Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 46: Mencari Jalan Keluar

1 April 2012   09:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mangga calik, “ katanya pada Kayan, mempersilahkan prajurit tersebut untuk duduk.

Kayan tampak terkejut sejenak, lalu senyum lebarnya terkembang. Disapa dengan bahasa daerahnya dalam situasi seperti yang sedang dihadapinya merupakan suatu kejutan yang menyenangkan.

Hatur nuhun, “ jawab Kayan, seraya mengangguk saat menyampaikan ucapan terimakasihnya itu. Kalimat itu dilanjutkannya dengan, “ Geuningan tiasa nyarios basa Sunda?

Tak seorangpun dari semua pendekar yang ada di ruangan tersebut mengerti apa yang dikatakan Kayan. Begitu pula Pendekar Misterius yang lalu tertawa mengatakan pada Kayan bahwa dia tak memahami apa yang dikatakan prajurit tersebut sebab sebenarnya dia tak bisa berbahasa Sunda kecuali beberapa kata- kata pendek saja serupa “mangga calik” yang tadi diucapkannya.

Kayan mengangguk maklum. Pendekar lain di ruangan itu mulai tersenyum. Suasana tegang yang tadi terasa mulai mencair…

***

Kiran terkejut.

Ada air yang datang tiba- tiba entah darimana. Air berwarna kecoklatan itu terus meninggi dan kini mencapai mata kakinya.

Banjir !

Dia berada di sebuah terowongan. Tak jauh di depannya, tampak mulut terowongan. Kiran melangkah menuju mulut terowongan tersebut untuk menghindari banjir yang datang. Dan dia tercekat. Entah bagaimana, tampak dari arah mulut terowongan itu, air kecoklatan datang menghampiri. Arusnya lebih deras dan tampak lebih tinggi dari banjir di tempat yang sedang dipijaknya saat ini.

Jalannya tertutup. Dia tak bisa keluar melalui mulut terowongan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun