Sangat banyak keutamaan dari saling memberi hadiah, dimana akan menumbuhkan kecintaan dan menghilangkan kebencian. Akan tetapi, tidak satupun keterangan yang menghubungkan aktivitas saling memberi hadiah ini dengan Iedul Fitri. Aktivitas saling memberi hadiah bisa dilakukan kapan saja, tanpa harus menunggu momentum lebaran. Hendaknya saling memberi hadiah bisa dilakukan di setiap kesempatan, tanpa harus menunggu momentum tertentu.
Saya memahami aktivitas saling memberi hadiah pada saat lebaran ini juga dalam dua bingkai. Pertama bingkai budaya, kedua bingkai kesempatan. Kita menyaksikan, parcel lebaran sudah menjadi budaya yang berkembang di tengah masyarakat Indonesia. Hendaknya ini dilakukan dalam bingkai yang positif, bukan untuk kepentingan risywah (menyuap) atau kepentingan negatif lainnya.
Tumbuhkan Kembali Cinta, Matikan Semua Benci
Dari tiga semangat mudik di atas, maka prosesi mudik lebaran 1440 H ini memiliki makna yang sangat urgen dan besar. Baru saja kita melewati Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden yang sangat gaduh dan hiruk pikuk. Sampai Aa Gym menulis di akun instagram beliau:
"Teman lama ditemukan oleh FB.
Dipererat oleh WhatsApp.
Dipisahkan oleh Pilpres."
Nyatanya hal itu tidak hanya berlaku untuk teman lama, bahkan juga dengan sesama saudara kandung. Mereka bercanda di graup WhatsApp keluarga, begitu ketemu Pilpres, postingannya sungguh berbeda. Suasana persaudaraan sempat rusak dan berantakan oleh suasana Pilpres. Maka mudik lebaran kali ini adalah kesempatan untuk menumbuhkan kembali cinta dalam keluarga yang sempat rusak di masa Pilpres. Demikia pula antar kelompok masyarakat.
Semoga mudik lebaran 1440 H ini, bisa menguatkan cinta, dan menghilangkan benci, terutama pasca Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019 yang begitu mengharu biru.
Sumber Rujukan :
Istifadah ilmu fadhilatul ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dalam web beliau rumaysho.com