.....
“Dhanapati.. ...”
.....
“Geli... Dhanapati....”
.....
“A...aduhhh...”
“Kamu kenapa Kaleena?”
“Ah... ti... tidak,” bisik gadis itu terengah. “Aku digigit nyamuk...”
Dhanapati tersenyum.
Dia tahu, bukan nyamuk penyebab Kaleena mengaduh barusan. Dhanapati tak mengatakan apa- apa lagi. Kini bukan hanya jemarinya, tapi juga bibirnya mulai menelusuri kehalusan dan keharuman kulit sang putri.
Kaleena menggeliat, mendesah. Masih berusaha mencegah tapi tak kuasa melakukannya. Kehangatan laki- laki itu menular padanya. Kaleena meleleh dan menyerah pasrah...