Ajaran mulia dalam Islam berikutnya saling memberi maaf. Nabi Saw telah bersabda:
"Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya." (HR. Abu Daud, no. 4800. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, setelah Imam Nawawi menyebutkan bab "husnul khuluq" yaitu akhlaq yang baik, kemudian beliau menyebutkan bab "Al Hilm wal Aanah war Rifq" yaitu santun dan lemah lembut. Al Qur'an menyatakan orang-orang bertaqwa adalah mereka yang memiliki sifat santun dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah:
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)
Kemampuan menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain adalah ciri orang bertaqwa. Allah juga memerintahkan orang-orang yang beriman agar memberikan maaf dan menjadi pemaaf:
"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A'raf: 199)
Memaafkan juga disebut sebagai 'azmil umur, yaitu perkara yang diutamakan, sebagaimana firman Allah:
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS. Asy-Syura: 43)
Dan apabila kita mudah memaafkan orang lain, maka Allah akan berikan pahala:
"Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syura: 40)
Sangat banyak keutamaan dari saling memberi maaf, karena kemampuan memaafkan adalah ciri orang bertaqwa. Akan tetapi, tidak satupun keterangan yang menghubungkan aktivitas saling memberi maaf ini dengan Iedul Fitri.Â