Kaisar yang tak dapat menyembunyikan kegembiraannya yang meluap-luap melangkah bersama beberapa pejabat memasuki istana negara Republik Demokratik Domus, yang sebelum perang sempat menjadi gedung gubernur provinsi Forgsta. Kini nampaknya fungsi gedung itu akan dikembalikan pada fungsi semula.
"Yang mulia. Saya khawatir bahwa perang yang kita lancarkan ini hanya akan membawa malapetaka bagi segenap negeri kita," tukas  Jenderal Franzin sambil tertunduk di hadapan kaisar.
"Apa yang kau kahwatirkan jenderal? Siang ini kita merebut kota Lorenz, apakah kamu masih sangsi dengan kekuatan tentara kita?"
"Sama sekali tidak yang mulia. Tentara kita telah berjuang dengan gagah berani. Ksatria-ksatria Domus telah melakukan aksi kepahlawanan yang tiada taranya di muka bumi ini. Hanya saja...," kata-kata sang jendral tertahan. Dengan segenap keberanian ia memandang wajah sang kaisar muda itu.
"Apa yang kau ragukan?" tanya sang kaisar.
"Kita telah melangkah terlalu jauh. Kita telah melangkahi kemanusiaan demi negara. Negara ada untuk manusia dan bukan sebaliknya. Saya takut, kita telah berlagak pongah dan angkuh melawan Tuhan. Saya takut dan merasa tak patut melawan mereka. Para prajurit yang kau sebut pemberontak itu saya sebut sebagai pejuang hak asasi. Sedangkan para prajurit yang berderap-derap yang kupimpin dengan seragam kebesaran Domus, ternyata hanyalah para budak ambisi imperialisme seorang tiran! Saya mohon, segera akhiri semua kengerian ini. Jangan lagi ada pertumpahan darah," kata sang jendral dengan suara bergetar. Sambil berani menuding sang kaisar, ia melanjutkan: "Kemenangan ini berharga sangat mahal. Aku tidak sudi untuk mengerahkan para prajurit lagi demi ambisimu!"
 Sang kaisar terkejut dan ia menggelapar dalam kemarahan. "Bedebah kau Franzin!" seru sang kaisar meluapkan amarahnya pada jendral senior itu. "Tarik dia keluar dan penjarakan dia!" perintah kaisar dalam kemarahannya.
Teriakan dan perintah sang kaisar membuat sang jendral diseret saat itu juga oleh para pengawal kaisar. Atas perintah kaisar, sang jendral dipenjara saat itu juga. Jendral Fanzin kemudian digantikan oleh jendral Rubix yang lebih penurut pada kemauan sang kaisar.
***
Beberapa hari selanjutnya, kaisar mengancam akan terus melakukan pembantaian jika pemimpin pemberontak, Presiden Abner tidak mau menyerahkan dirinya. Beberapa hari telah berlalu sejak bukit Lorenz direbut dan tidak ada tanda-tanda bahwa kaum pemberontak menyerah. Sebaliknya bukit Lorenz yang telah diduduki militer Kaisar diteror terus selama seminggu setelah penguasaan itu. Siang malam sering terdengar ledakan mortir dan serangan roket udara terhadap kemah-kemah pemantau di atas bukit itu.
Bukan saja pihak pemberontak tetap melakukan serangan bersifat sporadis, tetapi tempat tinggal sang pemimpin mereka, Presiden Abner masih dalam tanda tanya besar. Ia sendiri bukanlah seorang yang mudah ditaklukkan.Â