Diet tinggi lemak dapat mempengaruhi kesehatan pembuluh darah dan aliran darah ke otak. Penyumbatan pembuluh darah dan penurunan aliran darah dapat merugikan sel-sel saraf, menyebabkan gangguan kognitif.
Diet yang tidak sehat dapat mempengaruhi komposisi mikrobiota usus. Perubahan dalam mikrobiota usus dapat memicu reaksi inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi kesehatan otak.
Pengaruh diet terhadap kesehatan otak tidak hanya terbatas pada satu faktor, tetapi melibatkan sejumlah interaksi kompleks antara berbagai elemen diet dan sistem tubuh. Oleh karena itu, menjaga pola makan yang seimbang, kaya akan nutrisi, dan rendah lemak jenuh serta karbohidrat olahan dapat memberikan manfaat positif bagi kesehatan otak dan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Dalam berbagai buku tentang nutrisi, kita mengenal 3 pola makan utama di dunia ini, yaitu Pola Makan Mediterania, Pola Makan Nordik, dan Pola Makan Okinawa. Terakhir bisa kita tambahkan Pola Makan Indonesia pada umumnya.
Pola Makan Mediterania
Pola makan ini didasarkan pada tradisi makanan di wilayah Mediterania, seperti Yunani, Italia, dan Spanyol.
Komponen Utama adalah buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan; menggunakan minyak zaitun sebagai sumber lemak utama; mengkonsumsi ikan dan makanan laut secara regular; mengkonsumsi daging merah yang lebih rendah dibandingkan dengan diet Barat; porsi kecil dari produk susu, terutama yoghurt dan keju; mengkonsumsi anggur merah dengan bijak.
Pola Makan Nordik (Nordic Diet)
Pola makan ini didasarkan pada tradisi makanan negara-negara Nordik seperti Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia.
Komponen Utama adalah buah-buahan dan sayuran lokal; mengkonsumsi ikan laut, terutama ikan berlemak seperti salmon; penggunaan biji-bijian utuh dan sereal; penggunaan lemak sehat dari minyak canola dan kenari; mengkonsumsi produk susu rendah lemak atau bebas lemak; fokus pada makanan organik dan lokal.
Pola Makan Okinawa