Mohon tunggu...
Andre Panzer
Andre Panzer Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis lepas, buruh tapi bukan budak

Saya ingin mendidik ulang bangsa ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggugat Kearifan Lokal

19 Mei 2016   23:02 Diperbarui: 19 Mei 2016   23:15 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan yang bagaimana? Ya itu tadi, pendidikan yang menghasilkan kebebasan intelektual. Tetapi mengapa kebebasan intelektual malah membuat orang taat peraturan? Itulah pertanyaan orang yang pola pikirnya tidak cerdas. Orang yang bebas berpikir menaati peraturan bukan karena takut, tetapi karena melihat kepentingan bersama yang lebih besar: keselamatan berkendara, pelestarian lingkungan dan masa depan anak cucu bangsa.

Sebaliknya orang yang tidak cerdas selalu terbelenggu oleh nilai. Mereka tidak pernah melihat mengapa atau untuk apa suatu nilai diberlakukan, dipertahankan, disesuaikan atau dihilangkan. Mereka cenderung memilih yang nyaman dan aman bagi mereka. (Jangan salah, walaupun mengekang, agama atau budaya bisa saja nyaman bagi mereka karena alternatifnya dibuat menakutkan.) Akibatnya mereka tidak mau berubah, atau setidaknya jika itu mengusik kenyamanan mereka.

Seharusnya kita yang masih berpikir demikian malu pada suku-suku di pedalaman Nusantara. Anak-anak mereka dengan bersemangat mengenyam pendidikan tanpa melupakan tradisi. Bahkan tetua adat mereka yang kolot pun bisa dan mau menerima pendidikan. Mereka menjadi lebih bijak mengelola alam dengan menyatukan kearifan lokal dan ilmu pengetahuan. Mereka dapat memperjuangkan hak-hak mereka melalui cara yang beradab dan cerdas. Mereka diakui oleh dunia sebagai local genius.

Sementara kita yang sok tertindas dan mengasosiasikan diri dengan mereka, malah tidak mau belajar dan merendahkan pendidikan sebagai semata alat untuk mencapai status sosial. Kita menganggap kearifan kita itu sebagai penjaga kenyamanan hidup. Kita dengan bangga mencampuradukkan nilai budaya kita dengan modernitas dan hasilnya adalah chaos, tetapi ketika dinasehati orang asing, kita menertawakan dan melawan mereka.

Kalau sudah demikian, maka kita tidak pantas lagi disebut local genius, tetapi evil genius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun