

Latar belakang tuduhan

Tuduhan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant terkait dengan kebijakan militer dan tindakan yang dianggap menyebabkan penderitaan besar terhadap warga Arab-Palestina di Gaza dan wilayah lainnya. Tindakan ini banyak dikritik oleh berbagai kelompok HAM dan dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional.

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Muhammad Deif, dan Ismail Haniyeh. Ketiganya dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk serangan yang mengakibatkan kematian 1200 warga Israel dan penyanderaan 250 orang Israel. Hamas sendiri, menurut banyak negara Barat khususnya AS dan Uni Eropa, dianggap sebagai organisasi teroris karena metode kekerasan yang digunakan dalam perjuangannya melawan Israel.

Respons Internasional

Tuduhan dari ICC menimbulkan kontroversi dan mendapat reaksi beragam dari komunitas internasional. Beberapa negara mendukung tindakan ICC sebagai langkah penegakan hukum internasional, sementara yang lain melihatnya sebagai tindakan yang bias atau politis.

Tuduhan terhadap Israel yang seringkali disusul oleh demonstrasi yang bisa berbau antisemitisme di beberapa negara Barat. Ini menambah kompleksitas situasi, karena di satu sisi ada kekhawatiran tentang HAM terhadap warga Arab-Palestina, sementara di sisi lain ada kekhawatiran tentang meningkatnya kebencian terhadap komunitas Yahudi.

Isu-isu seperti ini dipengaruhi oleh berbagai kelompok dengan agenda politik tertentu. Media juga memainkan peran besar dalam membentuk opini publik baik di tingkat nasional maupun internasional.

Tidak jarang tuduhan dan konflik ini digunakan oleh berbagai pihak untuk memajukan narasi atau kepentingan tertentu, baik oleh pendukung Arab-Palestina maupun Israel.

Tuduhan ini mencerminkan konflik yang sangat mendalam dan berkepanjangan antara Israel dan Arab-Palestina. Situasi ini diperumit oleh berbagai kepentingan politik, ekonomi, dan sosial dari berbagai aktor global.

Kecelakaan helikopter Iran

Di tengah kecamuk Perang Gaza yang tak ada habisnya, Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dunia pada Senin 20 Mei lalu. Ia tewas setelah helikopter yang ditumpanginya hilang kontak sejak Minggu sore dan akhirnya ditemukan dalam kondisi hancur berkeping-keping.

Di balik tewasnya Raisi akibat kecelakaan ini, sejumlah pihak menuding Israel sebagai dalang dari insiden helikopter tsb. Ini disebabkan hubungan Israel dan Iran yang terus memburuk, dengan kedua negara saling menyatakan diri sebagai rival masing-masing.

AS pun terseret dikambinghitamkan dalam kecelakaan Raisi. Tudingan terhadap AS disampaikan mantan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif. Ini disebabkan embargo Washington kepada Teheran yang membuat Iran tak bisa mengakses suku cadang helikopter yang mumpuni.

Diketahui, helikopter yang jatuh itu bertipe Bell 212 buatan AS. Beberapa pengamat menyebut heli tsb dibuat tahun 1960-an, sudah berumur sekitar 64 tahun.

Sama halnya dengan perintah Jaksa ICC untuk menangkap Pemimpin Israel dan Hamas, kita pun disini mengalami kesulitan untuk memahami tudingan yang gegabah dan emosional seperti ini, sementara pemerintah Iran sendiri belum membuat pernyataan resmi terkait tudingan tsb.

Kendati demikian, setidaknya ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memahami mengapa tuduhan seperti ini muncul.

Hubungan antara Israel dan Iran telah lama penuh ketegangan dan permusuhan. Iran acapkali menuduh Israel terlibat dalam berbagai aksi sabotase dan pembunuhan tokoh-tokoh penting Iran, termasuk ilmuwan nuklir. Dalam konteks ini, tuduhan terhadap Israel bisa saja muncul sebagai reaksi alami mengingat sejarah permusuhan antara kedua negara.

Hubungan antara AS dan Iran juga penuh konflik, terutama setelah Revolusi Iran 1979 dan berlanjut dengan sanksi dan embargo yang diberlakukan oleh AS. Embargo ini disebut sebagai penyebab berbagai masalah di Iran, termasuk kesulitan dalam mengakses suku cadang penting untuk peralatan militer.

Dalam situasi krisis, biasanya muncul spekulasi dan teori konspirasi yang menyalahkan pihak-pihak tertentu. Ini dipicu oleh ketidakpercayaan publik terhadap penjelasan resmi atau oleh aktor-aktor politik yang memiliki agenda tertentu.

Penyebaran informasi melalui media sosial mempercepat penyebaran spekulasi dan teori konspirasi. Informasi yang tidak diverifikasi dapat dengan cepat menjadi viral, memperburuk situasi.

