Mohon tunggu...
Muhamad Reza Pahlefi
Muhamad Reza Pahlefi Mohon Tunggu... Freelancer - UIN KH ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN, FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH, PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

Ingin Menjadi Manusia yang bermanfaat untuk manusia lainya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendekatan Sufisme Tekstual dan Kontekstual Dalam Segi Pandang Tasawuf

13 Desember 2024   16:28 Diperbarui: 17 Desember 2024   03:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kalam.sindonews.com/read/158124/70/sufisme-bekerja-dengan-bahan-bahan-yang-terlihat-dan-tidak-1599563399

Pendahuluan 

Islam adalah agama yang memiliki keuniversalan dalam ajarannya, mencakup

dimensi spiritual, etika, hukum, dan sosial. Sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi lebih dari satu miliar umat di seluruh dunia, Islam memiliki keunikan karena ajarannya dapat diterapkan di berbagai konteks zaman dan tempat. Namun, untuk memahami ajaran yang begitu kompleks ini, diperlukan pendekatan yang tidak hanya satu dimensi. Islam tidak dapat dipahami sepenuhnya hanya dengan membaca teks suci secara harfiah, tetapi membutuhkan pendekatan yang mendalam, kritis, dan komprehensif agar substansi ajarannya dapat ditangkap secara utuh. Pentingnya memahami Islam dari berbagai perspektif tidak hanya bertujuan untuk menggali esensi ajarannya, tetapi juga untuk menjadikannya relevan dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tengah perkembangan zaman yang semakin dinamis. Keragaman pendekatan dalam studi Islam muncul sebagai respons terhadap

kebutuhan untuk memahami kompleksitas agama ini. Dalam tradisi akademik, terdapat berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari Islam, seperti sufisme, tekstual, dan kontekstual. Pendekatan sufisme menitikberatkan pada dimensi spiritual, mendalami pengalaman batin dalam mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan ini tidak hanya mengedepankan aspek ritual, tetapi juga nilai-nilai cinta, kasih sayang, dan transformasi moral individu. Sementara itu, pendekatan tekstual memberikan perhatian khusus pada kajian literal terhadap Al-Qur'an dan Hadis. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami teks-teks suci sebagaimana yang dimaksudkan oleh wahyu dan nabi, sering kali dengan mempertimbangkan tradisi ulama klasik. Di sisi lain, pendekatan kontekstual mencoba menjembatani ajaran Islam dengan realitas kehidupan modern, melihat bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterapkan dalam konteks sosial, budaya, dan politik yang terus berubah. Ketiga pendekatan ini memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing,

tetapi jika dipadukan, mereka dapat memberikan pemahaman yang lebih holistik dan mendalam. Misalnya, pendekatan sufisme dapat memberikan kedalaman spiritual, pendekatan tekstual dapat memberikan landasan normatif, dan pendekatan kontekstual dapat menjawab tantangan aktual di masyarakat. Dalam dunia yang semakin kompleks, di mana umat Islam dihadapkan pada tantangan globalisasi, modernitas, dan pluralitas, pendekatan yang beragam ini tidak hanya menjadi pilihan, tetapi juga kebutuhan.

Dengan memahami Islam melalui berbagai pendekatan ini, umat Islam diharapkan dapat menggali esensi ajaran Islam yang tidak hanya bersifat universal, tetapi juga relevan untuk kehidupan manusia di setiap zaman dan tempat.

Pembahasan 

Pendekatan Sufisme dalam Studi Islam. Sufisme adalah salah satu metodologi studi Islam melalui pendekatan spiritual

dalam memahami Islam yang menekankan hubungan langsung dan mendalam dengan Tuhan. Pendekatan ini berfokus pada dimensi esoteris Islam, yaitu aspek batiniah dan transendental yang bertujuan mendekatkan manusia kepada Allah melalui penghayatan spiritual. Dalam sufisme, ajaran Islam tidak hanya dipahami sebagai hukum atau doktrin formal, tetapi juga sebagai jalan menuju penyucian hati (tazkiyah al-nafs) dan pencapaian makrifat, yaitu pengetahuan langsung tentang Tuhan.1 Dalam pendekatan sufisme, terdapat beberapa Metodologi dasar dasar yang

digun para sufi untuk memahami ajaran agama Islam. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa metode tersebut.2

1. Tarekat Mahabbah merupakan cinta yang mendalam kepada Tuhan. Dalam sufisme, cinta ini dianggap sebagai pendorong utama dalam perjalanan spiritual. Rabi'ah al Adawiyah, salah satu tokoh sufi terkenal, menekankan pentingnya cinta kepada Tuhan sebagai motivasi utama dalam beribadah, bukan hanya karena takut akan hukuman atau harapan akan surga.

