Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

"I'm Better Off On My Own", Ketika Jomlo Masih (Betah) Menjomlo

12 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 12 Januari 2021   17:24 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lebih Baik Sendiri. Foto: cocoparisienne dari Pixabay

Tahun 2020 kemarin, sudah banyak tanggal cantik terlewatkan. Bukan angkanya lagi yang cantik, melainkan juga undangan beserta pita warna-warni yang singgah di ruang tamu maupun di sebalik pintu.

Maksudku, teman seperjuangan sudah mengundang. Rekan kerja sudah menikah. Teman sekolah dan kuliahan segera akad. Bahkan, anak gadis dan bujang tetangga juga sudah mendirikan tarup. Sedangkan kamu? Masih betah dengan kesendirianmu.

Sudah tentu ada alasannya, bukan? Hemm. Pada dasarnya tidak ada seorang pun manusia yang betah hidup jomlo. Setahun-dua tahun mungkin betah, tapi kalau sudah terlalu lama menunggu? Bahkan mangga yang kemarin bergetah saja hari ini sudah ranum dan manis.

Di sisi yang sama, Tuhan telah menerangkan langsung lewat Kalam-Nya bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan.

Tetapi, faktanya cerita dunia tak selalu seindah teori harapan, ya? Tambah lagi ketika kita hidup di lingkungan masyarakat. Saat umur sudah menjelang hingga melewati angka 25 tahun, tetangga sebelah mulai "rusuh" bertanya "Kapan Nikah". Padahal...

Mereka para pasukan "perhatian" yang sibuk bertanya itu dulunya kan juga pernah sendiri bin jomlo. Masa iya mereka tak ingat dengan betapa galau bin ambyarnya hidup ketika menjomlo!

Atau, mau berbalas rundung gegara dulunya ketika lajang juga sering ditanyai kapan nikah? Hemm. Hayuuk, siapa takut! Hahaha

Sejatinya, tiap-tiap jomlo tentu memiliki beragam alasan terkait mengapa mereka masih betah menjomlo hinggalah hari ini. Dan agaknya, kebetahan inilah yang kemudian menghadirkan kalimat "I'm Better Off On My Own".


Fokus Berjuang Meniti Karier dan Masa Depan

Menikah itu penting, tetapi karier dan masa depan seseorang juga dibutuhkan. Tidak hanya bagi laki-laki, perempuan juga demikian.

Kita sama-sama tahu bahwa hari ini cari pekerjaan sudah sangat susah, mau bisnis harus punya banyak biaya, dan terkadang gelarnya harus lebih dari sarjana.

Merujuk pada berbagai fenomena tersebut, alhasil pilihan harus ditetapkan. Yaitu, seorang jomlo perlu merengkuh zona nyaman diri untuk menjomlo agar nantinya mampu hidup sedikit lebih "longgar" di masa depan.

Tapi, "kelonggaran" yang kumaksud bukan semata-mata berkisah tentang duit, ya.

Bagi seorang jomlo, terutama seorang laki-laki, setidaknya mereka perlu terlebih dulu memiliki pekerjaan sebagai penguat hidup. Pekerjaannya tidak harus tetap, tidak mesti langsung punya status jabatan tinggi, tetapi sebisa mungkin memiliki masa depan. Ibarat kata, jenjang karier, lah.

Contohnya, jikalau karier yang dimaksud adalah bisnis, maka seorang jomlo perlu punya mimpi bahwa nanti dirinya akan menjadi bos dan mengelola banyak orang untuk berniaga.

Dengan bertunasnya harapan dan juga target, mungkin calon mertua bakal lebih yakin kepada si jomlo tadi. Eh.

Jadi, kalau sudah bercerita tentang karier dan masa depan, maka gaungan i'm better off on my own akan semakin menggelora. Meskipun terkadang kalimat "aku ingin sendiri dulu" hanya menjadi dalih agar berhenti ditanyakan "kapan nikah", sih.

Masih tentang karier dan masa depan, aku rasa segenap jomlowan maupun jomlowati yang masih dalam suasana berjuang meniti karier dan masa depan biasanya cukup sulit untuk menata fokus.

Terlebih lagi jika karier yang kumaksudkan berhubungan dengan pendidikan. Pasti butuh biaya, kan?

Nah! Demi meninggikan fokus serta berlari di jalur kesuksesan, seorang solo player perlu menyelesaikan butir demi butir perkara hidupnya. Maksudku, menyelesaikan segala sesuatu yang telah ia mulai. Ini ngeles aja sih, karena sebenarnya sambilan juga bisa, kok. Hehe

Belum Menemukan yang "Cocok"

Rasanya diriku dan dirimu setuju bahwa sejatinya jomlo adalah salah satu "gang" pencarian pasangan menuju ijab kabul. Maksudku,  segenap orang yang hingga saat ini masih menyendiri terkadang suka ngeles dengan kalimat "aku belum menemukan yang cocok".

Padahal?

Bisa jadi seorang jomlo baru saja putus gegara lelah berusaha menjadi sosok yang sempurna bagi pacarnya.

Atau? Memang benar-benar pemilih! Eh

Adalah sebuah kewajaran, sih. Kenyataannya, mayoritas bahkan semua single lillah menginginkan supaya menikah itu cukup sekali seumur hidup. Dengan demikian, calon istri maupun calon suami perlu dicari yang betul-betul "cocok". Cocok dari segi apa?