Tudingan terhadap lawan politik biasanya digunakan untuk memobilisasi dukungan domestik atau untuk menekan musuh internasional. Dalam hal ini, menyalahkan Israel atau AS bisa saja digunakan oleh tokoh-tokoh politik Iran untuk mengkonsolidasikan kekuatan internal dan mengalihkan perhatian dari masalah domestik.

Para pemimpin politik menggunakan insiden seperti ini untuk memajukan narasi tertentu yang menguntungkan posisi mereka baik di dalam negeri maupun di panggung internasional.

Helikopter Bell 212 dikonfirmasi berusia lebih dari 60 tahun. Usia dan pemeliharaan helikopter dapat menjadi faktor signifikan dalam kecelakaan tsb. Embargo dan kesulitan mendapatkan suku cadang dipastikan memperburuk kondisi teknis helikopter, yang dapat menjelaskan kecelakaan tanpa perlu adanya keterlibatan pihak luar.

Reaksi awal yang gegabah dan emosional terhadap kematian Presiden Raisi perlu dipahami dalam konteks sejarah permusuhan dan ketegangan politik antara Iran, Israel, dan AS. Spekulasi dan tuduhan biasanya muncul sebagai respons cepat terhadap situasi yang tidak pasti. Reaksi emosional dan tudingan tanpa dasar yang kuat hanya akan memperburuk situasi dan menambah ketegangan internasional.

Penolakan dakwaan ICC

Kembali ke soal perintah penangkapan para pemimpin Israel dan Hamas. PM dan Menhan Israel menolak tuduhan Jaksa ICC. Dikatakan mereka bertindak sesuai hukum dan hak membela diri. Hamas juga menolak tuduhan itu, Seharusnya yang dipersalahkan adalah pendudukan Israel atas tanah Arab-Palestina. Israel menampiknya dan menyatakan tanah itu adalah tanah mereka sejak zaman King David. Mereka tak pernah beringsut dari sana meski mayoritas dari mereka adalah Diaspora Eropa dan Mizrahi. Di zaman Ottoman pun mereka masih di tanah Israel, bahkan di zaman pendudukan Inggeris juga mereka masih tetap disana sebagai minoritas. Israel balik menuding warga Arab-Palestina sesungguhnya adalah orang Arab-Yordania yang sengaja di taruh di tanah Israel ketika Inggeris dan Perancis bersekutu untuk membagi-bagi wilayah jajahannya itu. Tak ketinggalan, AS pun turut mengecam tuduhan ICC yang tak berdasar itu.

Pemerintah Israel menolak tuduhan ICC dengan alasan mereka berhak membela diri dari serangan teroris dan tindakan mereka sesuai dengan hukum internasional. Israel biasanya menyoroti serangan roket dari Hamas dan organisasi lain sebagai ancaman signifikan terhadap keamanan nasional mereka.

Hamas pun menolak tuduhan Jaksa ICC bahwa mereka melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan menyatakan tindakan mereka adalah bentuk perlawanan terhadap pendudukan ilegal oleh Israel. Mereka melihat diri mereka sebagai pejuang kemerdekaan yang berjuang melawan penjajahan.

Selaku sekutu dekat Israel, AS mendukung Israel dalam forum internasional, mengecam tuduhan yang mereka anggap tidak berdasar dari ICC. AS juga memainkan peran penting dalam mediasi dan diplomasi di wilayah tsb, meskipun sering dianggap bias oleh banyak pihak di dunia Arab.

Bantah-membantah antara Israel, Hamas, dan berbagai pihak internasional terkait tuduhan yang dilemparkan oleh ICC adalah cerminan dari kompleksitas konflik Israel-Arab-Palestina yang sudah berlangsung selama beberapa dekade.

Klaim historis

Israel mengklaim tanah yang mereka diami adalah tanah leluhur mereka sejak zaman Raja Daud, dengan sejarah panjang keberadaan bangsa Yahudi di wilayah tsb, meskipun sebagian besar dari mereka kemudian tersebar di berbagai penjuru dunia (Diaspora). Klaim ini juga diperkuat oleh beberapa penemuan arkeologis dan teks agama.

Meski bangsa Yahudi menertawakannya, Arab-Palestina keukeuh mengklaim mereka telah tinggal di wilayah tsb selama berabad-abad, termasuk selama masa Kekhalifahan Ottoman dan Mandat Inggeris. Mereka menilai pendudukan Israel sebagai kolonialisme modern yang mengusir penduduk asli dari tanah mereka.

Respon masyarakat internasional bervariasi. Beberapa negara dan organisasi mendukung Arab-Palestina dan mengkritik kebijakan Israel sebagai pelanggaran HAM. Sementara itu, beberapa negara mendukung hak Israel untuk membela diri.

Dampak terhadap Dunia

Konflik ini berdampak besar terhadap stabilitas di middle-east. Ketegangan yang berkelanjutan antara Israel dan negara-negara tetangga, termasuk Iran, dapat memicu konflik yang lebih luas.