2. Ma'rifah Ma'rifah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman spiritual dan kedekatan dengan Tuhan. Berbeda dengan ilmu yang diperoleh melalui akal, ma'rifah lebih bersifat intuitif dan melibatkan hati. Al-Ghazali, seorang pemikir sufi, berpendapat bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui kalbu lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan yang hanya didapatkan melalui akal. 

3. Tazkiyah (Penyucian Jiwa)

Tazkiyah adalah proses penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk dan pengembangan

akhlak yang baik. Dalam sufisme, penyucian jiwa dianggap penting untuk

mencapai

kedekatan dengan Tuhan. Proses ini melibatkan pengendalian diri, introspeksi, dan

pengembangan sifat-sifat positif seperti sabar, syukur, dan cinta.

4. Zikir (Mengingat Tuhan)

Zikir adalah praktik mengingat Tuhan melalui pengulangan nama-nama-Nya atau

kalimat-kalimat tertentu. Ini merupakan salah satu cara untuk mencapai ketenangan

batin dan kedekatan dengan Tuhan. Zikir dapat dilakukan secara individu atau

dalam kelompok, dan sering kali diiringi dengan musik atau tarian dalam tradisi

tertentu.

5. Wahdat al-Wujud (Kesatuan Wujud)

Konsep ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah manifestasi

dari Tuhan. Dalam pandangan ini, tidak ada pemisahan antara pencipta dan ciptaan.

Para sufi yang menganut pandangan ini percaya bahwa tujuan akhir dari perjalanan

spiritual adalah mencapai kesatuan dengan Tuhan.

6. Maqamat (Tingkatan Spiritual)

Dalam sufisme, terdapat berbagai tingkatan atau maqamat yang harus dilalui oleh

seorang sufi dalam perjalanan spiritualnya. Setiap maqam memiliki karakteristik

dan tantangan tersendiri, dan pencapaian setiap maqam membawa seorang sufi

lebih dekat kepada Tuhan.

Konsep-konsep ini saling terkait dan membentuk kerangka kerja bagi para sufi

dalam menjalani kehidupan spiritual mereka, dengan tujuan akhir mencapai kedekatan

dan kesatuan dengan Tuhan serta dapat memahami makna dari ayat atau hadits dalam

ajaran agama Islam. Penerapan sufisme dalam studi Islam menekankan pada

pengalaman batin yang mendalam dan pemahaman Al-Qur'an serta hadis dari

perspektif cinta ilahi. Sufi berusaha mencapai koneksi langsung dengan Tuhan melalui

praktik spiritual, seperti dzikir yang memungkinkan mereka merasakan kehadiran Ilahi

dalam hidup sehari-hari.

Melalui pengalaman ini, mereka mengembangkan ma'rifat, yang merupakan

pengetahuan spiritual mendalam, serta mahabbah cinta yang tulus kepada Allah, bukan

Karena harapan akan surga atau ketakutan terhadap neraka. Dengan demikian,

pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur'an dan hadist menjadi lebih kaya dan penuh

makna, mengarah pada kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

Pendekatan sufisme dalam memahami studi Islam saat memperingati Maulid

Nabi Muhammad Saw biasanya menekankan aspek cinta, penghormatan, dan

spiritualitas. Berikut contoh pendekatannya:

* Cinta kepada Nabi sebagai Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah

Dalam sufisme, cinta kepada Nabi Muhammad Saw dianggap sebagai

cerminan cinta kepada Allah. Perayaan Maulid sering menjadi momen untuk mengingat

akhlak mulia Nabi dan menanamkan kecintaan mendalam kepada beliau melalui pujian

(qasidah), syair, atau shalawat, seperti *Barzanji* atau *Diba'*. Dengan menghidupkan

cinta ini, seorang Muslim memperkuat hubungan spiritualnya dengan Allah.