Relatif, sih. Barangkali aku katakan saja "se-frekuensi", ya. Someone yang dicari untuk pasangan hidup dunia (juga akhirat) adalah dirinya yang se-frekuensi. Selanjutnya, bisa kamu maknai sendiri. Apakah itu satu visi (ya iyalah), atau sama-sama saling cinta (pastinya).

Gunanya tidak lain adalah, kalau nanti si jomlo dan si jomlowati hidup berdua dalam satu gubuk sederhana, tidak ada "pecah piring, pecah mangkuk, pecah ember" gegara perbedaan asumsi yang sepele..

Orang bilang, perbedaan itu sesungguhnya menyatukan. Menurutku, makna menyatukan di sini akan terwujud ketika ada nada bin frekuensi yang relatif sama antar pasangan. Baik itu dari sisi gaya pikir, perhatian, ketulusan, hingga cara pandang.

Kesamaan frekuensi ini semakin meningkat dengan adanya rasa saling cinta. Uwu, so sweet!

Maka dari itulah, mencari calon pasangan yang "cocok" itu merupakan perkara yang krusial. Wajar kiranya bila kemudian para jomlo masih better off on my own dengan bersandar pada alasan belum menemukan sosok yang cocok.

Selain karena takdir belum dijemput, dirinya juga berusaha mendapatkan someone yang "pas" di hati. Dengan harapan, hubungan halal yang nantinya terjalin mampu bertahan sampai rambut memutih, sampai purna, sampai senja, hingga maut memisahkan kita. Kita? Eh...

Dengan demikian, aku rasa tidak masalah berlindug di balik dalil "i'm better off on my own" selama proses pencarian berlangsung. Kalau sudah ada si dia, sudah dapat dan tumbuh cinta, dirasa cocok, berarti fix! Akad.

I'm Better Off On My Own  Gegara "Sibuk" Memperbaiki Diri yang Kemarin Sedang Sakit Hati

Aku sadar bahwa semua orang sibuk, kamu juga pasti begitu. Namanya juga dunia. Tempatnya kesibukan. Dunia sering kali penuh dengan kejutan, sehingga segenap insan begitu ingin meraihnya. Termasuk pula persoalan pasangan.

Suatu ketika, ada-ada saja waktu di mana diri ini bakal terkejut karena dipertemukan dengan teman baru, yang kemudian menumbuhkan setitik chemistry di antara keduanya. Ujung-ujungnya? Pacaran!

Nah, seiring berlalunya waktu, ternyata takdir menyatakan bahwa dirimu dan dirinya harus berpisah. Tuhan menakdirkan bahwa rasa antara dirimu dan dirinya hanya sebatas cinta, tanpa boleh memiliki. Karena dirinya bakal menjadi milik orang lain. Hemm

Galau bin ambyar, deh! Apalagi kalau cinta perdana. Ehem. Bakal susah memungut kepingan hati yang telah hancur gegara tertabrak undangan nikah. Ah, lebay!

Atau, yang lebih parahnya lagi ialah sebagainya makna lagu SUM41 yang berjudul "Pieces". Lagu yang videonya sudah aku selipkan di atas berkisah tentang seorang pemuda yang sudah bosan menjadi sempurna atas tuntutan pacarnya. Sempurna itu tidak gampang. Alhasil, lebih baik sendiri.

Tapi, selow. Tidak semua begitu, kok. Seiring dengan bertambahnya umur, derajat kedewasaan seseorang biasanya meninggi.

Imbasnya adalah, seseorang kumaksudkan tadi mulai ogah menangisi takdir indah orang lain hingga berlarut-larut. Gak guna!

Alhasil, salah satu jalur yang bisa dipilih adalah hidup jomlo (sesaat) sembari meningkatkan derajat kebetahan dalam menjomlo. Lha, daripada kita sibuk "memelihara"  kegalauan dalam diri, kan?

Dengan demikian, dalih "lebih baik sendiri" dapat dijadikan alasan untuk sibuk berbenah diri.

Hal tersebut juga seiras dengan kalam Allah bahwa jodoh akan bergantung dengan diri sendiri. Ketika diri ini baik, maka dipertemukanlah dengan dirinya yang juga baik. Sebaliknya juga begitu.

Jikalau kita melihat ke sebelah kanan dan kiri, ada segudang cara yang dilakukan oleh seorang jomlo dalam hal memperbaiki diri. Masa jomlo adalah masa muda, dan untuk meraih betah diri dengan masa muda tersebut, maka para jomlo perlu sibuk. Sibuk apa?

Tentu saja sibuk yang positif. Darah muda penuh karya, darah jomlo penuh semangat, teriak para jomlo ialah untuk menebarkan manfaat kepada seluruh alam. Keren, kan? Keren kalo tidak bicara cinta-cintaan doang. Hahaha

Sebagai penutup, dari berbagai "kesibukan" bertajuk "ulah" kebaikan tadi, siapa tahu Allah hadirkan pasangan hidup lewat salah satu peristiwanya. Toh, Allah adalah sutradara paling baik yang mampu menerbitkan kisah cinta yang jauh lebih indah daripada sinetron Ftv.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun