Saya kemudian lanjut membaca berkas Berita Acara Pemeriksaan Polisi. Hari minggu tanggal 29 Juni 2014 pukul 18.07 tsk (tersangka) paijo mengantar tsk Amir ke rumah korban wanita bernama Lulu. Tsk amir masuk melewati pintu depan salon milik korban wanita bernama Lulu....tsk amir membawa sebuah balok kayu berukuran panjang kurang lebih satu meter dengan diameter 10 cm. Tsk amir memukul bagian belakang tengkuk korban satu kali. Korban wanita bernama Lulu jatuh. Tsk amir memukul lima kali di bagian kepala. dua kali di bagian punggung korban wanita bernama lulu...
Saya tidak kuat membaca BAP. Berkas saya tutup. Saya kemudian menyelesaikan wawancara dengan Paijo.
Hal yang mulai terasa berbeda ketika pulang. Saya merasa ada yang mengikuti. Cerita dari BAP terus mengiyang-iyang di benak saya. Saya tidak tahu kenapa berbeda. Sejauh ini, ketika wawancara napi kasus pembunuhan tidak seperti ini. Saya berpikir positif saja, mungkin gara-gara saya baca BAP saja jadi agak takut. Rasanya ada yang mengikuti dan pengen bertemu dengan saya. Intuisi saya berkata kalau korban tidak terima jika paijo ini diusulkan pembebasan bersyarat. Cuma saya selalu mencoba berpikir kalau ini hanya perasaan saya saja.
Malamnya, ketika akan tidur, kamar saya mulai bau kemenyan. Ah saya pikir ini perasaan saya saja. saya mencoba memejakan mata. Susah juga. Apalagi nyamuk banyak sekali di kamar. Oh ya, kamar saya berada di halaman depan terpisah dari rutan dan hanya ada dua kamar di depan halaman rutan.
Baru ketika saya mencoba memiringkan badan ke kiri. Srettt tiba-tiba di tembok ada bayangan hitam lewat. Saya kembali berpikir positif. Ini hanya bayangan saya saja karena tidak pakai kacamata.
Kejadian itu terulang kembali dihari kedua malam hari, tetapi banyangan lewat di tembok bagian lain ketika saya sedang tidur tengadah. Awalnya sama juga, ada bau kemenyan atau semacam dupa-dupa. Saya Cuma berpikir mungkin teman sebelah menyalakan dupa atau semacamnya. Tapi bayangan hitam itu muncul kembali.
Tidak tahu, saya hanya punya intuisi bahwa ada yang tidak beres. Paginya, saya bertemu dengan paijo. Saya berbicara kepada paijo
“Jo, besok kalau kamu bebas di luar, tolong ya titip satu pesan saya. Minta maaf dengan korban di kuburannya. Kayaknya korban belum memaafkan dirimu.”
“Iya ndan,” jawab paijo pendek.
Setelah itu, malam ketiga tidak ada lagi bau atau bayangan yang lewat-lewat di tembok. Perasaan ketakutan saya juga pelan-pelan menghilang. Rasanya sudah tidak ada yang mengikuti saya lagi.
Saat paijo diserah terimakan untuk menjalani Pembebasan bersyarat, saya masih berpesan supaya meminta maaf di kuburan korban.