* Merenungkan Sirah dan Akhlak Nabi

Sufi sering menggunakan momen Maulid untuk merenungkan perjalanan hidup

Nabi Muhammad Saw sebagai teladan kesempurnaan akhlak. Misalnya, mereka tidak

hanya mempelajari sirah secara historis tetapi juga menafsirkannya sebagai pelajaran

moral dan spiritual untuk kehidupan sehari-hari.

B. Pendekatan Tekstual dalam Studi Islam

Pendekatan tekstual merupakan salah satu metode yang digunakan dalam studi

Islam untuk memahami ajaran agama melalui teks-teks suci, yaitu Al-Qur'an dan Hadis.

Pendekatan ini berfokus pada pemahaman literal dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis,

serta menekankan pentingnya pemahaman harfiah dan normatif syariat. Dalam

pembahasan ini, kita akan menguraikan definisi, karakteristik, dan implikasi dari

pendekatan tekstual dalam konteks studi Islam.

Pendekatan tekstual dapat didefinisikan sebagai metode yang mengutamakan

pemahaman terhadap teks-teks keagamaan secara langsung dan harfiah. Dalam konteks

ini, teks yang dimaksud adalah Al-Qur'an dan Hadis, yang dianggap sebagai sumber

utama ajaran Islam.

 Pendekatan ini berusaha untuk memahami makna yang

terkandung dalam teks tanpa mempertimbangkan konteks sosial, budaya, atau historis

di mana teks tersebut diturunkan. Dengan demikian, pendekatan tekstual cenderung

menghasilkan interpretasi yang bersifat kaku dan normatif.

Pendekatan Tekstual ini memiliki beberapa karakteristik dalam menjelaskan

ayat Al Qur'an dan hadist, Beberapa karakteristik utama dari pendekatan tekstual

meliputi:

- Fokus pada Teks: Pendekatan ini menempatkan teks sebagai pusat

pemahaman. Setiap ayat Al-Qur'an dan hadis dianggap memiliki makna

yang jelas dan tidak dapat ditafsirkan secara bebas. Hal ini mengarah pada

pemahaman yang lebih terstruktur dan sistematis terhadap ajaran Islam.

- Pemahaman Harfiah: Pendekatan tekstual menekankan pentingnya

memahami makna harfiah dari teks. Ini berarti bahwa interpretasi yang

dihasilkan harus sesuai dengan kata-kata yang tertulis, tanpa mengubah atau

menafsirkan makna yang terkandung di dalamnya.

- Normativitas Syariat: Pendekatan ini berusaha untuk menjaga kemurnian

ajaran Islam dengan mengacu pada teks-teks suci sebagai sumber hukum

dan pedoman hidup. Oleh karena itu, ajaran yang dihasilkan dari pendekatan

ini cenderung bersifat normatif dan mengikat bagi umat Islam.

Pendekatan tekstual memiliki beberapa implikasi dalam studi Islam, antara lain:

- Keterbatasan dalam Respons terhadap Perubahan Sosial: Pendekatan ini

sering kali dianggap kurang fleksibel dalam merespons dinamika sosial

yang terus berubah. Ketergantungan pada pemahaman harfiah dapat

menyebabkan kesulitan dalam mengadaptasi ajaran Islam dengan konteks

modern yang kompleks.

- Perdebatan di Kalangan Ulama: Pendekatan tekstual sering kali

memunculkan perdebatan di kalangan ulama dan cendekiawan Muslim.

Beberapa pihak berargumen bahwa pemahaman yang terlalu kaku dapat

menghambat perkembangan pemikiran Islam, sementara yang lain

menekankan pentingnya menjaga keaslian ajaran.

6- Keterlibatan dalam Dialog Interdisipliner: Meskipun pendekatan tekstual

berfokus pada teks, penting bagi para peneliti untuk tetap membuka ruang

dialog dengan pendekatan lain, seperti kontekstual, untuk menghasilkan

pemahaman yang lebih komprehensif dan relevan dengan realitas sosial saat

ini.

Pendekatan tekstual dalam studi Islam memainkan peran penting dalam

memahami ajaran agama melalui teks-teks suci. Dengan fokus pada pemahaman literal

dan normatif, pendekatan ini berusaha menjaga kemurnian ajaran Islam. Namun,

tantangan dalam merespons perubahan sosial dan perdebatan di kalangan ulama

menunjukkan perlunya integrasi dengan pendekatan lain untuk mencapai pemahaman

yang lebih holistik dan relevan. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti dan praktisi

Islam untuk mempertimbangkan kedua pendekatan ini dalam upaya memahami dan

mengamalkan ajaran Islam di era modern.