Konflik ini mempengaruhi politik global, termasuk hubungan antara negara-negara Barat dengan dunia Arab dan Islam, juga mempengaruhi kebijakan luar negeri berbagai negara besar.

Celakanya konflik ini sangat dipolitisasi di media dan sering digunakan untuk menggalang dukungan politik baik di tingkat domestik maupun internasional. Narasi yang berkembang di media bisa memperkuat sikap dan pandangan yang sudah ada, dan yang pasti itu semua memperparah perpecahan.

Bantah-membantah yang terjadi antara Israel, Hamas, dan berbagai pihak internasional mencerminkan konflik yang mendalam dan kompleks. Konflik ini bukan hanya tentang klaim teritorial, tetapi juga melibatkan sejarah panjang, identitas nasional, dan politik internasional yang rumit. Dampaknya sangat luas, mempengaruhi stabilitas regional dan dinamika politik global.

Ditambah siraman minyak berbagai tudingan miring terhadap AS dan Israel terkait kecelakaan helikopter yang menewaskan Ebrahim Raisi, plus ancam-mengancam nuklir antara dunia Barat di bawah AS dan Rusia di bawah Putin, banyak yang was-was tentang apa yang bakal terjadi secara global dalam tempo dekat ini. Atau jangan-jangan barangkali semua kericuhan global itu hanyalah drama politik semata yang berputar-putar dalam lingkaran setan tak berujung.

Harus diakui situasi geopolitik saat ini memang sangat kompleks dan penuh ketegangan, dengan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Untuk memahami dinamika global ini ada beberapa kemungkinan yang bakal terjadi dalam waktu dekat.

Peningkatan ketegangan geopolitik

Ketegangan antara Israel dan negara-negara di sekitarnya, termasuk Iran, dapat meningkat. Tudingan terhadap Israel terkait kematian Ebrahim Raisi bisa memperburuk hubungan yang sudah tegang. Hamas dan kelompok militan lainnya kemungkinan besar akan meningkatkan serangan sebagai bentuk balasan, yang bisa memicu respons militer dari Israel.

Ancaman nuklir antara Barat di bawah AS dan Rusia di bawah Putin menambah lapisan kerumitan. Setiap eskalasi dalam ancaman atau langkah militer bisa memicu perlombaan senjata atau bahkan konfrontasi langsung, meskipun masih dalam bentuk ancaman diplomatik.

Drama politik dan propaganda

Banyak dari konflik ini digunakan oleh para pemimpin politik untuk memperkuat posisi mereka di dalam negeri. Dalam kasus Israel, tuduhan terhadap mereka bisa digunakan untuk memobilisasi dukungan kalangan nasionalis. Di Iran, menuduh musuh eksternal seperti Israel atau AS bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik.

Media memainkan peran besar dalam membentuk persepsi publik. Narasi yang dibangun oleh media bisa mempengaruhi sikap masyarakat dan memperkuat posisi politik tertentu. Propaganda dan disinformasi bisa digunakan oleh semua pihak untuk mempengaruhi opini publik dan mendiskreditkan lawan.

Diplomasi dan mediasi internasional

Di tengah ketegangan, ada kemungkinan upaya diplomasi dan mediasi dari negara-negara besar atau organisasi internasional seperti PBB, termasuk perundingan untuk menurunkan ketegangan nuklir antara AS dan Rusia, serta mediasi dalam konflik Israel-Arab-Palestina.

Sanksi dan tekanan ekonomi bisa terus digunakan sebagai alat untuk mengendalikan perilaku negara-negara yang dianggap melanggar hukum internasional. Namun, efektivitas sanksi seringkali diperdebatkan dan bisa memiliki dampak yang tidak diinginkan.

Jika provokasi berlanjut dan tidak ada mediasi yang efektif, konfrontasi militer bisa terjadi. Ini bisa dalam bentuk serangan terbatas atau konflik skala penuh, terutama di wilayah-wilayah yang sudah menjadi titik panas seperti middle-east atau Eropa Timur.

Sebaliknya, ada juga peluang untuk de-eskalasi jika ada inisiatif diplomatik yang efektif. Kesepakatan seperti yang terjadi dalam Perjanjian Nuklir Iran (JCPOA) atau gencatan senjata di kawasan konflik bisa menjadi contoh langkah de-eskalasi.

Dunia saat ini berada dalam fase yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Konflik yang ada digunakan sebagai alat politik baik secara domestik maupun internasional. Sementara potensi untuk eskalasi ketegangan selalu ada, upaya diplomasi dan mediasi tetap menjadi harapan terbaik untuk mencegah konflik besar. Masyarakat global perlu waspada dan mendukung upaya-upaya perdamaian serta solusi yang berbasis dialog untuk mengatasi konflik ini.

Joyogrand, Malang, Thu', May 23, 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun