Tidak semua orang tua dapat menerapkan prinsip pengasuhan dengan benar. Pada penelitian ini, orang tua anak usia dini mempunyai masalah pada keuangan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak seringkali menjadi objek pelampiasan kemarahan orang tua saat mereka tidak mempunyai pendapatan secara pasti. Tidak demikian dengan orangtua dengan status ekonomi menengah kebawah yang kurang mampu memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga (Mufarika, 2013). Faktor ekonomi sangat berperan terhadap terjadinya kekerasan psikologis pada anak. Kondisi ekonomi yang mempengaruhi terjadinya kekerasan psikolgis pada anak antara lain kemiskinan, terjadinya pengangguran dan ketidakpastian ekonomi (Farhan et al., 2019). Perekonomian orang tua yang rendah menyebabkan orang tua memiliki banyak tekanan sehingga anak menjadi sasaran dari orang tua untuk melakukan kekerasan (Utama et al., 2020).
Uraian tersebut memberikan makna bahwa berapapun pendapatan orang tua apapun status ekonominya, maka sebagai orang tua berkewajiban untuk tetap memberikan pengasuhan sebaik mungkin untuk anak mereka dengan tidak melampiaskan kemarahan kepada anak dikarenakan anak tidak bersalah dan bukan merupakan penyebab dari rendahnya status ekonomi orang tua.
Simpulan
Faktor yang mempengaruhi orang tua melakukan kekerasan psikologis pada anak antara lain rendahnya pengetahuan orang tua tentang bagaimana pola asuh yang benar. Orang tua beranggapan bahwa pola asuh sesuai dengan keinginan orang tua masing-masing. Pengalaman orang tua sewaktu kecil menjadi faktor penting dikarenakan pengasuhan tersebut akan terekam sampai anak usia dini menjadi dewasa yang kemungkinan besar akan diulang. Keberadaan keluarga menjadi faktor pendukung orang tua untuk memberikan pengasuhan yang sesuai atau tidak sesuai kepada anaknya.
Posisi Anak Dengan Sikap Orang Tua Terhadap Kekerasan Pada Anak. Jurnal Kesehatan, 8(1), 955--960. https://doi.org/10.38165/jk.v8i1.103
Puspitasari, I., & Wati, D. E. (2020). Eksplorasi Persepsi Dan Perilaku Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Usia Dini Di Kota Yogyakarta. Seminar Nasional Dan Call for Paper "Membangun Sinergitas Keluarga Dan Sekolah Menuju PAUD Berkualitas," 65--69. http://eprints.uad.ac.id/13502
Rachmawati, S. N., & Masykur, A. M. (2017). Pengalaman Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome.                   Jurnal          EMPATI,           5(4),          822--830. https://doi.org/10.14710/empati.2016.15443
Shonkoff, J. P., Slopen, N., & Williams, D. R. (2020). Early Childhood Adversity, Toxic Stress, and the Impacts of Racism on the Foundations of Health. Annual Review of Public Health, 42, 115--134. https://doi.org/10.1146/annurev-publhealth-090419-101940
Surianti, S. (2022). Inner Child: Memahami dan Mengatasi Luka MasaKecil. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 8(2), 10--18. https://doi.org/10.47435/mimbar.v8i2.1239
Suteja, J., & Ulum, B. (2019). Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Kondisi Psikologis Anak dalam Keluarga. Equalita: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1(2), 169. https://doi.org/10.24235/equalita.v1i2.5548
Utama, T. S. C., Pasaribu, J., & Anggraeni, L. D. (2020). Persepsi ibu tentang kekerasan pada anak toddler dan preschool. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 3(1), 28--34. https://doi.org/10.32584/jika.v3i1.382