Pendekatan tekstual merupakan metode analisis yang berfokus pada

pemahaman teks-teks Islam, seperti Al-Qur'an dan hadis, secara langsung dan

mendalam. Pendekatan ini menekankan pentingnya memahami isi teks berdasarkan

bahasa, struktur, dan hubungan dengan hukum Islam. Langkah-langkah pendekatan

tekstual meliputi:

- Kajian Bahasa (Linguistik)

Pendekatan ini dimulai dengan analisis bahasa Arab sebagai bahasa asli teks.

Kajian ini mencakup pemahaman gramatikal, semantik, dan sintaksis untuk

memastikan interpretasi yang sesuai dengan makna asli teks. Hal ini penting karena

keindahan dan keunikan bahasa Arab sering kali memuat makna yang mendalam dan

beragam.

- Analisis Struktural

Langkah ini meneliti susunan teks, termasuk konteks internal ayat atau hadis,

untuk memahami maksudnya. Analisis struktural membantu mengidentifikasi pola,

tema, atau hubungan antar bagian dalam teks yang relevan dengan pesan yang ingin

disampaikan.

- Pemahaman Syariat

Teks-teks Islam sering kali berkaitan dengan hukum dan aturan. Dalam

langkah ini, peneliti menghubungkan isi teks dengan kaidah syariat, memahami

implikasinya dalam konteks hukum Islam, baik dalam ibadah maupun muamalah.

7- Referensi Keilmuan Tradisional

Sebagai langkah akhir, pendekatan tekstual juga mengacu pada tafsir klasik,

kitab ulama, dan sumber-sumber keilmuan tradisional lainnya. Rujukan ini digunakan

untuk membandingkan hasil analisis dengan pandangan ulama terdahulu, sehingga

tercapai pemahaman yang lebih komprehensif.

Pendekatan tekstual sering diterapkan dalam penafsiran ayat-ayat hukum dan

pelaksanaan ibadah. Contohnya adalah memahami ayat tentang zakat (QS. Al-Baqarah:

267)

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, infakkan lah sebagian dari hasil usahamu

yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.

Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau

mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah

bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. dengan menganalisis makna kata anfiqu

(infaq) secara linguistik, kita bisa memahami konteks strukturalnya, dan

mengaitkannya dengan hukum syariat agama

Islam.

C. Pendekatan Kontekstual dalam Studi Islam

Pendekatan kontekstual dalam studi Islam berfokus pada pemahaman teks-teks

suci dalam hubungannya dengan kondisi sosial, budaya, dan sejarah. Ini bertujuan

untuk menggali makna yang lebih dalam dan relevan dari ajaran Islam dengan

mempertimbangkan konteks di mana teks tersebut diturunkan.

Pendekatan ini menggunakan analisis multidisipliner, yang mengintegrasikan

berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, sejarah, dan antropologi. Dengan cara ini,

pemahaman terhadap ajaran Islam dapat disesuaikan dengan tantangan dan dinamika

Q.S. Al-Baqarah * Ayat 26

masyarakat modern, sehingga relevansi ajaran tetap terjaga di berbagai zaman dan

tempat

Dalam pendekatan kontekstual memiliki beberapa karakteristik Konsep dasar

yang menjadi acuan penggunaan pendekatan kontekstual ini ketika menelaah suatu

bidang keilmuan. Konsep Dasar Pendekatan Kontekstual

- Pemaknaan Teks dan Konteks

Pendekatan ini melibatkan proses melacak elemen-elemen sejarah, budaya,

dan sosial yang memengaruhi turunnya sebuah teks atau hukum. Pemahaman ini

kemudian digunakan untuk menafsirkan teks sesuai dengan kondisi saat ini tanpa

kehilangan esensi aslinya.

- Relevansi Zaman

Pendekatan ini berasumsi bahwa hukum atau ajaran yang lahir di masa lalu

sering kali dipengaruhi oleh situasi tertentu. Jika situasi tersebut berubah, maka

penerapan hukum juga dapat disesuaikan tanpa menghilangkan nilai ideal dari teks

tersebut.

menekankan perlunya dua langkah dalam memahami Al-Qur'an.

- Gerakan Ganda (Double Movement)

Fazlur Rahman, salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan ini,

Yang pertama

Memahami konteks sosio-historis ketika teks diturunkan. Selanjutnya ada menarik

prinsip-prinsip universal dari teks tersebut untuk diterapkan pada kondisi kontemporer.

Batasan dalam Kontekstualisasi

- Ibadah dan Aqidah: Tidak dapat dikonsultasikan karena memiliki

aturan tetap.

- Muamalah dan Sosial: Dapat dikonsultasikan dengan memperhatikan

moral ideal teks serta kebutuhan sosial yang terus berkembang.

Dengan pendekatan kontekstual, ajaran Islam tidak hanya dipahami secara

tekstual, tetapi juga berfungsi sebagai solusi dinamis terhadap tantangan kehidupan

modern.

Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual dalam Studi Islam

Analisis Historis

Mengidentifikasi latar belakang turunnya ayat (asbabun nuzul) atau hadis

(asbab wurud) untuk memahami konteks awal penyampaian teks. Analisis

ini membantu mengetahui alasan atau tujuan di balik suatu perintah atau

larangan dalam Al-Qur'an dan hadis. Pendekatan kontekstual menekankan

pentingnya mempelajari Al-Qur'an dalam urutan historis untuk memahami

gagasan dan makna firman Allah secara tepat.

2. Kajian Sosio-Budaya

Menghubungkan isi teks dengan kondisi sosial dan budaya saat ini. Hal ini

memastikan bahwa penerapan ajaran Islam tetap relevan dalam kehidupan

masyarakat kontemporer, tanpa kehilangan nilai-nilai esensialnya.

3. Adaptasi Nilai

Mencari esensi nilai-nilai universal yang terkandung dalam teks agama,

kemudian mengadaptasikannya pada tantangan dan persoalan zaman

modern. Misalnya, hukum Islam yang berbasis pada keadilan diterapkan

dalam konteks sistem perbankan kontemporer.

4. Pendekatan Interdisipliner

Memanfaatkan ilmu sejarah, antropologi, sosiologi, dan disiplin ilmu

lainnya untuk memperkaya pemahaman terhadap teks. Pendekatan ini

membuka jalan untuk pemahaman yang lebih komprehensif dan mendalam

mengenai ajaran Islam.

Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Studi Islam

Pendekatan kontekstual diaplikasikan dalam berbagai kajian, seperti:

* Menafsirkan ayat-ayat hukum (fiqh) dengan mempertimbangkan

kondisi sosial modern, misalnya pengaturan muamalah dalam sistem

ekonomi.

* Memahami hadis-hadis yang mengatur kehidupan sosial dan hukum

dengan memperhatikan konteks historisnya serta adaptasinya pada masa

10kini. Sebagaimana dikatakan, "Hukum dapat berubah sesuai dengan

kondisi zaman, tempat, dan tradisi masyarakat".

* Mengembangkan kurikulum yang relevan dengan nilai-nilai Islam dan

kebutuhan zaman, seperti pendidikan berbasis responsif gender.

D. Perbandingan Ketiga Pendekatan

Persamaan pendekatan Sufisme, Tekstual, dan Kontekstual

Pendekatan sufisme, tekstual, dan kontekstual memiliki beberapa persamaan

mendasar dalam kerangka studi Islam:

- Memahami Islam Secara Mendalam

Ketiga pendekatan ini sama-sama bertujuan menggali pemahaman yang

lebih mendalam tentang Islam. Sufisme fokus pada pemahaman aspek

spiritual dan batiniah Islam, pendekatan tekstual pada makna literal ajaran,

dan pendekatan kontekstual pada penerapan Islam dalam kehidupan

masyarakat.

- Membutuhkan Pengetahuan Dasar Syariat

Meskipun memiliki fokus berbeda, ketiga pendekatan memerlukan dasar

pengetahuan tentang syariat Islam. Tanpa penguasaan ilmu dasar seperti

AlQur'an, hadits, fiqh, dan sejarah Islam, sulit untuk menjalankan salah satu

pendekatan ini secara maksimal.

- Komitmen pada Nilai-Nilai Islam

Setiap pendekatan tetap berlandaskan nilai-nilai Islam sebagai landasan

utama. Tujuannya adalah untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan

ajaran Islam, baik secara personal maupun sosial.

Meskipun memiliki tujuan yang sama, ketiga pendekatan ini berbeda dalam

fokus dan metode yang digunakan:

Dilihat dari perspektif fokus pendekatannya.

11* Sufisme: Menekankan aspek spiritual dan pengalaman langsung dengan

Tuhan melalui ibadah, zikir, dan penghayatan nilai-nilai ajaran agama

islam.

* Tekstual: Berfokus pada pemahaman literal teks-teks Islam seperti Al-

Qur'an dan hadits. Penekanan utamanya adalah makna harfiah yang

tertuang dalam teks.

* Kontekstual: Mengutamakan relevansi ajaran Islam terhadap isu-isu

sosial dan budaya masa kini. Pendekatan ini mencoba menjembatani

ajaran Islam dengan realitas masyarakat kontemporer.

Dilihat dari perspektif metode dan alat analisisnya

* Sufisme: Menggunakan metode introspeksi, rohani, dan pengalaman

spiritual langsung. Fokusnya pada dimensi esoteris Islam.

* Tekstual: Menggunakan alat analisis linguistik, gramatikal, dan tafsir

tradisional. Penekanannya pada memahami pesan eksplisit dalam teks.

* Kontekstual: Menggunakan metode interdisipliner seperti sosiologi,

antropologi, dan filsafat. Analisis ini mempertimbangkan dinamika

historis dan sosial masyarakat.

Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing Pendekatan

Pendekatan sufisme memiliki beberapa kelebihan yang menonjol. Salah satunya

adalah fokusnya pada transformasi spiritual individu, yang memungkinkan seseorang

mencapai kedekatan dengan Tuhan melalui penghayatan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Selain itu, pendekatan ini memberikan pengalaman batin yang mendalam, sehingga

pemahaman terhadap Tuhan tidak hanya bersifat intelektual tetapi juga emosional dan

spiritual. Namun, sufisme juga memiliki kelemahan. Pendekatan ini sering dianggap

subjektif karena sangat bergantung pada pengalaman pribadi, sehingga sulit diverifikasi

secara ilmiah. Selain itu, dalam konteks sosial kontemporer, sufisme terkadang dinilai

kurang relevan karena lebih menekankan aspek spiritual daripada menjawab isu-isu

praktis yang dihadapi masyarakat.

Pendekatan tekstual memiliki kelebihan dalam menjaga kemurnian ajaran Islam

sesuai dengan teks asli, seperti Al-Qur'an dan hadits, sehingga nilai-nilai yang

disampaikan tetap autentik. Selain itu, pendekatan ini memberikan pemahaman yang

jelas tentang aturan-aturan syariat, sehingga menjadi panduan yang kokoh dalam menjalankan ajaran agama. Namun, pendekatan ini juga memiliki kelemahan, terutama dalam hal fleksibilitas. Ia sering kali dianggap kurang adaptif dalam menghadapi perubahan zaman dan tantangan modern. Pendekatan ini juga cenderung mengabaikan konteks sosial dan budaya tempat teks itu diterapkan, yang dapat mengakibatkan kurangnya relevansi dalam situasi tertentu. Pendekatan kontekstual memiliki kelebihan dalam kemampuannya menjawab tantangan zaman dan tetap relevan dengan isu-isu modern. Pendekatan ini juga membuka ruang dialog antara ajaran Islam dan realitas sosial, sehingga memungkinkan interpretasi yang lebih dinamis dan aplikatif terhadap ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pendekatan ini tidak luput dari kelemahan. Jika tidak dilakukan dengan hati-hati, ia berpotensi keluar dari batas syariat, karena terlalu menekankan relevansi dibandingkan otoritas teks.

Kesimpulan

Berbagai pendekatan dalam kajian Islam, baik sufisme, tekstual maupun kontekstual, mempunyai kontribusi yang unik dan saling melengkapi. Pendekatan tekstual menitikberatkan pada interpretasi ajaran Islam secara harafiah dan normatif, sedangkan pendekatan kontekstual menekankan pada relevansi ajaran tersebut dalam berbagai dinamika sosial, budaya, dan sejarah. Dengan mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut, kajian Islam dapat menawarkan pemahaman yang lebih holistik, tidak hanya mengeksplorasi nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam teks, namun juga mengeksplorasi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti dan reviewer Islam untuk mengadopsi perspektif yang seimbang, guna memperoleh wawasan komprehensif tentang Islam dalam berbagai dimensi dan konteksnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun